42 - Apa yang terjadi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ahh kepalaku pusing sekali, dan dimana ini?. Aku mengedarkan pandangan pada ruangan yang semuanya serba putih. Sebenarnya dimana aku. Ahh aku ingat, apa aku sudah tumbang ketika perang itu diadakan. Lemah sekali. Keningku berkerut, sepertinya aku melupakan sesuatu, tapi apa?. Hehh?! Aku ingat!! Dimana Cherly.

"Kau sudah bangun?" tanya seseorang yang membuatku harus menoleh ke samping. Dia, salah satu orang yang sudah senior disini. "Ya" jawabku singkat. Aku berpikir lagi, bagaimana keadaan Cherly dan semua temanku disini. Dan jugaa.. Aku mengkhawatirkan penyelamatku, bagaimana keadaannya. Ahh, walaupun penyelamatku tak jauh beda dengan usiaku, aku akan tetap segan dan terus menghormatinya. Bagaimana pun juga, aku sangat berterima kasih pada mereka. Seolah tau dengan apa yang aku pikirkan, lelaki yang tadi disamping, menjawab kebingunganku.

"Sarah ada di kamar sebelah dia baik-baik saja. Dan mengenai kabar penyelamat kita.. Aku rasa mereka sedang dalam keadaan yang cukup buruk, apalagi keadaan night yang sekarang sedang depresi cukup berat" ucapnya yang membuat ku sakit dan sedih, tapi sedikit membuat ku terhibur karena pengucapan bahasa Indonesia-nya masih melekat dengan aksen Inggris-nya.

Aku mencoba bangkit dan memposisikan agar aku bisa bersandar dengan duduk. Tak lupa juga dengan Rio yang membantuku. Hmmm.. Dia benar-benar lelaki yang tampan dan pengertian. Kembali pada night, gadis yang sangat baik menurutku. Aku menjadi sedih mendapat kabarnya yang kini sedang mengalami depresi hebat. Aku ingin membantunya tapi tak bisa.

"Istirahat lah, aku akan pergi menemui teman-teman kita yang terlibat pada pertempuran hebat dua hari yang lalu" ucapnya dan berlalu pergi. Dua hari yang lalu ternyata, aku mengangguk-angguk menyadari jika aku tak sadarkan diri selama dua hari.

Ehh!! Dua hari yang lalu?!! Astaga, bagaimana ini, apa keluarga dan teman teman mencariku dan Cherly. Ahh, i dont care.

Aku melihat ke arah sampingku, berusaha mencari ponsel yang mungkin saja ada di nakas. Huh!! Kemana ponselku. Dan apa ini, sebuah cd dan laptop.

Aku mengambilnya, karena penasaranku yang sangat tinggi aku memutarnya, dan terkejut dengan isinya.

***

Hiks.. Hiks..

Kenapa, kehidupannya sangat kejam. Kenapa?. Aku tak mengerti, bagaimana penyelamatku bisa setegar ini. Kenapa bisa menyembunyikannya sendirian. Kenapa harus memendamnya sendiri. Kenapa dia malah menyelamatkan kami disaat kehidupannya merengut dan menyakiti hati dan batinnya secara perlahan. Kenapa?!.

Huh!! Mungkin kalian menganggap aku terlalu mencampuri dan mengkasihani kehidupan orang lain.

Sejujurnya, isi dari cd ini merupakan kenangan dari salah satu penyelamatku. Berawal dari kenangan ketika night bersama dengan keluarganya. Dengan kekasihnya—yang kutahu ia adalah pemimpin dari para pendiri—. Aku selalu tersenyum melihatnya. Namun, senyumku perlahan pudar. Dari kenangan yang indah menjadi sebuah kenyataan pahit.

Aku tak bisa melanjutkannya. Aku tak kuat melihatnya. Maka dari aku langsung menutup video itu. Aku langsung menyimpan kembali kedua benda itu ke tempat seperti sedia kala.

"Eh, Rio mengapa kau kesini, ada apa?" tanyaku dengan sedikit terkaget karena ia masuk secara tiba-tiba. "Ah, tidak. Aku kesini, mau mengambil sesuatu. Ah, disini rupanya."

"Memangnya itu apa?" tanyaku seolah aku tak tahu. "Seperti yang kau lihat. Ini sebuah cd dan laptop."

Aku mendengus, aku juga tahu itu apa. "Maksudku isinya apa?". Ia hanya menggeleng tanda jika ia tidak tahu. "Aku tak tahu. Yang jelas, aku diminta oleh pendiri kedua untuk memberikan ini kepada night. Aku pikir ini penting karena pendiri bilang ini sangat berarti untuk night."

"Oh, jadi begitu. Kalau begitu, pergilah, sepertinya night akan membaik, jika barangnya sudah kembali," ucapku. "Baiklah. Aku pamit, ya," aku hanya mengangguk.

~Cristabel~

Bian

Grrr... Abel kamu kemana sih. Kakak sama yang lain disini frustasi nyariin kamu. Cherly, dia juga kemana. Kalian tau, Rescha sama Kenzie udah uring-uringan nyariin kamu sama Cherly.

Huh!! Mereka kemana sih?! Tumbenan mereka gak ngasih kabar kalo mau pergi. Para orangtua dan temen temen gue udah frustasi. Para orangtua pusing dengan perusahaannya yang gak terkontrol terus gue sama yang lain yang gak fokus belajar karena seminggu lagi mau ujian.

Oh, ayolah, semoga kalian kembali dengan kondisi yang sangat-sangat baik.

Intinya... Kalian cepet pulang, jangan bikin kita semua disini khawatir.

***

Author

Disaat semua sedang pusing mencari Abel dan Cherly, dua gadis itu malah menikmati waktu tidur di kamar rumahnya masing-masing. Ya, seperti yang kalian tau. Mereka adalah Abel dan Cherly. Entah apa yang mereka pikirkan. Sehingga ketika yang lain sibuk mereka hanya bisa bersantai.

Dan disinilah, para remaja dan orang tua—entah itu keluarga Abel, Bian, Flo, Rescha, Atha dan Arsha, Kenzie, dan Cherly—sedang berkumpul di ruang tamu dengan helaan nafas yang entah berapa kali dihembuskan. "Huh.. Aku ke kamar Abel dulu ya" pamit Caterine yang dibalas dengan anggukan.

Caterine mulai berjalan menuju kamar Adik tersayangnya itu. Ya, ia sangat menyesal. Menyesal karena selama ini, tak bisa menikmati waktu remajanya bersama Abel. Tapi ia bisa apa? Sesuatu diluar sana tengah mengincar orang-orang berkemampuan, Abel salah-satunya. "Astaga, ini anak," ucapnya sambil berkacak pinggang, melihat adik tersayangnya sedang tidur nyenyak disaat semua mencarinya.

"Abelllllll," teriak Cate membuat semua yang berada di ruang tengah berlari.

"Ada apa?!" tanya Bian dengan nafas terengah-engah.

"Ini nih, kita semua lagi khawatir dia malah enak tidur."

"Abelll.. Bangun..." Caterine mencoba membangunkan Abel sembari menarik tangan adiknya itu.

"Aduhh.. Duh.. Ssh" ringis Abel membuat semua menunjukkan wajah khawatir. Rescha melangkah menghampiri Abel dan memegang dahi kekasihnya, "Kamu sakit?. Tapi gak panas".

"Buka jaket kamu" titah Alfa kepada Abel. Lantas Abel membuka jaketnya dan menyisakan tanktop yang melekat ditubuhnya.

"Astaga Abel!!! Badan kamu kenapa memar semua?!!!!"

***

"Aduhh.. Badanku sakit semua." keluh Abel.

"Kenapa Bel?" tanya Teem.

"Gak kak, tadi cuma diamuk sama sekeluarga tapi aku langsung kabur, jadi badanku pada sakit," jawab Abel, lalu ia mengedarkan pandangannya hingga ia melihat satu titik yang membuatnya langsung berlari.

"Yoon kamu kenapa?" tanya Abel. Ia memeluk Yoon yang tengah menangis. Entah apa yang terjadi hingga membuat gadis tomboy ini menangis. Tak seperti biasanya, Yoon yang mereka lihat selalu terlihat ceria dan tegas. Tapi sekarang gadis itu terlihat seperti gadis yang mempunyai beban sendiri.

"Gua kecewa Bel, gua bener-bener kecewa," jawabnya dengan lirih dipelukan Abel.

"Fathan?" tanya Teem yang dibalas dengan anggukan. "Iya. Gua gak kuat Bel, kak."

"Emang Fathan kenapa?" Abel mengelusi punggung gadis yang bernama Yolisa Nafhasya—atau yang biasa dipanggil Yoon—agar lebih tenang, dan menceritakan apa yang terjadi.

"Fathan selalu jalan sama cewe lain. Gue udah maklum karena gua pikir dia cuma main-main aja. Tapi lama-kelamaan, gua muak Bel. Dia selalu perlakuin cewe itu kaya pacarnya sendiri—" Yoon mengambil nafas, berusaha menghentikan tangisannya, tapi usahanya sia-sia. Air mata yang menurutnya sangat menyebalkan malah turun semakin deras.

"—Gua udah bilang kalo dia boleh aja jalan sama cewe lain. Tapi gak seharusnya dia perlakuin cewe itu layaknya pacar. Gua udah berlaku sabar dan terus ngingetin dia, tapi lama-kelamaan juga gua pasti kecewa."

Disisi lain..

"Fathan!! Brengsek lu, lu serius kaga sama hubungan lu?!" bentak Rizky pada Fathan yang sedang bermain dengan yang lain. "Weh, tenang bro, ada apa?" tanya Iqbal.

"Gua tadi ngeliat Abel, Teem, sama Yoon. Yoon nangis, gua denger dia kecewa sama lu. Kalo lu serius sama Yoon harusnya lu kaga jalan sama cewe lain!" bentak Rizky pada Fathan. Fathan terdiam mendengar jika Yoon menangis karenanya. Rizky yang melihat itu hanya geram dan mencengkram kerah bajunya "JAWAB!!"

"Oke!!! Gua serius sama Asya! Tapi gua muak! Lu tau, gua cemburu sama lu dan Asya! Gua kaya gini karena Asya yang terus aja cuek sama gua. Sedangkan sama lu, dia selalu aja nunjukin kalo dia ceria. Lu harusnya tau, kalo gua tuh cinta sama dia. Gak peduli seberapa banyak gua jalan sama cewe, yang gua pentingin dan gua pikirin itu cuma Yolisa Nafhasya!!" ujar Fathan dengan muka yang memerah.

"Kalo ucapan lu bener, lu harusnya buktiin. Bukannya ngelampiasin semuanya dengan cara jalan sama cewe lain. Lu juga harusnya tau kalo gua sama Yoon itu Sepupu-an—hah gua heran lu pacarnya Yoon tapi gak pernah sadar, dibalik sikap cueknya Yoon, dia itu perhatian sama lu dia, dia juga sayang sama lu, lu harus inget semua perlakuan dia sama lu.

Satu hal yang bikin gua marah sama lu. Lu malah percaya sama hasutan orang tentang keburukan pacar lu. Dan gini kan hasilnya, hubungan lu jadi retak. Sekarang, kalo lu masih cinta sama Yoon, lu samperin Yoon dan buktiin kalo lu gak pernah main main sama hubungan lu" ucap Rizky pada pacar sepupunya itu.

Mendengar itu, Fathan langsung berlari menemui Yoon yang kini sedang ditenangkan oleh Abel. Hatinya sesak melihat Yoon menangis sambil mengutarakan kekecewaannya pada Fathan. Apa sebegitu jahatnya ia pada Yoon? Tiba-tiba pikirannya melayang pada permasalahan Abel dan Rescha yang hubungannya pernah retak hanya karena Rescha lebih percaya pada Wanita ular itu. Ia menggelengkan kepalanya cepat. Ia tak mau dibenci orang yang disayanginya, apalagi dibenci sama Yoon dan pembaca setia ini. Oh tidak, ia tak mau ini terjadi. Ia menarik tangan Yoon dan membawa Yoon kepelukannya. Yoon terdiam karena keterkejutannya.

"Maaf. Maaf. Maaf" ucap Fathan berulang kali. "Maafin aku Sya, maaf. Maaf aku udah ngecewain kamu. Sekali lagi maaf. Mengingat semua perlakuan aku, aku merasa kalo aku adalah salah satu orang yang brengsek dimuka bumi ini. Maaf."

Tangis Yoon pun pecah kembali, ia membalas pelukan Fathan tak kalah erat. "Kamu jahat!" ujarnya.

"Maaf sayang, maaf. Maafin aku karena udah percaya sama orang lain. Maaf," Fathan menaruh kepalanya di ceruk leher Yoon, sesekali ia menghirup aroma harum dari tubuh sang kekasih.

"Nah gitu. Kalian harusnya saling percaya. Jangan terlalu cuek sama hubungan kalian. Lu juga, jangan mudah kehasut! Suka heran sama orang yang percaya sama orang lain yang ngomongin keburukan pacarnya sendiri. Gua ingetin sekali lagi, buat lo yang udah punya pacar jangan gampang kehasut sama orang lain, cukup percaya sama pasangan lo sendiri. Sejatinya suatu hubungan akan bertahan kalau dua pasangan itu selalu menjaga fondasi yang mereka buat dari awal agar tetap aman. Yaitu saling percaya."

Ya, sekarang, Fathan menyadari sesuatu. Tak peduli seberapa cuek gadisnya itu. Ia akan berpikir positif, bahwa gadisnya itu hanya menunjukkan cintanya dengan cara lain. Kalian tau, cinta yang terungkap dengan cara yang berbeda akan selalu manis dibandingkan dengan cinta yang terungkap dalam ucapan.

~~~

Please Vote and Coment

Yukaellroux

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro