Cold Husband [6]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sudah 2 hari berlalu, Sasi masih terus menghindar dari Daru. Sedikit pun ia enggan menatap Daru apalagi berbincang dengannya seperti biasa. Saat tidur seranjang pun Sasi memilih untuk menjauh darinya. Situasi yang demikian membuat Daru benar-benar frustasi, bik Sum pun bahkan keheranan dengan apa yang tengah terjadi antar keduanya.

Hari itu, bertepatan dengan hari minggu. Baik Sasi maupun Daru berada di rumah dengan suasana yang pasti tidak nyaman karena masalah yang tengah terjadi antara mereka. Meski begitu sebisa mungkin Daru berusaha untuk mengambil hati Sasi namun Sasi tak peduli, ia terus mengacuhkan Daru hingga di saat keduanya tengah berada di depan ruang televisi, terdengarlah kabar mencengangkan dari sebuah acara.

Foto-foto kebersamaan Tania dan Daru beberapa waktu lalu tersebar ke media. Foto tersebut menampilkan Daru yang tengah memapah Tania ke apartemennya sedang foto lainnya menampilkan sepasang mantan kekasih itu tengah duduk bersama usai acara reuni. Baik Sasi maupun Daru nampak terkejut. Mata Sasi memerah dengan dada yang terasa panas sedang Daru menatap Sasi sambil pasang wajah yang seakan berkata bahwa itu semua tak seperti yang dilihat dan ia pikirkan.

Sasi melangkah pergi , Daru pun berusaha untuk menghalanginya dengan mencekal pergelangan tangan Sasi.

" Sas, aku bisa jelasin semuanya sama kamu. Tolong dengar penjelasanku!" ucap Daru memohon.

" Apa? Kamu mau jelasin apa? Ucapan kamu kemarin dan kabar ini bukannya udah jelas?, Ternyata kamu nikahin aku memang karena terpaksakan? Dan ternyata selama ini kamu masih punya perasaan sama Taniakan! Itu yang mau kamu jelasin ke aku?" Pekik Sasi dengan suara bergetar. Bik Sum yang berada di dapur pun keluar untuk melihat apa yang tengah terjadi.

" Harusnya dari awal aku tau kalau kamu nikahin aku itu karena pelampiasan Daru!! Tapi sayangnya logikaku lumpuh karena aku terlanjur nyaman sama kamu---- dan sekarang kamu hancurin semuanya!" sambung Sasi dengan air mata yang luruh tanpa bisa ia tahan. Dadanya sesak, hatinya nyeri teramat nyeri apalagi ia menyadari bahwa dirinya kini sungguh mencintai suaminya itu.

" Sas, semua yang kamu bilang itu gak benar!, Oke aku minta maaf karena udah bohong ke kamu."

" Bohong? Jadi benarkan semua ini gak lebih hanya kebohongan yang kamu buat!"

" Sasi tolong dengerin aku, aku emang bohong sama kamu tapi bukan tentang semua hal apalagi tentang perasaanku ke kamu! Aku nikahin kamu karena aku benar-benar mencintai kamu Sas, gak ada sedikitpun terpikir menikahimu karena pelampiasan! Aku lakuin semuanya karena aku benar-benar sayang sama kamu."

Plakkkk

Tamparan keras mendarat tepat di pipi kanan Daru, membuat laki-laki tampan itu tersentak kaget begitu pula dengan bik Sum yang sudah sejak tadi melihat pertengkaran keduanya.

" Kalau kamu benar-benar mencintaiku kamu gak akan melakukan semua ini ke aku Daru!" Ujar Sasi dengan suara sengau lalu kemudian pergi begitu saja.

Daru mengusap wajahnya dengan kasar. Kepergian Sasi benar-benar menghancurkan hatinya. Ia sungguh telah membuat wanita yang telah lama ia cintai itu sekecewa ini.

💦💦💦

Tania terlihat meradang saat kabar dirinya dan Daru tersebar di media. Ia tahu ini semua akan berdampak buruk bagi rumah tangganya dan juga Daru. Ia pun segera meminta managernya untuk mengurus semua pemberitaan sampah tersebut. Ia bahkan bersedia untuk melakukan konferensi pers untuk meluruskan semua yang tengah terjadi.

Dalam kondisi seperti itu Tania menyempatkan diri untuk menghubungi Daru, memastikan bahwa ia dan Sasi baik-baik saja namun panggilan tersebut tak diindahkan oleh Daru.

💦💦💦

Malam harinya, Sasi tak pulang ke rumah. Ia memilih untuk pulang ke rumah orang tuanya. Kabar yang tengah marak tersebut tentu saja membuat orang tua Sasi mengetahuinya dan karena itulah mereka memperbolehkan anaknya itu untuk beristirahat di rumah.

Orang tua Sasi tak sedikit pun membahas atau mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya,ia hanya memberikan waktu pada putrinya itu untuk menenangkan diri.

" Sebaiknya kita hubungi Daru, supaya dia gak khawatir karena Sasi gak pulang ke rumah dan menginap di sini," Ayah Sasi memberi usul pada sang istri.

" Iya Daru harus tahu kalau Sasi di sini, kasian dia pasti khawatir karena istrinya gak pulang."

Setelah itu mereka pun menghubungi Daru. Daru yang mendapat kabar dari mertuanya itu nampak tertunduk lemah.  Rasa bersalah itu semakin besar hingga mampu menenggelamkan dirinya dalam kesedihan.

Malam itu Daru tidur di ranjangnya sendirian. Sesekali ia memandangi sisi ranjangnya yang kosong. Pikirannya melayang mengingat masa-masa di mana Sasi berada di sisinya. Bercerita manja tentang pekerjaannya di kantor dan membicarakan banyak hal. Daru pun ingat bagaimana cara imut Sasi memintanya untuk membacakan buku sebelum mereka tidur. Semua canda, tawa, peluk dan cium Sasi begitu jelas diingatannya. Daru menghela napas berat, ingin mati rasanya tak ada Sasi di sisinya. Ia merasa sesuatu di dalam hatinya kosong dan hampa.

Tak hanya Daru yang merasakan hal demikian, Sasi pun merasakan hal yang sama namun rasa kecewa yang kelewat besar telah menyelimuti hatinya. Ia tak menyangka bahwa semua ini terjadi di saat ia dan Daru tengah menikmati hangatnya hidup bersama sebagai sepasang suami istri.

Hingga detik ini Sasi masih tak percaya apa yang diucapkan Daru pada teman-temannya saat malam reuni saat itu. Entah itu benar atau tidak Sasi sungguh tak mengetahuinya. Namun jikalau ucapan itu tidak benar mengapa harus ada foto-foto kebersamaan mereka yang beredar di media. Bukankah itu menunjukkan bahwa Daru memang masih memiliki hubungan khusus dengan Tania? Itulah pikirnya.

Air matanya terus merembas tiap kali ia mengingatkan semua kejadian yang tengah ia alami. Dadanya terasa begitu sesak hingga ia sulit bernapas. Sasi tak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menyelesaikan masalahnya ini. Ia sungguh tak bisa berfikir, hanya menangislah hal yang mampu ia lakukan untuk mengeluarkan seluruh sesak yang mulai mengerak di hatinya.

💦💦💦

Hari berganti, dua hari telah berlalu Tania beserta managernya akhirnya melakukan konferensi pers untuk meluruskan pemberitaan mengenai dirinya tersebut.

Tania bahkan menjelaskan kejadian yang tergambar di foto tersebut satu per satu. Tania juga meminta pada media untuk berhenti memberitakan kabar yang tak benar itu lagi. Ia mengatakan bahwa kabar tersebut membuat rumah tangganya tak baik.

Konferensi pers yang disiarkan secara langsung itu ditonton Sasi dan juga Daru secara terpisah. Sasi yang hari itu izin tak masuk bekerja menyaksikan pernyataan langsung Tania itu di layar kaca bersama kedua orang tuanya sedangkan Daru menyaksikan di ruang kerja kantornya.

Setelah konferensi pers tersebut selesai,Daru segera mematikan layar televisi di hadapannya, helaan napas berat keluar begitu saja dari bibir laki-laki tampan tersebut, hatinya berharap bahwa Sasi bisa mengerti dan memaafkannya dirinya. Tak lama kemudian ponselnya mendistraksi membuat Daru mengalihkan netra pada ponselnya .

Nama Tania tertera di layar, namun Daru mengabaikannya. Tak lama setelah panggilan tersebut mati, pesan singkat mulai  masuk dengan nama pengirim yang sama yaitu Tania

Aku harap usahaku ini bisa membantumu. Maaf untuk semuanya Daru, aku sungguh-sungguh minta maaf.

Itulah yang tertulis di pesan yang dikirim Tania untuk Daru. Setelah membacanya, Daru pun meletakkan ponselnya begitu saja. Ia sedikit pun tak berminat untuk membalas pesan Tania tersebut. Bukan karena marah padanya hanya saja ia memang tak ingin membalas pesan tersebut.

💦💦💦

Sasi termenung di saung yang ada di belakang rumahnya, gemercik air dari kolam ikan di sampingnya makin menambah syahdu lamunannya. Rasa kecewanya sedikit berkurang setelah menyaksikan pernyataan Tania tadi tapi ia belum sepenuhnya percaya karena bisa saja itu hanya settingan belaka pikirnya.

Sasi sungguh tak tahu harus berbuat apa sekarang terlebih Daru pun tak menunjukkan perjuangannya untuk mendapat maaf dari Sasi. Yah meski kecewa dan terluka,Sasi tetap ingin mendapatkan sesuatu dari Daru yang setidaknya bisa meluluhkan hatinya. Entah itu menelepon atau mengiriminya SMS permintaan maaf. Atau setidaknya datang mengunjungi ke rumah orang tuanya dan memintanya untuk pulang bersama, memalukan memang di saat seperti ini tetap mengharapkan dia datang padamu yah tapi mau bagaimana lagi seperti itulah harapan Sasi namun sepertinya Daru tak berfikir sejauh itu. Entah berfikir apa laki-laki itu di sebrang sana.

Sasi kesal sekaligus rindu tapi lagi-lagi ia harus menepis keinginannya untuk bisa melihat sosok suaminya itu karena masalah di antara mereka memang belum selesai.

Di menit berikutnya Sasi mulai larut kembali pada lamunnya setelah ia menatap buku diary berwarna pink yang sudah nampak lusuh tergeletak di sudut saung. Lembaran kertas berwarna kekuningan yang sempat ia baca beberapa waktu lalu sempat membuat Sasi tersenyum miris.

" Kenapa sih dari dulu selalu bikin aku kayak gini! Dasar alien aneh!"

💦💦💦

Malam telah larut, Sasi nampak sudah memejamkan mata dengan hati terganjal segumpal perasaan kacau sedangkan Daru kini tengah duduk berhadapan bersama Tania di halaman belakang rumahnya.

Sudah hampir setengah jam mereka duduk bersama tanpa berbincang mengenai apapun. Lebih tepatnya sejak tadi hanya Tania yang mengoceh namun Daru hanya diam dengan pikiran yang entah kemana. Tania tahu bahwa Daru sulit untuk mengungkapkan perasaan kacaunya akibat kepergian Sasi. Tania pun kini memilih diam sejenak---- memberi waktu pada Daru untuk bicara.

" Aku rasa konferensi pers pagi tadi sudah cukup membantukan Ru?" Suara Tania kembali terdengar entah setelah menit keberapa.

Daru melirik sekilas ke arah Tania, masih tak bersuara.

" Kenapa kamu gak pergi menemui Sasi ke rumah orang tuanya?"

Kali ini Daru menatap Tania tapi tetap hanya sesaat. Lalu helaan napas berat keluar dari bibirnya.

" Dia tidak akan mau menemuiku."

" Emang udah dicoba?" Tania melirik ke arah Daru, dia yakin 1000% kalau Daru belum melakukannya.

" Ckckck gak berubah juga dari dulu, kalau kamu masih aja terkungkung sama pemikiranmu sendiri kayak gitu kamu gak akan bisa selesaiin masalah ini Daru!. Sasi itu bukan aku yang akan ambil langkah lebih dulu untuk selesaiin masalah sama kamu, Sasi itu butuh penjelasan kamu Daru!" Tania nampak geram

" Aku udah sempet jelasin ke dia tapi dia gak mau dengar!"

" Paling juga baru sekalikan kamu jelasin ke dia ! harusnya kamu berusaha untuk jelasin lagi dong! Berusaha sampai dia mau dengerin kamu jangan gampang nyerah gitu! Kamu gak ingat apa alasan kamu mutusin aku dulu!"

Daru menatap Tania sesaat, lalu menunduk setelahnya.

" Come on Daru , kamu gak akan bisa selesaiin masalah rumah tanggamu kalau kamu kayak gini. Aku yakin banget kalau Sasi tuh lagi nunggu kamu untuk jelasin semuanya!" Tania berusaha meyakinkan Daru. Laki-laki itu tak bergeming membuat Tania geram sendiri.

Baru saja ia ingin kembali mengocehi mantan kekasihnya itu tiba-tiba ponsel Tania berdering dan ternyata itu panggilan dari suaminya--Dave. Daru yang sempat melihat nama Dave di layar ponsel Tania  langsung terkejut dengan wajah tegang. Ia khawatir kalau hubungan Tania dengan suaminya makin tak karuan.

" Tenang,Dave udah tau soal kabar yang beredar tentang kita kok," ujar Tania santai sambil tersenyum

" Trus?"

" Trus apa?" tanya balik Tania yang kemudian mengangkat panggilan telepon dari suaminya itu. Daru memperhatikan Tania dengan perasaan kacau namun entah kenapa perasaan itu berganti dengan rasa penasaran pasalnya Tania dan Dave berbicara dengan penuh kata romantis dan mesra. Menunjukkan bahwa hubungan mereka baik-baik saja,tidak seperti beberapa waktu lalu saat Tania meracau mengeluhkan kehidupan rumah tangganya saat sedang mabuk.

" Kenapa?" tanya Tania pada Daru setelah mengakhiri perbincangannya dengan Dave.

" Kamu sama Dave----"

" Kami udah baik-baik aja, jadi sekarang kamu sama Sasi juga harus baik-baik aja so bertindaklah Daru!" sahut Tania yang kemudian pamit untuk kembali ke apartemennya.

" Aku tunggu kabar baiknya ya Ru."

Tania melangkah pergi dengan senyum mengembang, ia berharap Daru pun bisa bersikap seperti Dave. Meski di hari-hari sebelumnya mereka sempat bertengkar karena sikap Dave yang kelewat posesif padanya namun pada akhirnya Dave tahu bahwa mereka hanya membutuhkan komunikasi yang baik untuk membuat semuanya kembali baik. Dengan sikap gentle dan dewasa Dave meminta maaf pada Tania sehari sebelum foto-foto kebersamaan nya dan Daru beredar. Tania pun dengan gamblang menjelaskan bahwa keduanya sudah tak lagi memiliki hubungan khusus dan syukurnya Dave percaya. Ya karena sebuah hubungan itu memang harus dilandasi oleh sebuah kepercayaan dan dipadu dengan komunikasi yang baik. Karena dari itu Tania berharap bahwa Daru pun bisa mengkomunikasikan masalah ini dengan Sasi secara baik-baik dengan hati dan pikiran yang tenang.


❤️❤️❤️

Yuhuuu menjelang ending nih
Semoga kalian masih stay di cerita ini ya 😁

Sampai ketemu besok 🤗

7 Agustus 2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro