bab sebelas

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yeayy update malam malam..

Tolong dong kasih saya mantra biar rajin update 😩🙏

Pokoknya kita harus ketemu di ending!!!!
Gak mau tauuuuu!!!!

So, happy reading guys 🥰

🥀🥀🥀

Klakson motor yang berbunyi dua kali membuat Indira bergegas keluar rumah. Ia sudah siap dengan mengenakan dress biru sejak sepuluh menit yang lalu, pasalnya Anan mengajaknya keluar.

Anan menyodorkan helmnya saat pertama kali Indira datang, dan gadis itu memakainya. Tanpa basa-basi, Anan langsung menyuruh Indira naik ke boncengan motornya.

Jalan Braga yang mereka lewati tampak cukup padat. Malam minggu memang waktunya para anak muda berkeliaran, seperti Indira dan Anan.

"Mau ke mana, Nan?" teriak Indira saat motor Anan berbelok usai lampu hijau.

"Gak tau."

Jawaban Anan membuat Indira merutuk kecil, "Kebiasaan."

Setelah sekitar tiga puluh menit yang dilakukan Anan hanya berkeliling kota, akhirnya motor lelaki itu berhenti di depan kedai kopi yang tampak penuh.

Indira turun dan melepas helmnya. Ia mengedarkan pandangannya ke dalam cafe, lalu berucap, "Kedainya penuh, Nan."

"Gue bukan mau ajak lo ke sini," balas Anan yang baru selesai mengaitkan helm di jok belakangnya.

Dahi Indira mengerut samar. "Terus kamu ngapain parkir di sini?" bingungnya.

"Cuma numpang parkir," bisik lelaki berjaket coklat itu dengan tengil.

Indira tak bisa lagi memahami pola pikir lelaki di hadapannya ini. Kini ia mengekor di belakang Anan tanpa au mau singgah di mana.

Saat Anan mengajaknya berjalan naik ke trotoar layang, di situlah Indira semakin tak mengerti akan diajak kemana.

Anan menghentikan gerak kakinya saat berada tepat di atas jalan, membuat Indira iku mengerem langkahnya. Keduanya berdiri bersampingan dengan satu titik pandang, jalanan malam Bandung.

Baik Anan maupun Indira tak ada yang mau membuka topik pembicaraan, membuat suara kendaraan di bawah sana mengambil alih suasana.

Indira mulai lelah dengan situasi itu, Akhirnya ia mengalah dan buka suara. "Nan, kamu maksa ajak aku keluar cuma buat liat jalanan gini?" tanya Indira tak habis pikir.

Sosok yang dilempari pertanyaan itu hanya melirik sekilas tanpa menjawab.

"Nan?" Indira kembali mengajukan pertanyaan yang sama.

Jeda beberapa detik sebelum akhirnya ia mendapatkan jawaban. "Ini itu gak bisa dijadiin cuma, Ra. Karena, bagi gue, ini itu self healing terbaik."

"Ada masalah, Nan?" tanya Indira sedikit ragu.

Anan tersenyum sebelum menjawab, "Banyak."

"Tapi lo gak perlu tau, biarlah beban gue buat gue, beban lo buat lo," ujar Anan seolah melarang Indira bertanya lebih jauh.

Indira tak lagi menyahut. Ia membiarkan percakapannya berhenti di pihak Anan. Keduanya kembali membisu, membiarkan waktu berlalu begitu saja.

"Aku gak suka d sini, Nan," keluh Indira.

Anan meliriknya sekilas. "Kenapa?"

"Lama-lama capek liat manusia yang rusuh, rebutan jalan, gak mau tertinggal, kayak mereka itu bakalan kehabisan waktu. Padahal hidup itu kan bukan tentang cepat-cepatan," papar Indira.

Terdengar gelak tawa dari sampingnya. "Jadi definisi hidup menurut lo itu gimana?"

"Ya, yang namanya hidup itu kan cuma sekali. Jadi, harus nikmatin setiap prosesnya, buat diri kita senyaman mungkin dengan waktu yang terus bergerak."

Sejenak Anan meresapi makna hidup bagi Indira. "Lo tau, Ra, kalau waktu itu egois banget?"

"hm?" Indira menoleh menatap lawan bicaranya.

Sedangkan Anan yang menjadi lawan bicaranya itu memilih asyik menatap jalanan. Ia menarik napas dalam-dalam, kemudian menjelaskan, "Waktu itu egois, Ra. Dia cuma tau maju, tanpa peduli berapa banyak jiwa yang kegusur."

"Waktu itu egois, Ra. Dia gak peduli sama orang-orang yang tertinggal."

"Jadi?" tanya Indira meminta penjelasan lebih.

"Jadi, hidup itu memang tentang cepet-cepetan."

"Kok gitu?" Indira semakin tak mengerti.

"Kalau gak cepet-cepetan, lo gak bakalan bisa meraih mimpi lo dengan cepat."

"Kalau cepet-cepetan gitu kita gak bisa dong menikmati proses dalam hidup?" Indira masih ingin menyangkal.

"Ini nih! 'Menikmati proses hidup' itu sebenernya kalimat jebakan bagi sebagian orang. Karena, terlalu menikmati hidup juga gak baik. Itu tuh memperlambat proses," ungkap Anan.

"Masalah jodoh juga harus cepet-cepetan? Kan suka banyak tuh korban nyinyir tetangga gara-gara gak nikah-nikah."

"Ra, hidup juga tentang pinter-pinteran."

"Hah?"

Anan terkekeh geli saat melihat raut wajah Indira yang begitu kebingungan. "Hidup juga tentang pinter-pinteran kita jawab omongan tetangga itu."

Ucapan Anan kali ini membuat Indira tertawa lirih. Sebenarnya itu jawaban yang serius, tapi terdengar menggelitik di telinganya.

"Nan, aku suka kamu." kata Indira tiba-tiba.

"Lo bukan satu-satunya yang suka gue, Ra. Banyak yang bilang gitu, mungkin gara-gara gue terlalu ganteng," balas Anan dengan candaan.

Indira tertegun dan merasa deja vu.

"Milan-Milan mudur!" titah Nadir kepada Milan yang sedang berjalan ke arahnya.

Milan yang membawa dua botol mineral tak langsung memundurkan langkahnya, melainkan bertanya, "Kenapa?"

"Gantengnya kelewatan."

Milan tersenyum tipis. Ada saja ulah kekasihnya itu.

Keduanya sedang berada di depan gedung sate. Milan mendudukkan dirinya di kursi besi yang sengaja disediakan untuk pengunjung.

Nadir menyimpan kepalanya di bahu Milan, tatapannya lurus menatap orang-orang yang berlalu lalang. "Lan, aku suka kamu," celetuknya.

"Karena, aku punya wajah yang gak main-main, jadinya kamu bukan orang pertama yang bilang aku ganteng," balas Milan yang membuat Nadir tertawa geli.

"Gak papa. yang peting wajah ganteng itu Nadir yang punya."

"Milan," gumam Indira membuat Anan menoleh.

"Ra?" Anan menyenggol lengan Indira, menariknya keluar dari bayang-bayang itu.

Mata Indira mengerjap beberapa kali, membuat matanya yang sudah berair kini meneteskan air mata. Indira mengusapnya cepat.

"Milan, ya?"

Indira mengangguk pelan. "Nan, kalau boleh ubah hidup, aku gak mau terlahir sebagai kelanjutan hidup Nadir."

"Kenapa?"

"Karena, mencintai Milan udah gak terasa semenyenangkan dulu."

🥀🥀🥀

Gak tau lah. Pokoknya bab ini mewakili pikiran aku banget.

Lama tak jumpa,
Apa kabar nieee???

Bocoran dikit ya, kita bakalan menuju konflik🤫🤩

Stay tune 😙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro