02. Hyunjin's Dark Life

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Terkadang yang tersenyum di luar, belum tentu tersenyum di dalam,

Terkadang ada baiknya, kita bersikap seolah-olah hidup ini sempurna,

Walaupun, masih banyak lubang.

Karena, tidak ada yang benar-benar peduli dengan lubang hidupmu.

Hyunjin menengadah kepalanya ke arah langit yang mulai mengeluarkan warna oranye yang menunjukkan hari akan berubah menjadi malam. Matanya menyipit seiring dengan senyum di wajahnya ketika melihat kanvas penuh warna itu terlihat cantik.

Pemuda Hwang itu terus berjalan menyusuri komplek perumahan yang ia tinggali sejak kecil dengan terus melihat ke atas, tidak lelah dia memuji kecantikan langit tersebut.

Hyunjin tahu sebuah mobil berjalan dengan pelan di belakangnya sejak ia memaksa untuk turun dari mobil tersebut hanya karena ciptaan Tuhan diatas yang mengundangnya untuk berjalan bersama. Hyunjin tidak mau ambil pusing dengan mobil tersebut.

Ya, memang sudah tugas mereka menjaga dan mengantar Hyunjin dengan selamat kemanapun yang Hyunjin mau.

Di dalam mobil hitam itu ada 2 orang dengan setelan hitam dengan wakey-talkey di kantung jas mereka. Bodyguards khusus untuk pewaris perusahaan teknologi di Seoul.

Hyunjin agak risih, jangan ditanyakan berapa kali dia melakukan demo kepada orang tuanya yang selalu sibuk sampai Hyunjin menyerah dan membiarkan kedua orang dewasa itu melakukan apapun yang mereka inginkan.

"Oh? Itu Bae Jinyoung?" monolog Hyunjin saat melihat pemuda berseragam sama miliknya keluar dari sebuah mobil mewah dan masuk ke dalam perkarangan rumah yang bersebelahan dengan rumahnya sendiri.

Tungkai kakinya berhenti seiring dengan matanya melekat ke pemuda tersebut, sampai Jinyoung menghilang di balik daun pintu rumah tersebut.

Hyunjin terkesiap, lagi-lagi dia gagal untuk menyapa pemuda tersebut. Hyunjin berlari masuk ke dalam rumah, mengabaikan sapaan wajib dari maids di rumah, mengabaikan bodyguards di belakang yang lengah.

Memang tidak ada siapapun lagi di rumah tersebut, hanya ada Hyunjin dengan puluhan pekerja rumah.

Hyunjin mengusak rambut basahnya dengan handuk kecil sembari berjalan ke arah meja belajar. Handuk kecil itu mengalungi sekitar area lehernya disaat pemuda itu membuka laptopnya, aktivitas yang selalu ia lakukan untuk membunuh waktu sampai ia mengantuk.

Memori otaknya yakin sekali kalau hari ini, kedua orang dewasa yang sesuai dengan akta kelahirannya itu memang Papa Mamanya tidak akan pulang. Hyunjin tidak yakin apakah mereka masih mengingat kalau mereka punya anak yang tinggal di rumah sebesar ini seorang diri?

Lima tahun yang lalu adalah terakhir kalinya dia berharap kalau mereka akan pulang dan duduk di meja makan setiap Hyunjin turun tangga untuk sarapan.

Setelah itu, Hyunjin menyerah. Hyunjin tidak peduli lagi dengan mereka.

Pulang atau tidak, ingat atau tidak. Hyunjin tidak peduli lagi.

"Tuan muda, makan malamnya sudah siap."

Hyunjin tersenyum tipis, "Sebentar lagi aku akan makan, eomma."

Wanita paruh baya yang berdiri di ambang pintu membalas dengan senyuman, "Baiklah. Jangan kemalaman untuk makan, ya, Tuan muda."

"Iya, eomma."

Wanita paruh baya yang dipanggil 'eomma' oleh Hyunjin itu memilih untuk kembali melanjutkan pekerjaannya. Wanita yang bernama Lee Hyerin itu bukanlah ibu kandung Hyunjin, walaupun, dia yang menemani Hyunjin sejak Hyunjin bisa merangkak.

Tidak salah jika Hyunjin lebih suka memanggilnya dengan sebutan eomma.

Maniknya kembali menyelami lautan maya di layar laptop. Tangannya dengan terampil menekan mouse dan masuk ke sebuah website yang sudah dia kenali.

Tetapi, telepon masuk menganggu kegiatannya.

Min hyung is calling.

"Ya, hyung. Ada apa?" tanya Hyunjin tanpa berniat memberi salam.

"Kau sibuk?" tanya Minho di seberang sana.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Bukankah kau sedang belajar di jam segini?"

Minho terkekeh pelan, "Ya, aku sangat sibuk. Sangat banyak tugas yang menghampiriku. Kalau saja aku tidak mengikutimu ke cafe internet tadi, pasti tugas ini tinggal sedikit."

"Pembual." balas Hyunjin dengan santai, matanya menelisik ke arah layar laptop yang menampilkan website mysfit.net

"Kalau begitu jangan bertanya." seru Minho dengan ketus. "kau tahu, kan, berap derajat yang kukasih?" sambung pemuda bernama lengkap Lee Minho itu sambil melihat ke langit yang menggelap tanpa ditaburi bintang. Matanya bahkan tidak menangkap bulan di sana.

Sendirian.

Sama sepertinya.

Hyunjin memutar bola matanya malas, "Seratus delapan puluh derajat dalam dua puluh menit." jawaban Hyunjin terlontar dengan santai, "waktu yang digunakan untuk memanggang Hyunjin menjadi 'Baked Hyunjin'." sambung Hyunjin lagi. Pemuda Hwang itu ada di rumah, jadi dia akan aman dari serangan kakak kelasnya.

Minho tertawa renyah.

Tidak salah kalau Hyunjin menghapalnya, nyaris setiap hari Minho mengatakan itu, "Pintar."

"Aish ... sudahlah, hyung. Ada apa?" tanya Hyunjin untuk kembali ke jalan sebenarnya.

"Rumahmu kosong, kan?" tanya Minho lalu membenarkan posisi tas punggungnya.

Hyunjin menggeleng, "Tentu tidak. Ada aku, eomma dan banyak lagi di sini."

"Kau mau kujejelin tisu toilet lagi, ya?"

Hyunjin bungkam.

MAYDAY! MAYDAY! SIAGA SATU! SIAGA SATU! NINU NINU NINU NINU!

"Aku akan sampai lima menit lagi." putus Minho dengan cepat.

Hyunjin terbelalak, "Hyung diusir lagi?"

"Begitulah." kata Minho asal. "Sudah, aku tutu dulu. Pastikan tidak ada stok tisu toilet di rumah."

Hyunjin berdeham dan meletakkan ponselnya di atas meja, matanya melihat notifikasi yang muncul di sudut bawah kanan.

Carlotte__ is online

Rena123A is online

Tiaraaaa_ is online

Chat with them now!

Hyunjin tersenyum tipis, lima menit tidak mungkin cukup untuk berbicara dengan mereka. Walaupun, mereka hanya teman yang dia kenal lewat website ini. Tetapi, dia cukup nyaman dengan mereka. Hyunjin mengenal banyak hal asing, karena, mereka berasal dari negara yang berbeda.

Setidaknya, dengan adanya notifikasi mereka, Hyunjin tahu kalau dia tidak akan kesepian di rumah sebesar ini.

Hyunjin berdiri dari kursi dan melangkah ke arah jendela kamarnya. Matanya melihat kamar sebelah rumahnya yang menyala tetapi, tak lama kemudian meredup.

Bae Jinyoung.

Anak seumuran dengannya yang baru saja pindah ke rumah sebelah lima hari yang lalu.

Anak lelaki itu juga Hyunjin baru lihat di sekolah, Hyunjin menduga kalau anak itu pindah ke sini saat dia sedang bersekolah. Tetapi, fakta barunya, Jinyoung pastilah anak orang kaya. Karena, perumahan yang dia tinggali termasuk perumahan mewah di Seoul.

Jinyoung itu tertutup.

Hyunjin baru saja tahu namanya dari teman sekelas dia, bahkan saat Hyunjin bertanya pada Hyerin, wanita itu juga tidak tahu apa-apa tentang dia.

Anak itu berkacamata, seragam yang dimasukkan ke dalam celana menambah kesan kalau Jinyoung adalah anak yang baik.

Kalau ada waktu, Hyunjin akan menyapanya. Tidak biasanya, dia mendapatkan tetangga yang merupakan satu sekolah dengannya.

"Hyunjin!"

Hyunjin membeku, teriakan dari sosok yang dia kenal betul membuat lamunannya buyar.

Seseorang tolong selamatkan anak itu.

Itu Minho telah datang dan ... tisu toilet belum dia sembunyikan.

Poor Hyunjin.

Death Hunters
02. Hyunjin's Dark Life | Done

Haiii, maaf banget kalau telat. Soalnya, cerita tentang Hyunjin, aku usahain di ceritakan di sini.

Alur ini lambat, ya. Jadi, ini belum sampai pintu rumah. Masih dari gerbang utama ke pintu.

Aku nyempilin karakter team project kami di sini. Belum keluar sepenuhnya, masih nama. Coba tebak karakter dari manakah mereka.

Hihi ...

Oh, ya, mau kenalan dengan Bae Jinyoung, anak tetangga sebelah Hyunjin?

Kenalin, Bae Jinyoung.

Apakah mereka akan menjadi teman?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro