𝘿𝙖𝙮 1 - Little Bunny

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hembusan angin sore sayup-sayup menerpa wajah mungil yang masih memejamkan matanya. Surai pirangnya pun menggelitik pipi buntal hingga reflek balita kecil itu mengusap pipinya. Manik berwarna merahnya pun perlahan terbuka. Mulai memperhatikan sekitar dan mendapati tidak ada siapapun di sekitarnya.

Nanami, balita kecil itu bergerak turun dari ranjang tempat ia tidur kemudian berjalan keluar dari kamar yang kebetulan pintunya tidak tertutup rapat.

"Kaa-tan... Tou-tan.."

Ia mencoba memanggil kedua orang tuanya dengan nada lirih sembari mengusap matanya yang masih terasa kantuk. Kaki mungilnya mulai menelusuri rumahnya untuk mencari keberadaan keduanya.

Sampai dibagian belakang ia mendapati pintu menuju halaman terbuka. Nanami pun berpikir mungkin salah satu atau kedua orang tuanya sedang ada di sana. Ia pun berjalan menuju pintu tersebut dan mendapati ayahnya, Nazuna, sedang berada di depan kandang kelinci.

"Tou-tan," panggil Nanami. Nazuna yang mendengar suara Nanami memanggilnya pun menoleh.

"Ah, Nami-chin sudah bangun rupanya, padahal tou-san ingin menghampirimu setelah ini," ucap Nazuna sembari berjalan menghampiri Nanami dan menggendongnya.

"Kaa-tan?"

"Kaa-san pergi keluar untuk membeli sesuatu, sebentar lagi akan pulang," ucap Nazuna. Nanami hanya mengangguk.

"Tou-tan cedang apa?" tanya Nanami yang penasaran apa yang dilakukan ayahnya di depan kandang kelinci.

"Tou-san mau kasih makan kelincinya, Nami-chin mau coba ?"
Nanami mengangguk pelan dengan sorot manik merahnya yang terus melihat ke arah kelinci yang memiliki warna mata sama dengannya.

Nazuna menurunkan Nanami tepat di hadapan kelinci tersebut. Kemudian menyodorkan wortel pada Nanami. Gadis kecil itu pun mengambil wortel tersebut dan menyodorkannya kepada kelinci tersebut.

Awalnya kelinci itu mengendus wortel yang ada di tangan Nanami. Kemudian dengan sigap kelinci itu langsung melahap wortel yang ada di tangan Nanami. Sontak Nanami berbinar menatapnya.

"Lincinya atan oltelnya," ucap Nanami.

"Lucu kan?"

Nanami mengangguk.

"Linci atan an banyak," ucap Nanami pada kelinci tersebut. Nazuna yang melihat dari belakang gadis kecil itu hanya tersenyum melihat putri kecilnya berbaur dengan kelinci peliharaannya.

Ketika wortel itu sudah habis, kelinci itu berbalik kembali ke dalam rumah kecil yang ada di kandang tersebut. Hal itu membuat Nanami kebingungan.

"Enapa elgi?" tanya Nanami pada Nazuna kebingungan sekaligus sedih.

"Mungkin kelincinya sudah kenyang, nanti kapan-kapan Nami-chin bisa main lagi kok sama kelincinya," ucap Nazuna.

Tepat setelah Nazuna mengucapkan hal itu sebuah suara terdengar dari arah perut Nanami. Gadis kecil itu pun juga menyadari suara itu datang dari perutnya. Ia langsung memegang perutnya dengan perasaan malu yang sontak membuat Nazuna terkekeh.

"Ternyata gadis kecil ini juga lapar ya," ucap Nazuna. Dengan sigap langsung menggendong Nanami dan berbalik masuk ke rumah.

"Eh? Hima-chin sejak kapan ada di sana?" tanya Nazuna yang terkejut dengan keberadaan Himari yang sudah berdiri di ambang pintu sembari tersenyum.

"Kaa-tan!!" seru Nanami senang. Ia mengulurkan tangannya ke arah ibunya. Tentu Himari menyambut uluran itu dengan mengambil alih gendongan Nanami dari Nazuna.

"Nami suka ya main sama kelincinya,"

"Lincina atan anak oltel!" ucap Nanami.

"Iya iya, sekarang Nami yang makan, kaa-san akan siapin kue kesukaan Nami," ucap Himari yang dibalas anggukan Nanami.

Sore itu menjadi kenangan kecil yang berharga untuk ketiganya. Langit jingga pun mulai muncul, menjadi sorot cahaya sendiri di tengah rumah yang hangat.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro