19

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku hanya tersenyum ketika bendagara kelas mulai menghampiriku dan bertanya mengenai iuran kas.

Wajahnya yang cenderung datar tidak terlihat menakutkan namun tetap saja aku gugup saat ia datang.
"Uang kas bulanannya," ucapnya dengan nada sangat datar, ia sama sekali tak terlihat bersemangat.

"Maaf bisa diundur 3 hari nggak? Aku nggak punya uang segitu hari ini," ucapku dengan nada memelas,

Ia diam menatapku sebentar, lalu mengangguk, menyatakan bahwa ia setuju dan mulai menagih pada anak kelas lainnya.

Aku menghela napas panjang merasa tenang walau sekejap. Otakku mulai berpikir untuk mencaei uang dalam 3 hari ini.

Bagaimana? Bagaimana?

Meskipun aku selalu berada di peringkat teratas di sekolah, nyatanya aku cukup lemah dalam hal beginian.

Mencari uang itu sulit, apalagi aku hanyalah siswa sma biasa, tidak banyak orang yang mau mempekerjakan anak dibawah umur.

Bersekolah di tempat elit dengan beasiswa bukan perkara mudah, karena selain harus ekstra bersaing aku juga harus ekstra beradaptasi dengan kebiasaan mereka.

Termasuk dalam hal iura  kelas sebesar 50 ribu untuk satu bulan. Diriku yang ripuh ini harus bisa bertahan sampai lulus, karena bagaimana pun sekolah ini adalah sekolah favorite dan banyak siswa lulusannya yang mendapat beasiswa di luar negeri.

Aroma alkohol langsung menusuk hidungku begitu aku masuk ke dalam rumah, aku masih punya waktu dua jam sebelum pekerjaan paruh waktu.

Tok! Tok!

Baru juga melepas sepatu, pintu rumah yang sudah reot diketok dengan keras.

Aku berdecak, ingin rasanya berteriak kalau lubang kemarin baru  saja ditambal-dengan kardus jadi jangan sampai lubang itu terbuka lagi.

Krak!

Asem harusnya aku teriak saja tadi.

Aku membuka pintu rumah, lelaki yang tangannya terjebak langsung menatap marah padaku.

"5 juta,"

"Gak ada uang,"

Aku dan dua renternir itu saling pasang tatapan garang mengintimidasi lawan.

Kalau ibu ada dirumah ialah yang akan mengurus dua renternir ini, memelas dan mengiba untuk diberi perpanjangan waktu, namun diriku berbeda.

"Ini sudah lewat satu minggu! Nggak ada toleransi lagi!"

"Kalau kubilang nggak ada ya nggak ada!"

Salah satu lelaki itu ingin kenghajarku, namun ditahan oleh temannya.

"Bagaimana kalo lo yang bayar 5 juta itu?"

Temannya langsung menarik tubuhku keluar rumah.

"Hah?! Gak! Gak! Gak mau!"

"Tenang aja hutang lo bakal lunas kalo lo ikut kami!"

"Gak! Lepas! Lepas!"

Kedua lelaki itu kuat dan tentu diri ini sangat lemah dan kecil di depan mereka.

"Oi! Lepasin dia!"

Seorang cowok berdiri menghadang jalan.

"Minggir lo!"

"Ini untuk kalian, 5 juta kan? Jadi lepaskan gadis itu,"

Berkat pertolongan dari orang antah berantah itu aku akhirnya bisa bernapas lega. Walau aku yakin ada udang di balik batu.

"Siapa namamu?" Tanyaku sambil menatapnya curiga

Dia tersenyum lebar, "Arka,"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro