bab dua puluh lima [end]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Semkin malam suhu udara kota Bandung terus menyusut. Anan yang baru saja turun dari motornya kini mengeratkan jaketnya. Ia berjalan memasuki cafe yang dimaksud Indira.

Saat di ambang pintu, Anan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia mencari gadis berambut panjang yang identik dengan jepit di kepalanya.

Tak butuh waktu lama, Anan menemukan Indira yang sedang duduk di kursi panjang, menghadap ke arah jalan. Anan mendekat dengan senyuman, lalu menepuk bahu gadis itu.

Indira terperanjat ketika sebuah tangan memegang bahunya. Ia menoleh dan air mukanya berubah terkejut saat melihat siapa lelaki yang kini di hadapannya.

"Kamu datang?" tanya Indira masih tak percaya.

Anan mengangguk. "Maaf ya, aku bikin kamu nunggu lama."

Dahi Indira mengkerut samar. Ada yang janggal dari ucapan lelaki di sampingnya ini. "Kamu tadi bilang aku-kamu?" tanya Indira sedikit ragu.

Senyuman Anan melebar. "Kenapa? Aneh, ya?"

"Enggak-enggak," balasnya cepat.

"Ra, kita mulai semuanya dari awal, ya?" Anan meluruskan duduknya, ikut melihat jalanan Bandung yang belum sepi meski jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Mulai semuanya dari awal?" bingung Indira.

"Iya. Kita mulai lagi semuanya dari awal, sebagai Anan dan Indira, bukan Milan dan Nadir."

Jantung Indira berpacu lebih cepat. Ia mengulum senyumnya. "Natya gimana?" Saking bahagianya ia melupakan perempuan itu.

"Sudah selesai."

Terdengar helaan napas dari arah Indira. "Jadi, kita gimana sekarang?"

"Pacaran," jawab Anan enteng.

Indira tergemap. "Anan, aku serius."

"Iya. Aku itu serius."

"Kita beneran pacaran?" Indira masih saja tak percaya.

Anan tertawa geli melihat reaksi Indira. "Iya," jawabnya pendek, lalu mengacak rambut gadis itu.

"Pulang yuk, Ra! Udah malem."

Mata Indira melihat jam kecil yang melingkar di tangannya. Sudah pukul sepuluh lebih, Indira menganggukkan kepalanya setuju. Keduanya bangkit dari duduk, tak lupa Indira membawa minuman Red Velvet yang belum habis.

Anan membukakan pintu cafe, Indira tersenyum lalu melangkah keluar. Sepasang kekasih baru itu berjalan beriringan menuju motor Anan yang terparkir di depan toko sebelah. Karena, di depan cafe sangatlah penuh.

Sebuah minimarket di seberang jalan cukup menarik perhatiannya. "Anan, tunggu sebentar, ya." Indira melirik kanan kiri, dan setelah dirasa sudah kosong ia berlari menyeberang jalan yang luas itu.

BRAK...

***

The End

****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro