Dear Astrid,

Saat kamu membaca surat ini, aku sangat berharap beberapa harapanmu sudah terkabul. Jangan lupa bersyukur meskipun hidup tidak seindah keinginanmu. Ingatlah apa yang kamu masih miliki di hadapanmu. Karena Tuhan itu memberikan yang kamu butuhkan, bukan yang kamu ingini. Alangkah indahnya, apabila keinginanmu juga merupakan kebutuhanmu yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Aku berharap kamu masih setia mencintai kedua orang tuamu dan tidak sekalipun berniat mengecewakan mereka. Seberapa pun mereka memiliki salah, ingatlah, kamu juga pernah membuat lebih banyak salah terhadap mereka.

Saat ini, ketika aku menulis ini, banyak hal yang sedang terjadi. Banyak hal yang sedang tidak kumengerti mengapa itu harus terjadi. Mudah-mudahan kamu menemukan jawabannya. Aku akan bersabar sampai hari itu tiba, jangan khawatir.

Aku berharap tahun depan, aku masih bisa menulis balasan surat ini dan bercerita lebih banyak kebahagiaan dan keajaiban yang terjadi dalam hidupku. Terutama, aku masih ingin menulisnya dalam rangka 2nd Anniversary @theWWG.

Untuk teman-teman di the WWG (aku tidak akan menyebutkan satu per satu untuk menghindari kesenjangan sosial ha ha ha, dan karena warganya akan selalu bertambah seiring berjalannya waktu), aku berterima kasih telah menjadi rumah lain untuk perjalanan menulisku. Semoga kalian sudah punya minimal 1 eksemplar buku karyaku tahun depan. He he he!

Akhirnya, aku mengucapkan terima kasih kepada kamu, karena masih percaya bahwa keajaiban dalam hidup masih bisa terjadi meskipun hanya berupa porsi kecil yang tersimpan rapi dalam sudut hatimu. 

Maafkanlah, setiap orang yang kamu pikir telah menyakitimu. Semua terjadi karena sebuah alasan. Aku harap kamu terlalu lelah mencari penjelasannya dan memutuskan untuk berdamai dan ikhlas saja. Jangan menyimpan kepahitan, karena pahit itu cuma boleh dirasa saat menelan obat pilek dan mengunyah daun sambung nyawa.

Tuhan selalu memberkatimu.

Cheers,

Yourself in 2017