25

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku diam sambil memandang kea rah langit – langit, sedangkan Gancang di sampingku sedang sibuk bermain PS, meski sesekali aku dapat mendengar ia menguap. Di hari minggu yang cerah ini, keinginan kami untuk bermain tiba – tiba lenyap.

"Gimana kalo kita pergi ke gamezone?" usulku

"Boyak," sahut Gancang lalu melempar stiknya

Kemalasan ini membuatku tidak ingin beranjak dari karpet, begitu pula degan Gancang. Cowok itu malah ikut rebahan.

"Nih es jeruknya,"

Gilang datang dengan nampan yag berisi perasan jeruk yang dingin dan menyegarkan. Ia meletakkannya di meja bundar yang berada di samping Gancang. Ia lalu menendang Gancang dan diriku.

"Bangun!"

Dengan sigap aku dan Gancang segera mengambil posisi duduk, takut jika Gilang murka hanya karena kami tidak meminum jeruk peras buatannya.

"Thanks, Gilang,"

Segera ku mengambil gelas yang menurutku paling banyak, meski aku tahu Gilang membuatnya sama rata, tapi aku yakin di salah satu gelas pasti ada yang terbanyak.

"Enak banget, nggak seperti buatan tuan rumahnya," ucap Gancang setelah meneguk habis jeruk perasnya

Aku langsung memukul lengannya tak terima.

"Sudah, sudah,"

Gilang segera melerai sebelum aku dan Gancang saling serang dan menghancurkan ruang tamuku.

Ya, kami sedang ada di rumahku, dengan rencana awal menonton DVD terbaru yang dibeli oleh kakakku. Namun itu semua hancur karena kakakku secara tak sengaja merusak DVD nya dna membuat kami harus batal menonton.

Sungguh hari minggu yang boyak.

"Kakakmu kapan pulang kerjanya?"

"Tiga jam lagi,"

Gancang menghela napas sebelum rebahan kembali, sedangkan aku duduk bersila sambil menatap Gilang yang sedang membaca buku.

Masa hari minggu ini kami harus rebahan terus sih? Kan nggak seru!

Tapi kami juga lagi mager keluar rumah, ralat sepertinya hanya aku dan Gancang yang mager ke mana – mana karena nyatanya Gilang masih stay biasa saja.

Ya, anak itu memang jarang mager, atau memang dia lag imager tapi pinter nnyembunyiiin? Entahlah aku tak tahu.

"Gimana kalau kita main rumah – rumahan?" usulku acak

Tapi kayaknya usulku tidak di te-.

"Oke kita main rumah – rumahan,"

Gancang tiba – tiba menyetujui otomatis aku menatap penuh harap kepada Gilang yang menampilkan ekspresi aneh pada kami berdua.

"Haah... oke," ucap Gilang

Dan begitulah, kami berpura – pura sebagai keluarga bahagia, Aku dan Gancang berperan sebagai anak yang OTW tidur sedangkan Gilang berperan sebagai papa yang sedang mendongeng pada kami berdua.

Bukankah ini sempurna?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro