Part 3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Apakah kau serius ingin mengajak ku pergi melihat festival kembang api?" Tanya Keira sumringan sambil mendekatakan wajahnya dengan milik sang kekasih.

Kenji menggeser duduknya dan mendengkus, ia melipat tangan didepan dada. Tak merasa perlu menjawab pertanyaan Keira.

Apakah ia terlihat seperti orang yang tidak serius, pikirnya begitu. Dan lagi, kapan Kenji pernah mengumbar omongan palsu. Ayolah, dia bukan tipikal pria yang seperti itu.

Keira nampak senang sekali, ia bahkan bersenandung riang, melihat tingkah kekasihnya yang seperti itu membuat Kenji tersenyum tipis. Sangat tipis.

Bahkan kini, jelas terlihat bahwa Keira sudah melupakan tentang ponselnya dan hal tersebut membuat Kenji merasa lega.

Bel masuk berbunyi nyaring. Lantas, keduanya bangkit berdiri secara bersamaan.

"Nah, kalau begitu. Samapi jumpa nanti malam, Kenji-kun. Jaa ne~" ujarnya bersemangat dan membalik tubuh, baru saja melangkah Kenji memegang bahu kekasihnya, hingga spontan membuat Keira berbalik.

"Ada apa?" Katanya dengan raut bingung, tentu saja. Tidak biasanya, pria berambut hitam ini menunda-nunda waktu masuk kelas seperti ini.

Kenji menatap iris aquamarine milik sang kekasih yang senada dengan miliknya, ia menelan saliva sebelum berkata. "Pakai yukata terbaik mu."

Wajah Keira bersemu tipis, ia mengangguk, "Ya. Tentu saja."

Kenji melepaskan pegangan tangannya pada bahu Keira dan membiarkan gadis itu pergi dari atap lebih dulu.

Ia menatap punggung mungil Keira yang kemudian menghilang dari sana dan tersenyum.

Langit senja nampak begitu indah, lingkungan sekolah sudah sepi semenjak beberapa jam yang lalu hanya ada dua orang yang masih setia disana, duduk saling bersanding di ruang musik.

"Kei-nii kau jadi, 'kan. Menemaniku untuk lomba?" Tanya Haruna sambil mencolek lengan Kakaknya—Kenji.

Pria yang tengah sibuk dengan beberapa lembar partitur menoleh dan menatap atensi sang adik lurus. "Iya. Jadi," katanya disertai anggukan, dahinya berkerut. "Kenapa bertanya?"

Haruna mendesah kecil, "Tidak apa," katanya seraya tersenyum manis, Kenji mengangguk lalu kembali fokus pada aktivitas sebelumnya.

"Kukira, Kei-nii lupa …" lirih Haruna pelan.

"Tidak. Aku tidak lupa," balas Kenji tanpa memandang sang adik, merasa heran mengapa adiknya berpikir demikian.

Haruna tersenyum lebar, "Iya. Tentu saja, Kei-nii mana mungkin lupa ya," katanya dan terkekeh geli.

Kenji sedikit melirik sang adik dan ber-hm kemudian.

"Kei-nii ingat tanggalnya, 'kan?"

Dalm hati Kenji menghela napas panjang, sudah dibilang ia tidak lupa sekarang adiknya malah bertanya lagi.

"Iya. Lusa, 'kan?" Jawabnya santai.

Haruna menoleh, menatap Kakaknya yang sedang mengkaji partitur, merasa tatapan tak biasa dari sang adik membuat Kenji mau tak mau membalas tatapan nya.

"Apa?"

"Acaranya itu malam ini."

"…"

Kenji menghela napas berulang kali, kakinya mengetuk-ngetuk lantai studio beberapa kali, perasaan nya tak tenang.

Sore tadi, Haruna mengirimkan pesan E-Mail untuk Keira, mengingat gadis itu tidak bisa menggunakan ponselnya yang sedang disita dan hanya mampu berhubungan melalui laptop.

Pesan dari Haruna menyatakan bahwa Kenji akan datang sedikit terlambat, untuk itu ia berharap Keira tidak datang terlalu awal. Sang adik juga berpesan bahwa kakaknya akan tiba sekitar pukul 21.00 PM.

Pesan itu membuatnya sedikit tenang, apalagi balasan dari Keira yang mengiyakan. Namun, masalahnya sekarang adalah sudah pukul setengah sepuluh dan acaranya bahkan baru dimulai.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro