5.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Beberapa hari kemudian.

"Sedikit demi sedikit aku mulai mengingatnya siapa itu Douma."

"Tapi masih samar sih." Kata (y/n) pelan berbicara sendiri.

Setelah kembali ke tempat pembasmi iblis pada malam itu (y/n) langsung tertidur di ruangan miliknya untuk memulihkan energinya walaupun meminum darah.

"Tidur emang paling enak." Kata (y/n) mulai tertidur.

Di rumah yang tidak ada orang, malam sudah begitu larut. Ruangan yang begitu gelap, suasana yang tidak enak.

"Mereka belum pulang juga? Aku susul keluar deh."

Saat (y/n) dan adiknya mulai tumbuh remaja. Sang ibu dan Hitoshi sedang pergi keluar, (y/n) saat itu berada sendiri di rumah. Namun kejadian mengenaskan menimpa sang ibu dan adik.

"Ibu? Hitoshi?"

"Siapapun tolong."

"Kalian huhuu.. Jangan tinggalin aku sendiri."

"Huhu ayah sudah lama tidak ada."

Kata (y/n) terus menangis melihat mereka berdua ditemukan meninggal saat berjalan pulang ke rumah.

Seorang laki-laki dimalam hari memasuki rumah (y/n) yang baru saja dirinya berduka atas kehilangan sang ibu dan adiknya yang baru saja dikubur.

"Malang sekali dirimu." Kata laki-laki tersebut.

"Siapa kau?" Tanya (y/n)

"Kau tidak perlu tahu." Jari laki-laki itu menusuk leher gadis tersebut.

"Ugh.. Apa ini?"

"Semoga saja dia juga berhasil." Gumam laki-laki tersebut.

"Apa maksudnya?" Batin (y/n) kemudian pingsan.

Mata yang saat ini terpejam tiba-tiba terbuka dengan tubuh yang berkeringat dan nafas yang sedang berderu.

"Hosh.. Hosh.."

"Lagi-lagi mimpi itu."

***

Siang ini Sanemi sedang berolahraga sekaligus sedang berlatih namun pikirannya kacau memikirkan gadis iblis yang pergi begitu saja, apakah dia marah dengannya? Pikir Sanemi.

Setelah selesai berlatih dirinya ingin kembali ke ruangan miliknya namun wajah Sanemi terkejut melihat sosok gadis dihadapannya.

"Sudah lama tidak bertemu ya Sanemi-san." Kata gadis itu tersenyum.

"Kau kembali?" Tanya Sanemi dengan wajah terkejut.

"Kau mencariku?" Bukan menjawab (y/n) bertanya kembali.

"Untuk apa mencarimu." Jawab Sanemi mengalihkan wajahnya.

(y/n) hanya tersenyum melihat Sanemi, "Kali aja kangen diriku hahaha."

"Jangan harap." Kata Sanemi kemudian melihat tangan (y/n) membawa sesuatu, "kau membawa apa?"

"Hem aku bertanya dengan seseorang kalau dirimu menyukai makanan Ohagi ini." Kata (y/n) memberinya, "sudah kuduga pasti kau lewat sini."

"Kau tidak marah denganku?"

"Marah? Untuk apa? Sudah makan saja Ohagi ini, coba dulu saja maaf kalau tidak enak."

Sanemi pun memakan Ohagi buatan (y/n) walaupun ragu untuk rasanya mudah-mudahan saja pas di mulut Sanemi.

"Jika tidak enak dibuang saja!" Kata (y/n) panik karena Sanemi tidak berkomentar.

"Akan ku makan lagi." Kata Sanemi yang mengambil Ohagi lagi.

"Bo-boleh."

"Sisanya aku ingin bawa ke kamar."

(y/n) terdiam saja ketika Sanemi mengambil piring yang tadi sedang dibawa.

"Terimakasih."

(y/n) tidak salah dengar kan, "kau bilang apa?"

"Tidak ada." Kata Sanemi tersenyum yang sedang memakan Ohagi.

"Sanemi bilang terimakasih? Tidak mungkin. Tapi telingaku tidak salah dengar kok." Batin (y/n).

Faktanya para kakushi lain memberi tahu (y/n) bahwa Sanemi mencarinya saat dia pergi beberapa hari. Karena Sanemi tidak hanya bertanya pada satu kakushi.

"Kembalilah ke ruanganmu, nanti malam kita akan pergi." Kata Sanemi di depan pintu ruangan.

"Pergi?" Kata (y/n) bingung.

"Ya untuk memburu iblis." Jelas Sanemi.

"Baiklah." Kata (y/n) tersenyum sambil melihat Sanemi kembali ke ruangannya.

(y/n) pun pergi dari lorong yang masih tertutup untuk kembali ke ruangannya.

***

Sanemi keluar dari ruangan dengan pakaian pemburu iblis bahkan katana miliknya sudah dibawa. Di waktu bersamaan (y/n) keluar menghampiri Sanemi.

"Kita akan kemana kali ini?" Tanya (y/n).

"Ke pusat kota." Jawab Sanemi.

"Tempat ramai? Apa yang terjadi disana?"

"Beberapa orang menghilang, jadi disana kita akan melihat sekitar dulu."

"Aku mengerti." Kata (y/n) berjalan, "ayo."

Setelah mereka berdua sampai di pusat kota, ada yang harus mereka lakukan dulu yaitu menyembunyikan katana Sanemi dan keberadaan mereka agar tidak mencolok.

(y/n) melihat apa yang Sanemi lakukan, "Kenapa disembunyikan katana mu?"

"Karena pemerintah tidak menyetujui keberadaan pemburu iblis." Sanemi menjawab.

"Kenapa tidak disetujui?" gadis iblis itu kembali bertanya.

"Karena mereka tidak percaya ada iblis disekitar mereka." Jawab Sanemi melihat (y/n).

"Tidak percaya?" Batin (y/n).

"Kau tidak memakai penutup kakushi?" Tanya Sanemi.

"Sepertinya ketinggalan." Jawab (y/n) baru mengingat.

"Itu lebih baik." Kata Sanemi.

"Apa maksudmu?" (y/n) menjadi bingung.

"Ikuti aku." Sanemi menarik tangan (y/n).

Tangan (y/n) yang terus ditarik oleh Sanemi telah berhenti di sebuah bermacam toko pakaian.

"Kenapa ke sini?" (y/n) bertanya karena dia bingung.

"Tunggu sebentar, tidak akan lama." Sanemi memasuki toko tersebut.

Benar saja tidak terlalu lama Sanemi memasuki toko itu kemudian dia keluar membawa sesuatu untuk diberikan kepada (y/n).

"Pakailah jubah ini." Kata Sanemi memakaikan kepada (y/n).

"Kau membeli ini untukku?" kata (y/n) bertanya menatap Sanemi.

"Ya agar orang-orang tidak curiga pada pakaianmu." Sanemi menjawab ikut menatapnya.

"Cantik, aku menyukainya." Kata (y/n) tersenyum lebar.

"Seperti kau." Batin Sanemi tanpa sadar terus menatapnya.

"Sekarang ayo kita melihat sekitar." Kata Sanemi mengalihkan wajahnya.

"He'em." (y/n) mengangguk.

.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro