Chapter 20 Fans Fanatik Hicchan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Hicchan!"

"Hicchan!"

"We love you... Hicchan!"

Suara gemuruh penonton menggema di studio besar. Di mana para penggemar fans fanatik Hicchan yang menamai diri mereka Hachi memenuhi area studio.

Malam ini Hicchan telah merayakan satu tahun dirinya menitih karir sampai saat ini. Hicchan menyelenggarakan sebuah konser musik yang mewah dan besar.

Hicchan telah berada di atas panggung. Lampu kerlap-kerlip menghiasi panggung. Sound system berukuran besar di letakan di setiap sudut panggung.

"Hallo minna!"

Hicchan menyapa para fans dengan melambaikan tangan. Sontak kemeriahan penonton menyeruak di studio.

"Malam ini Hicchan akan menyanyikan beberapa lagu," Hicchan mengucapkan dengan semangat. Kemeriahan suara penonton semakin heboh.

Yuna Hicchan. Di acara konser bertakjub bintang-bintang ini. Hicchan mengenakan pakaian dresscored perpaduan warna hitam, merah dan ungu. Kedua pita merah berbentuk UFO menghiasi rambut abu-abu miliknya.

"Mari kita mulai!"

Hicchan memegang mikrofon erat. Ia tersenyum lebar, lalu mulai menyanyikan sebuah lagu pertama yang dikeluarkan saat Hicchan menitih karir dari awal.

Alunan lagu bergenre POP membuat suasana di studio menjadi nikmat. Suara khas Hicchan mengalun merdu di atas panggung.

Beberapa poster, pamflet hingga bendera bergambar Hicchan di bawakan oleh para Hachi. Hicchan terharu melihat kepedulian dan kekompakan sesama Hachi.

"Minna! Arigatou...," ucap Hicchan menundukan sedikit badan.

Salah satu Hachi naik ke atas panggung. Ia menggunakan kostum Bebek berwarna merah. Ia ingin memeluk Hicchan, namun di hentikan dengan pukulan maut Hicchan. Hachi berkostum bebek terbang ke langit hingga tak terlihat sosoknya lagi.

Tangan kanan Hicchan yang berubah ukuran besar berotot, kini kembali seperti semula. Hicchan beruntung sekali mendapatkan 'bakat khusus' Giant Power.

"Huohh!!"

Hachi berteriak histeris. Bendera bergambar Hicchan bergerak ke kanan dan kiri. Kemeriahan semakin membahana di studio.

"Mari kita nyanyikan lagu kedua!" seru Hicchan semangat. Para Hachi memukul tangan kanan mereka ke atas udara tanda setuju.

Raka berada di samping panggung. Ia menelan ludah paksa melihat kengerian yang terjadi sesaat. Senyum kecut terukir di bibir Raka. Kekuatan Wanita memang begitu mengerikan saat marah.

@@@@@

Kuujaku dan Mana sedang jalan bersama. Mereka mengitari mall di daerah pusat kota Shinjuku.

"Kuu," Mana memanggil. Air liur keluar dari bibir Mana. Ia melihat toko eskrim yang menggoda hasratnya untuk memakan eskrim tersebut. Mana menarik lengan baju Kuujaku yang masih fokus dengan layar ponsel.

"Kuu," kali ini Mana merengek. Ia sampai guling-guling dan salto di lantai mall. Banyak pengunjung yang melihat atraksi Mana langsung melarikan diri.

Kuujaku mengusap wajahnya kasar. Ia frustasi sekaligus malu melihat kelakuan aneh Mana. Ia mengambil beberapa langkah ke belakang menjaga jarak dengan Mana.

"Kuu, belikan aku eskrim... Huahh," Mana mulai menangis histeris. Ia masih guling-guling di lantai. Air liur dan airmata bercampur menjadi satu membasahi lantai mall.

"Mana!" Kuujaku geram. Ia menjulurkan sebelah tangan ke depan. Cahaya biru keluar dari telapak tangan, lalu cahaya itu perlahan mengarah ke tubuh Mana. Atraksi aneh Mana berhenti ketika tubuhnya berubah menjadi patung kristal.

"Selesai," ucap Kuujaku menghela napas lega. Ia kembali melanjutkan perjalanan menuju ke toko buku. Kuujaku mau membeli beberapa keperluan alat tulis untuk tugas Divisi Kedisplinan sekolah.

Tinggalah Mana yang menjadi patung kristal sendiri. Efek dari kekuatan Kuujaku akan pudar sekitar 10-20 menit lamanya. Petugas kebersihan melihat patung Mana tergeletak begitu saja di lantai. Ia menarik patung kristal itu, membawanya ke pameran patung-patung yang tengah di selenggarakan mall.

"Huahh!! Kuujaku... tolong aku!" batin Mana menangis.

Mana dan Kuujaku berpisah. Bagaimana nasib Mana?

@@@@@

Kemeriahan masih terus berlanjut hingga tengah malam menjelang acara satu tahun karir Hicchan telah selesai. Para Hachi sudah ada yang pulang dan beberapa masih menunggu Hicchan.

Hicchan mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya pada Hachi. Ia tetap menjadi terkenal samapai saat ini karena dukungan besar dari para fans.

Peluh keringat sudah membasahi wajah Hicchan. Ia menutup acara dengan melakukan foto bersama.

"Selesai juga," ucap Hicchan. Kini ia sudah berada di ruang pribadi miliknya yang telah di sediakan oleh panitia.

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu menghentikan aktivitas Hicchan yang sedang membersihkan rias di wajah. Ia melihat pantulan cermin, di mana pintu ruangan terbuka.

Sosok Pemuda tampan dan berambut hitam berjalan ke arahnya. Hicchan tersenyum tipis.

"Selamat atas kesuksesan acaranya," ucap Pemuda itu.

Hicchan merasa senang. Rona merah tipis muncul di kedua pipi.

"Terimakasih Raka. Maaf ya harus merepotkan dirimu untuk datang dari awal acara belum di mulai," ujar Hicchan malu-malu.

Raka tersenyum tipis. Ia menyandarkan tubuh di dinding. Ia menatap Hicchan masih sibuk menghapus riasan di wajah.

"Kau lebih cantik tanpa riasan di wajah," Raka memuji. Ia mengalihkan pandangan ke arah lain.

Hicchan terdiam. Ia menatap ke arah cermin. Wajahnya sudah merah merona menahan malu.

Suasana di dalam ruangan mendadak sepi. Hicchan masih malu. Ia menutupi wajah dengan kedua tangan. Raka sendiri bersiul-siul kecil.

@@@@@

Tiba-tiba kesepian itu berakhir dengan pintu ruangan yang di buka paksa. Dua orang Pemuda yang menggunakan bandana bertuliskan 'We Love You Hicchan'.

"Hicchan!" seru kedua kompak.

"Ehh!"

Hicchan terkejut. Ia membalikan badan menatap kedua Pemuda itu. Tatapan kedua Pemuda itu begitu menakutkan.

"A-ada apa?" tanya Hicchan takut.

"Bolehkan kami meminta foto dan tanda tanganmu," jawab salah satu Pemuda berkacamata.

Pemuda lainnya melirik ke arah Raka. Ia menatap tajam seakan ingin membunuh Raka saat itu juga.

"Siapa kau?!" tanya Pemuda berambut keribo tajam. Ia berjalan perlahan mendekati Raka yang masih terlihat santai.

"Menemani Hicchan," jawab Raka santai. Ia tidak merasa takut ataupun terintimidasi.

Pemuda keribo itu geram. Ia ingin memukul wajah sok Raka. Raka masih diam, hingga pukulan itu berhasil di tangan dengan mudahnya oleh Raka.

Dari tangan Raka keluarlah api. Tangan Pemuda keribo itu merasakan panas. Ia ingin melepaskan pegangan kuat itu, namun tidak bisa.

"Masih berani denganku?" tanya Raka menyeringai kecil.

"Ti-tidak... lepaskan a-aku," jawab Pemuda keribo ketakutan. Wajahnya sudah di banjiri oleh keringat.

Raka melepaskan pegangan itu. Ia melempar bola api berukuran sangat kecil ke arah rambut. Rambut keribo kebangaan sang Pemuda kini terbakar.

"Huahh!! Kebakaran!" jerit Pemuda keribo histeris.

Pemuda kacamata yang sibuk dengan Hicchan harus teralihkan. Ia terkejut melihat rambut temannya terbakar. Ia mencari sesuatu untuk menghilangkan api. Di liriklah botol mineral di dekat Hicchan.

Pemuda itu langsung mengambil botol mineral. Tangannya tak sengaja menyentuh buah dada Hicchan.

"Aah!!" jerit Hicchan refleks menutupi aset berharganya. Ia menatap penuh benci ke arah Pemuda kacamata. Pemuda itu menatap Hicchan mesum. Darah mengalir dari lubang hidungnya.

Hicchan murka. Ia mengubah kedua tangannya menjadi besar. Ia siap memukul wajah mesum si Pemuda kacamata.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Keributan terjadi di dalam ruangan pribadi Hicchan. Kedua Pemuda yang mengaku sebagai Hachi terbujur kaku di lantai. Wajah mereka babak belur seperti habis di amuk warga.

"Selesai," Hicchan mengajungkan jempol ke bawah.

"Tepat sasaran," Raka memuji. Ia sampai bersujud seperti menyembah Dewa.

"Pujalah aku... Ha ha ha," Hicchan tertawa mengerikan. Sifat sadis dalam tubuhnya sepertinya telah keluar.

Raka dan Hicchan melanjutkan obrolan di salah satu kafe terdekat. Kedua fans fanatik Hicchan di tinggal begitu saja. Hicchan tidak peduli dengan mereka.

@@@@@

Di sebuah gedung tua tak terpakai. Sekelompok bayangan berkumpul di tengah ruangan. Kira-kira mereka berjumlah lima orang.

"Tuan,"

Salah satu dari mereka memanggil sosok siluet hitam dengan hormat. Dia menunggu balasan dari sosok yang di sebut sebagai 'Tuan'.

"Iya ada apa, Red Magician?" si Tuan bertanya. Ia sedang duduk di atas harimau bayangan.

Red Magician membenarkan posisinya hingga berdiri tegak. Topi kerucut merah ia rapihkan sedikit.

"Ada apa kami di kumpulkan di sini, Tuan?" tanya balik Red Magician alias Nana.

"Pertanyaan yang bagus sekali. Aku mengumpulkan kalian untuk memperkenalkan anggota baru." Tuan menjawab.

Keempat sosok siluet itu bingung. Mereka saling melihat satu sama lain. Siapa anggota baru itu?

"Tuan, apakah ini saatnya aku muncul?" tanya sosok Perempuan berambut putih. Ia muncul dari balik bayangan hitam Tuan.

Tiga dari keempat orang tersebut mendadak terkejut. Sosok Perempuan itu merupakan kenalan mereka.

"Tak kusangka ternyata kau ada di sini," sahut Nana antusias. Nana memberikan sambutan hangat untuk anggota baru kelompok mereka.

Pemuda yang berdiri di sebelah Nana hanya diam. Ia menatap datar sosok anggota baru.

"Kalian harus saling berkerja sama," pesan si Tuan. Sosok Tuan perlahan menghilang di balik bayangan bersama dengan Harimau bayangan miliknya.

Pertemuan kelompok itu mulai membubarkan diri. Kini hanya tersisa dua anggota saja.

"Kau membuat semua orang khawatir dan ternyata... kau malah muncul di sini," ucap Gadis berpakaian serba hitam. Ia memegang sebuah buku usang.

"Hmm... Aku akan memberikan kejutan besar untuk mereka," balas Gadis sang anggota baru. Kedua sosok itu pun menghilang perlahan, setelah menekan tombol di pulpen mekanik.

################@@@@@@###############

~Sabtu, 5 September 2020~

Next Chapter 21 Kepolosan Mana

Hicchan aka Hicchan867
Raka aka Taiki_Huda

Kuujaku aka Kuujaku
Mana aka MANA--CHAN
Nana aka Naruseh

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro