Serpihan Kenangan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku memejamkan mata sesaat. Menikmati sepoi angin yang lembut menerpa wajah. Menghela napas, aku memandang lautan biru yang terbentang di hadapan. Yah, lain kali aku harus mencari alasan saat memutuskan untuk menjatuhkan hati pada seseorang. Agar dengan mudahnya aku bisa melepaskan rasa itu kala ia meninggalkannya atau membuat hati ini patah. Terdengar konyol, mungkin. Tapi, sedikit-banyak perasaanku tampaknya berpengaruh pada pepatah itu.

Ketika engkau mencintai seseorang tanpa sebab, maka yakinlah juga bahwa seribu sebab tidak akan mampu melepaskan rasa itu dari hatimu.

Secara teknis aku tak mempercayai hal itu. Tapi entah kenapa, beribu alasan dalam benakku tak pernah mampu membuatku seutuhnya melepaskan rasa itu.

Aku mengalihkan pandangan pada menara di belakang. Seulas senyum tak dapat kucegah untuk terbit di bibirku. Bahkan meski sudah bertahun-tahun berlalu, aku masih memiliki obsesi yang sama agar bisa sampai pada ranah yang kujejak saat ini. Dan tak bisa kupungkiri, salah satu alasanku untuk menginjakkan kaki di sini adalah karenanya.

Aku kembali menghela napas. Lantas beranjak dari kursi batu yang sejak tadi kududuki. Aku mulai mengarahkan kamera pada langit biru yang tampak cerah. Senyumku tak kalah cerah saat melihat hasil bidikanku yang sempurna. Sesuatu terasa terjatuh di sekitar kakiku.

Aku tertegun. Kembali lagi kumenutup mata serta menghela napas gemetar. Sungguh, Ardi. Apa yang sebenarnya kau lakukan padaku? Bagaimana bisa sebuah gantungan kunci sederhana seperti ini saja memberi efek begitu dahsyat untuk memporak-porandakan hatiku?

Sebulir embun lolos dari pelupuk mataku. Salah satu alasanku ke tempat ini adalah ... untuk mendapatkan kembali gantungan kunci seperti yang pernah Ardi berikan padaku. Aku memungut gantungan manis itu ke telapak tangan. Tinta bertuliskan namaku di salah satu sisinya masih terlihat amat cemerlang.

Arunika

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro