19 - Tentangmu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku masih senantiasa menemani tumpukan buku di lantai yang dinginnya tersekat karpet coklat tua.

Masih duduk, mengerjakan soal-soal biologi.

Yang kemudian menyesap kopi yang beberapa jam lalu kupersiapkan.

Memang tak manis, aku hanya menambahkan gula setengah dari biasanya.

Rasanya pahit kau tahu.

Hanya saja ada yang berbeda, dengan kopiku kali ini.

Dinginnya muncul setelah panas menguap di udara.

Ah, bukan itu. Aku hanya teringat kamu. Yang mungkin masih terlelap.

Kali ini, entah mengapa suara alunan lagu beat tak dapat membuatku bersemangat.

Kantuk menjalar, ini baru setengah satu pagi. Dan, aku belum terlelap.

Aku mengalami insomnia kau tahu. Rasanya menyebalkan.

Jujur saja, aku hanya ingin melihat senyummu saat aku tak berani menatapmu.

Ah, rasanya pahit. Maksudnya kopiku pagi ini.

Juga, mungkin saat aku mencerna sikapmu belakangan ini. Rasanya, hambar.

Entah, tak ada renyah croisant lagi dalam beberapa kalimatmu kemarin itu.

Rasanya, juga tak semanis blackforest yang minggu lalu membuatku kenyang dan was-was berat badanku naik.

Rasanya, juga tak sepedas ramen yang kubuat satu jam yang lalu.

Rasanya, seperti secangkir kopi hitam pertamaku. Ya, seperti itu kiranya. Kebanyakan air panas, kurang bubuk kopi, dan lupa diberi gula. Dan, kuminum setelah kuaduk.

Rasanya, semua ampas kopi itu menempel pada lidahku dan lidahku tersengat panasnya air. Pahit, tapi tak begitu terasa. Lidahku tak bisa merasakan apapun hari itu.

Akhirnya, kubuang semua percobaan membuat kopi hitam itu. Dan, seiring waktu aku melupakannya.

Mungkin itu yang akan aku lakukan padamu. Tapi, sungguh setelahnya aku belajar banyak mengubah rasa kopi itu menajdi perpaduan pas sekarang.

Dan, mungkin saja itu yang aku lakukan untukmu. Setelah melupakanmu aku mencoba mencari semua yang membuatmu terlihat baik dan mulai kembali menyukaimu.

Jangan bercanda, aku tak ingin itu terjadi.

Kau, cukup menjadi sebuah bintang di sudut langit. Tetaplah disana, yang hanya bisa kupandang hambar, sehambar rasa kopiku. Tapi, selalu menempati tempat spesial di hatiku. Aku menyukai bintang di langit. Apalagi, bintang dini hari. Saat itulah aku akan melihatmu.

Kau akan membuatku bersemangat, walau hambar rasanya kala aku tak dapat menggapaimu. Bintang di langitku.

Salviniamei
22/11/2016
00.49

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro