36. Kemarahan Ucup

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Orang terkadang lebih memilih membela yang salah daripada yang benar, setelah terjadi sesuatu, barulah ia menyesal.

***

Daffa dan Fatur kembali duduk di ruang tunggu. Mama dan Papa Malik sudah pergi meninggalkan rumah sakit. Sedangkan Guntur, Anneth, sahabat-sahabat Hanin, Andi, Ana, dan juga Malik masih terdiam menunggu Hanin yang tengah menjalankan oprasinya.

"Lik, mending lo ganti baju dulu," ujar Daffa.

Karna, seragam lelaki itu masih di penuhi dengan darah milik Hanin. Daffa membuka jaket miliknya, "Nih, pake," ujarnya karna tak mendapat jawaban dari mulut Malik.

Lelaki itu menerimanya kemudian memilih memakainya. Mata tajam milik Daffa bertemu dengan mata milik Ana.

Ana menunduk. Dia memilih memainkan jari tangannya sendiri.

"Ngapain sih lo baik sama dia?" tanya Rizki.

"Ki, lo nggak tau kebenarannya kaya gimana," sahut Daffa cepat.

Rizki beranjak, "Nggak tau apa? Nggak tau saat liat dia ngelakuin hal bejatnya sama Ana, hah?" tanya Rizki.

"Selain kekanak-kanakan, lo terlalu cepet nyimpulin sesuatu. Lo fikir, Hanin bakalan pulih dengan cara lo maki-maki Malik, hah?" tanya Daffa.

"Gimana kalo lo yang ada di posisi dia. Padahal Malik sama sekali nggak salah!" ujar Daffa dengan nafasnya yang tak lagi teratur.

Rizki berdecih, "Nggak salah? Udah ada bukti dan lo masih bilang itu nggak salah?" tanya Rizki.

"Segitu yakinnya lo sama foto murahan kaya gitu? Lo fikir orang iseng mana yang foto orang lagi ngelakuin sesuatu dalam jarak deket gitu, hah?" tanya Daffa.

Rizki diam. Apa yang di katakan Daffa memang ada benarnya juga. Apa, foto itu memang sengaja di rekayasa?

Ucup beranjak. Lelaki itu memilih pergi meninggalkan teman-temannya yang tampak memanas.

Jujur, Ucup juga marah dengan semua ini. Dari mulai Malik yang berdekatan dengan Ana sampai Hanin yang terbaring di rumah sakit seperti sekarang.

Saat sampai di bebelokan, tangan Ucup di tarik oleh Mia. Lelaki itu mengerinyit, "Ngapain lo di sini?" tanya Ucup.

"Gue mau ngomong sama lo." Mia menarik tangan Ucup agar mengikutinya.

Keduanya berhenti tepat di taman rumah sakit. Mia duduk, diikuti oleh Ucup.

"Gue pengen bilang ini sebenernya dari dulu."

Mia menghela nafasnya, "Malik sama Ana nggak salah. Mereka bedua di jebak," ujar Mia.

Ucup menatap gadis itu, "Maksud lo?"

"Sebenernya, malam itu gue liat tante Intan ketemu sama orang-orang suruhannya. Dia sengaja jebak Ana dan Malik saat itu."

"Dia kirim pesan ke Malik pake ponsel Ana, dia minta Malik jemput Ana di club, itu dugaan gue. Sedari dulu, Malik memang udah tau soal Mamanya Ana yang haus harta."

"Mereka sempet deket waktu SMP dulu. Itu juga sebabnya kenapa Ana deket sama Malik saat sikap Ana yang tiba-tiba berubah," ujar Mia.

"Gue ikutin dia, dan nggak lama, Malik masuk ke dalam club buat tolongin Ana yang memang kondisinya Ana udah di sekap terlebih dulu. Gue juga kaget waktu lihat Malik di pukul dari belakang, terus yang gue liat, Malik di bawa ke kasur tempat dimana Ana nggak sadarin diri waktu itu."

"Sialnya, waktu gue mau foto mereka, flash hp gue nyala. Gue ketahuan dan akhirnya gue lari disitu, tapi, gue masih simpen buktinya karna waktu itu gue selamat," ujar Mia.

Gadis itu menyerahkan foto dimana Malik di seret angkat ke kasur.

Tangan Ucup mengepal, "Kenapa dia lakuin itu ke Malik?" tanya Ucup.

"Karna Malik orang kaya. Apa lagi?" tanya Mia.

Ucup menganggukan kepalanya, "Makasih, ya. Tapi--soal kandungan Ana?" tanya Ucup.

"Gue nggak tau. Yang gue tau cuman itu," jawab Mia.

Ucup beranjak. Lelaki itu memilih pamit pergi setelahnya. Ia akan memberi tahu ini pada teman-temannya.

Saat sampai di dalam, Ucup kembali mengepalkan tangannya kala melihat Rizki yang masih saja menyalahkan Malik.

Ucup datang, lelaki itu mencengkram kerah baju milik Rizki. "Lo nggak bisa bersikap dingin buat menyelesaikan masalah?" tanya Ucup.

"Gue juga marah, Ki. Tapi gue nggak mau bertindak gegabah!" ujar Ucup.

Ucup menyerahkan foto yang Mia berikan pada Rizki. Lelaki itu mengangkat dagunya sedikit, "Liat," ujarnya dingin.

Rizki melihatnya. Disana terlihat jelas Malik, Ana dan beberapa orang bertubuh besar di sana.

"Apa yang lo liat?" tanya Ucup.

Rizki diam. Daffa langsung menyerobot foto itu. Jantungnya berdegup kencang, ia menatap ke arah Ana yang juga menatapnya.

"Jawab, punya mulut nggak lo?" tanya Ucup.

Fatur menahan bahu Ucup, "Udah."

"Malik sama Ana di jebak! Dan lo, masih mau nyalahin Malik?" tanya Ucup.

"Minta maaf lo," titahnya.

Rizki mengepalkan tangannya kuat. Lelaki itu akhirnya menyerah dan memilih menatap Malik. "Maafin gue, Lik."

Malik tersenyum, "Nggak papa. Gue ngerti, lo gitu karna lo sayang sama Hanin. Justru gue berterimakasih banget." Malik menepuk pundak Rizki.

Rizki tersentak. Malik--dia sebaik ini?

"Tapi gue masih belum tau anak yang di dalem perut Ana itu, anak siapa," ujar Ucup.

Ana mendongkak. Gadis itu terlihat gelisah. Apalagi, saat Daffa menatap ke arahnya dengan tatapan yang begitu tajam.

Guntur dan Anneth memilih diam. Ia yakin, anak muda itu akan bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri.

"Anak gue," jawab Daffa.

Ana tersentak. Gadis itu mengangkat wajahnya. Daffa--mengakuinya?

Sedangkan Guntur tersenyum. Dugaannya benar ternyata, fikirnya.

"Kenapa ...."

"Udah jangan di bahas. Yang penting semua udah ke ungkap," ujar Fatur.

Remaja-remaja itu memilih diam. Sedangkan sudut bibir Daffa perlahan terangkat. Ana juga sama, ia tersenyum menatap Daffa.

TBC

Kemungkinan besar, beberapa part lagi akan selesai.

Ana dan Malik sama-sama di jebak gais:(

Ada yang ingin di sampaikan untuk semuanya?

Follow instagram @Wattpadindah_. Dan @Octaviany_Indah.

Terimakasih sudah support Kami semua❤

Jangan lupa mampir ke cerita baru indah yaw judulnya : Ge-Fris❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro