[01] Murid Teladan Vs Murid Berandal

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

DESCENDANTS OF THE MAFIA
"Dua murid dengan image yang berbeda."

[] [] [] []

HALAMAN SMA Wardhana terlihat sangat penuh dikarenakan para siswa nya tengah berkumpul di sana. Sebagian dari mereka nampak tegang mendengar pengumuman juara umum satu yang sebentar lagi akan dibacakan oleh kepala sekolah.

Namun ada juga sebagian anak yang tak peduli dengan hal itu. Salah satunya adalah Leo, siswa kelas sepuluh yang sebentar lagi akan naik ke kelas sebelas. Terkenal sebagai salah satu siswa nakal yang kerjaannya keluar masuk BK. Gayanya paling mencolok diantara anak nakal lain, karena lelaki itu memiliki beberapa tato di tangan kirinya.

Leo juga sangat famous di lingkungan sekolahnya. Siapa sih yang nggak tau anggota geng abstrax yang satu ini? Memiliki badan yang paling kekar diantara teman-teman lainnya. Banyak gosip juga yang bilang kalau Leo itu penjahat kelamin. Bahkan ada yang bilang juga kalau Leo hobi main bareng tante-tante.

Sudah dulu gibahin si cowok mesum satu ini. Kita lanjut ke cerita.

Leo saat itu sedang duduk lesehan di atas paving halaman sekolah bersama teman-temannya yang lain. Raut wajahnya terlihat sangat bosan dengan pengumuman tersebut.

"Juara umum satu SMA Wardhana kelas 10 tahun ajaran 2020 s.d 2021 diraih oleh ..." Pak Sandi menjeda kalimatnya sejenak, membuat para siswa semakin penasaran. "Razquella Scorpio."

Seketika tepuk tangan beserta cuitan dari siswa-siswi terdengar saling bersautan membuat suasana pengumuman juara umum semakin meriah.

Sang pemilik nama pun masih mematung karena kaget dengan pengumuman yang baru saja ia dengar. Ternyata tak sia-sia usaha belajarnya selama satu tahun terakhir. Kini semuanya terbalas dengan sebuah piagam juara umum bertuliskan namanya.

"Eh, seriusan nama lo yang dipanggil?" tanya Vanna sambil menepuk-nepuk pundak Scorpio yang duduk di depannya.

"Pyo, itu lo dipanggil," ujar Mori yang berada di sebelah Scorpio.

"Astaga temen kita jadi juara umum!" seru Nera sambil tersenyum lebar ke arah Scorpio.

Mendengar seruan teman-temannya membuat Scorpio semakin yakin bahwa ini bukan mimpi, ini nyata. Scorpio berhasil meraih juara umum satu di SMA Wardhana.

"Buruan bangun, Pyo!" suruh Mori sambil menggoyang-goyangkan tangan Scorpio.

Segera Scorpio bangkit dari duduknya setelah tersadar dari lamunannya. Gadis itu berlari kecil ke arah panggung yang ada di depan. Scorpio naik ke atas panggung dengan perasaan gugup. Senyum lebar gadis itu sejak tadi tak menghilang dari bibirnya.

Pak Sandi pun menyerahkan piagam sambil memberi selamat kepada Scorpio.

"Gaes, gaes, itu bukannya yang waktu itu kita liat di klub?" tanya Pojan sambil menepuk pundak ketiga temannya heboh.

Leo pun terbangun. Padahal ia tadi sudah mulai tertidur di pundak Hajo. "Apa hah apa?" tanya Leo galak.

"Itu cewek kemarin," kata Vante mengulang ucapan Pojan.

Leo menatap ke depan. Di deretan beberapa siswa yang dipanggil namanya tadi, ada seorang gadis berdiri sambil melambai ke arah temannya. Muka gadis itu tak asing bagi Leo.

"Parah, kalau sampe berita kemarin nyebar bakalan abis dia diomongin satu angkatan," ucap Hajo.

Leo terlihat sangat diam saat itu. Biasanya lelaki itu super heboh saat ada topik pembicaraan seputar cewek. Tetapi kali ini berbeda, Leo terus-menerus menatap ke arah Scorpio. Dan perlahan senyum miring tampak menghiasi wajah lelaki itu.

[] [] [] []

"PANGGILAN kepada Leo kelas 11 IPA 7, diharapkan ke ruang BK sekarang. Sekali lagi, panggilan kepada Leo kelas 11 IPA 7 diharapkan ke ruang BK sekarang."

Di hari pertama pergantian tahun ajaran, Leo sudah mendapatkan panggilan terhormat dari ruang BK. Padahal belum ada beberapa detik lelaki itu duduk di kursinya.

"Dapet panggilan terhormat noh," ucap Vante pada Leo.

"Bu Ratih kangen gue kayaknya, baru juga masuk udah dipanggil aja," ceplos Leo sambil bangkit dari duduknya.

Gelak tawa pun pecah mendengar ceplosan ngasal dari Leo itu.

"Titip salam buat Bu Ratih, bilangin Hajo rindu dihukum bareng," ujar Vante.

"Ogah woi! Nggak usah bawa-bawa gue!" Hajo bersuara dengan menggebu-gebu. Sepertinya ia sudah kapok dihukum bareng dengan teman-temannya yang tukang buat masalah itu.

Hajo adalah yang paling kalem diantara tiga temannya yang lain. Bukan kalem sih, lebih tepatnya Hajo tak mau cari ribut di sekolahan. Rasa cinta damainya sangat menggebu di dalam jiwa dan raganya. Makanya tingkah laku Hajo selama di sekolah tidak pernah aneh-aneh, kalau di luar sekolah ya lain lagi.

Selain Hajo, Vante juga salah satu yang tak suka mencari keributan, ya walaupun seragam sekolahnya sering kali tidak menaati peraturan. Lelaki yang satu ini cenderung lebih dewasa diantara yang lain. Leo juga sering menganggap Vante sebagai bapaknya di sekolah.

Nah, terakhir ada Pojan. Yang satu ini emang suka nyari keributan dengan tingkahnya yang nyeleneh. Pojan juga merupakan partner ngebolos barengnya Leo. Tiap kali ada kesempatan, pasti mereka akan pergi ke markas geng abstrax, atau pun tempat nongki lainnya. Wajar aja sih, soalnya Pojan juga salah satu anggota geng abstrax, ya walaupun bukan inti seperti Leo.

"Pak, anakmu ini pamit dulu ya. Doakan agar selamat sampai tujuan," ujar Leo pada Vante.

"Mulai dramanya ni," ujar Hajo sambil menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

"Iya, nak. Doa bapak menyertai tiap langkahmu!"

"Terima kasih, bapak!" Leo menyalimi tangan Vante.

"Selamat mendengarkan omelan Bu Ratih," ledek Pojan sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah Leo.

Tangan Leo bersiap untuk menoyor kepala Pojan. Akan tetapi lelaki itu sudah terlebih dahulu menghindar. "Ups! Tidak semudah itu ferguso," ujar Pojan sambil tertawa kencang.

"Udah sono buruan, ntar Bu Ratih ngamuk kalo kelamaan," kata Hajo.

"Awas ae, gue bales nanti Jan!" ancam Leo pada Pojan sebelum beringsut pergi keluar kelas.

[] [] [] []

SEBELUM menuju ruang BK, Leo menyempatkan diri untuk membeli es teh manis di kantin belakang sekolah. Lelaki itu rupanya ingin mempersiapkan diri untuk berperang melawan Bu Ratih.

Leo mengetuk pintu ruang BK sebanyak tiga kali dengan sopan. Sontak hal itu mengundang perhatian seisi ruangan. "Permisi, Bu, saya boleh masuk?" tanya Leo dengan sopan.

"Lama sekali kamu! Cepat masuk!" Padahal Leo baru berdiri di ambang pintu, akan tetapi emosi Bu Ratih sudah terpancar, seakan siap menerkam lelaki itu.

"Maaf atuh bu, saya tadi kan nyempatin waktu saya buat beliin ibu es teh," ujar Leo sambil menaruh es teh di meja Bu Ratih. Tak lupa Leo tersenyum manis ke arah Bu Ratih.

"Ngapain kamu senyum-senyum?" tanya Bu Ratih galak.

"Astaga bu, kenapa pagi-pagi udah galak begini? Mending segerin diri dulu pake es teh terus liatin senyuman manis saya. Dijamin bakalan adem," ujar Leo.

Scorpio yang saat itu sedang berbincang dengan guru BK lain pun jadi menoleh ke arah Leo. Gadis itu terlihat penasaran dengan sosok laki-laki yang membuat ruangan yang tadinya tenang menjadi ribut.

Scorpio menatap Leo dari ujung kaki hingga ujung rambut. Mata Scorpio melotot ketika melihat rambut  Leo yang dicat pirang, ditambah beberapa tato di tangan kirinya.

Pantesan kena marah di hari pertama, batin Scorpio.

"Kamu itu ya, bukannya kapok tahun kemarin udah dimarahin guru-guru karena tato kamu, tapi sekarang kamu malah mewarnai rambut kamu seperti ini." Bu Ratih mulai mengomeli Leo. "Buat apa coba kamu seperti itu? Mau jadi preman sekolah kamu?"

"Nggak gitu bu. Warna rambut saya naturalnya emang begini. Yang item kemarin itu baru ngecat," alibi Leo tanpa dosa.

"Saya ngga bercanda ya! Kamu tu, nggak ada kapok-kapoknya, kemarin sudah diberi sanksi, sekarang masih saja cari gara-gara. Apa nggak bisa berdandan sesuai status kamu yang seorang pelajar? Besar mau jadi apa kamu? Gangster? Mafia?"

Tubuh Scorpio tampak membeku ketika mendengar ucapan Bu Ratih. Satu kata yang tadi Bu Ratih ucapkan cukup membuat jantung Scorpio berdetak lebih cepat.

"Mafia aja bu, lebih terorganisir," ceplos Leo dengan wajah sok polos.

"Kamu itu ya, suka banget ngejawab omongan guru! Coba contoh itu Scorpio, sudah aktif berorganisasi, berprestasi, dapat juara umum lagi!" puji Bu Ratih pada Scorpio.

Arah mata Leo pun akhirnya tertuju pada Scorpio yang berada beberapa jarak darinya. Leo baru sadar kalau di sana ada Scorpio. Leo menatap Scorpio sejenak, yang ditatap pun menatap balik ke arah Leo. Seperti merasa dejavu, Scorpio lebih dulu mengalihkan pandangannya. Kemudian gadis itu membalas pujian Bu Ratih dengan senyum tipis.

"Scorpio adalah contoh yang baik di SMA Wardhana, tidak seperti kamu!"

Mendengar perkataan Bu Ratih membuat Leo terkekeh pelan. Nggak tau aja kelakuan pas malemnya kayak gimana, batin Leo.

Dari ekor matanya, Scorpio bisa melihat kalau Leo sedang menertawai dirinya. Dia barusan ledekin gue? batin Scorpio tak terima. Gadis itu pun memberikan tatapan tajam pada Leo.

Seolah tak peduli, lelaki itu langsung mengalihkan pandangannya.

"Saya tidak akan memberikan keringanan lagi buat kamu! Intinya saya mau orangtua kamu datang ke sekolah," ucap Bu Ratih sambil memberikan sebuah surat pemanggilan orangtua kepada Leo.

"Yah, bu, janganlah," pinta Leo. "Hukuman aja deh!"

"Tidak! Saya mau orangtua kamu datang ke sekolah!"

"Bu ..."

Sementara Leo sedang membujuk Bu Ratih, Scorpio melenggang keluar dari ruangan tersebut dikarenakan urusannya telah selesai. Tetapi bukannya langsung pergi ke kelas. Gadis itu justru berdiri di samping ruangan itu. Wajahnya terlihat kesal. Mulutnya sejak berdiri di luar tak berhenti berkomat-kamit.

"Hukum saya apa aja deh, saya siap bu." Leo masih berusaha membujuk Bu Ratih.

"Tidak!"

"Besok rambut saya jadi item lagi deh," ujar Leo.

"Sepatu juga!" perintah Bu Ratih.

Leo menatap sepatu dengan perpaduan warna putih-army yang saat itu ia kenakan. Dengan berat hati Leo menganggukkan kepalanya. Mungkin sementara waktu ini Leo tidak akan bisa memakai sepatu baru kesayangannya itu ke sekolah.

"Pakai atribut sekolah semuanya! Saya mau besok kamu berpakaian rapi sesuai peraturan," ujar Bu Ratih.

"Iya ibu cantik," jawab Leo. Lelaki itu kemudian mengembalikan surat yang ada di tangannya, "jadi surat ini batal ya bu, langsung dibuang aja," ujar Leo. "Atau mau saya bantu buangin?"

Bu Ratih menarik surat tersebut. "Saya simpan dulu, buat jaga-jaga kalau besok kamu masih berulah. Awas saja besok!" peringat wanita itu sambil melotot ke arah Leo.

"Siap bu," ujar Leo. "Jadi udah beres kan? Kalau begitu saya pamit undur diri. Selamat bekerja ibu guruku," kata Leo kemudian akhirnya melenggang pergi. Untuk kesekian kalinya lelaki itu lolos dari surat pemanggilan orangtua.

Dengan wajah super senang, Leo pun keluar dari ruang BK. Namun tiba-tiba seorang gadis bertubuh kecil menghadang tepat di hadapannya. Leo menatap ke arah Scorpio bingung.

"Kenapa?" tanya Leo.

"Lo ngapain tadi ngetawain gue?" tanya Scorpio sambil menyilangkan tangannya di depan dada. Selain terkenal pintar, Scorpio juga terkenal tukang labrak. Bahkan saat baru semester pertama kelas sepuluh, gadis itu sudah berani melabrak kakak kelas yang menyebarkan gosip bohong tentang dirinya.

"Mmm ... kapan gue ngetawain lo?" tanya Leo pura-pura tak tahu.

"Tadi, pas di ruang BK," jelas Scorpio.

"Kaga tuh, gue kaga ngerasa," elak Leo.

"Nggak usah bohong deh lo! Lo ngetawain gue! Jelas-jelas gue liat tadi!" Scorpio jadi nyolot.

"Mungkin lo salah liat, Piyo," ujar Leo sambil menekankan nama panggilan Scorpio.

"Dih, sok deket banget manggil gue kayak gitu," ujar Scorpio kesal.

"Ck." Leo berdecak.

"Apa? Jadi cowok kok sok jagoan, giliran ketangkep basah malah ngga mau ngaku. Pengecut!" ucap Scorpio sambil menatap ke arah Leo.

Mendengar ucapan Scorpio membuat Leo terkekeh. Lucu saja mendengar ucapan ngelantur dari gadis di hadapannya itu. "Udah ah, gue nggak ada waktu buat ngeladenin cewek kayak lo."

Scorpio tertawa meremehkan. "Bilang aja takut kan lo? Beraninya di belakang aja, sekalinya diajak satu lawan satu malah kabur."

Leo mendengus. Ternyata Scorpio adalah jenis cewek yang menyebalkan. Benar-benar bukan selera Leo. Lelaki itu kemudian membalas tatapan Scorpio dengan tajam. "Iya, gue ngetawain lo tadi. Ada masalah?"

Scorpio tak merasa takut dengan tatapan tajam dari Leo. Gadis itu bahkan mendekatkan dirinya ke arah Leo. "Seharusnya gue yang nanya, lo ada masalah apa sama gue? Ngapain lo ngetawain gue tadi? Ada yang lucu emang? Atau iri gara-gara gue dipuji tadi?"

"Nggak iri bos, nggak haus pujian juga," kata Leo.

"Terus apa hah?!" Dahi Scorpio mengerut. Ini kebiasaan gadis itu saat marah.

"Ya abis gimana mba. Nggak tahan gue liat kemunafikan lo," kata Leo penuh makna.

"Emang gue munafik apa?" tanya Scorpio.

Leo tersenyum miring. "Pikir aja sendiri."

Seakan mengerti dengan makna dari ucapan Leo, Scorpio menjadi mematung sejenak. Gadis itu menatap wajah Leo dengan teliti. Entah kenapa Scorpio merasa pernah melihat Leo di suatu tempat.

"Udah ni sok jagoannya?" tanya Leo. "Kalau udah, gue mau ke kelas dulu, mau belajar biar pinter kaya murid teladan," ujar Leo.

Scorpio tak membalas pertanyaan dari Leo. Gadis itu hanya menatap wajah Leo sejenak, sebelum akhirnya pergi begitu saja.

Leo tak beranjak dari tempatnya. Lelaki itu terdiam sambil menatap punggung Scorpio yang mulai menjauh. Sepertinya seru juga kalau Leo mempermainkan gadis angkuh yang satu itu.

[] [] [] []

FOLLOW :
@kdk_pingetania
@aboutpinge

Yuhu! Part satunya udah nih. Gimana? Tertarik nggak sama cerita aku yang satu ini?

Bonus foto Babang Leo yang lagi ngejamet nih

Masih banyak sisi kelam dari Leo yang kalian belum tau. Jadi di cerita ini kalian bakalan tau kebenaran tentang semua gosip yang berkeliaran tentang Leo.

Oh, iya, kehidupan Pyo juga ngga kalah kelamnya. Pokoknya kalian tungguin aja deh part selanjutnya! Tapi inget jangan lupa buat vote dan spam komen sebanyak-banyaknya!

Next? 100 komen bisa nggak nih?

16-08-2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro