Chapter 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Jadi, kemana tujuan kita ?" tanya Tenn yang membuka suara pada keheningan tempat ini yang berisi beberapa mayat hidup tengah mondar-mandir di area perkantoran mereka.

"Bukankah tujuan kita mencari tempat perlindungan," ucap Gaku dengan nada tak terima namun cukup pelan, untuk mengantisipasi apabila mereka mendengar perkataan mereka.

"Kita pastikan terlebih dahulu, apakah ada warga yang selamat atau tidak. Karena keselamatan mereka adalah prioritas kita sebagai seorang polisi," jelas Ryu dengan raut serius.

"Jadi, kita mulai darimana?" tanya Gaku yang tengah memperhatikan kondisi sekitar, manik silvernya terus menelisik dibalik kesunyian jalan ini.

"Bagaimana jika kita mulai dari rumah sakit di dekat sini. Siapa tahu ada yang selamat diantara mereka," jelas Tenn dengan tatapan tajam.

"Boleh, kita akan kesana," ucap Ryu yang membuat dua orang rekannya mengekor arah Ryu pergi.

Sesampainya disana, mereka malah merasa menyesal untuk menghampiri rumah sakit tersebut. Bagaimana tidak, mayat hidup terus berjalan menyusuri lorong dengan tubuh yang lemas.

Namun, mereka telah membulatkan tekad dan pada akhirnya mereka mencoba memasuki tempat itu satu-persatu hingga mereka berhenti di satu tempat yang terkunci rapat, ruang laboratorium bakteriologi.

Karena terbatasnya ruang komunikasi, mereka hanya mencoba menyinari ruangan itu dan tanpa disangka, mereka menemukan sosok gadis tengah berdiri di sudut ruangan dengan raut yang sangat terkejut.

Ryu yang mengerti kondisi pun langsung menunjukkan ke tangan maupun lehernya untuk membuktikan jika dirinya belum terinfeksi sedikitpun. Dan gadis itupun segera mendekati pintu dan membuka pintu secara perlahan.

Setelah pintu itu terbuka, ia langsung memberikan isyarat agar mereka segera masuk agar mayat tersebut tidak kemari dan setelahnya ia langsung kembali mengunci pintu tersebut rapat-rapat.

"Kalian benar-benar tidak terinfeksi, bukan?" tanya gadis itu dengan nada ragu-ragu sekaligus takut.

"Tentu, kami tidak terinfeksi sedikitpun," ucap Gaku yang sedang memperhatikan kondisi sekitarnya.

"Jadi, jelaskan pada kami. Apa yang sebenarnya terjadi disini?" tanya Tenn tanpa mengucap basa-basi terlebih dahulu.

Sementara gadis itu, ia hanya bisa terdiam dengan raut yang terukir jelas jika ia sedang trauma.

"Tenn," panggil Ryu yang membuat orang yang bersangkutan menghadapnya dan Ryu pun memberikan kode untuknya agar diam sejenak seperti Gaku.

Tenn pun mengangguk dan Ryu mencoba mendekati sang gadis tersebut secara perlahan. Dan Saat telah sedikit dekat, Ryu dapat membaca dengan jelas nama yang terpampang dalam papan yang menggantung di jas laboratorium gadis tersebut, (Last name) (Name).

"Mereka... mereka menjadi seperti itu karena kebocoran virus yang dikembangkan oleh pemerintah untuk memperkuat militer mereka," lirih gadis itu yang masih bisa ditangkap oleh Ryu.

"Siapapun yang tergigit, maka mereka terinfeksi," sambungnya dengan nada yang lebih lirih.

Mendengar ucapan gadis itu yang semakin lama semakin lirih membuat Ryu merasa iba padanya. Mungkin di militer atau kepolisian melihat orang ditembak mati atau tertembak sudah biasa. Namun di kesehatan, mereka melihat orang mati dengan cara yang lebih halus.

"(Last name)-san, apa yang membuatmu bisa selamat disini?" tanya Ryu yang sebisa mungkin tidak membuat gadis dihadapannya semakin ketakutan ataupun merasa tertekan.

"Aku... aku adalah analis kesehatan yang dikirim oleh pemerintah untuk memantau perkembangan virus yang telah diinjeksikan dalam salah satu pasien disini. Namun rekanku tidak melakukan sesuai prosedur nya sehingga ia membebaskan orang itu, lalu pasien itu mulai menggigit mereka dan membuat mereka seperti saat ini termasuk rekanku. Aku membunuh rekanku secara spontan dan ku kunci tempat ini rapat-rapat," jelasnya sambil melirik sesuatu yang berada tak jauh disebelah Gaku.

Ryu yang mengerti pun langsung memberi kode untuk Gaku untuk memeriksa tempat itu. Dengan hati-hati, Gaku membuka tumpukan kertas dan menemukan mayat perempuan dengan kulit putih pucat dan mata katarak yang telah tak bernyawa dan disertai gigitan di lehernya.

"Apa mereka bisa melihat kita?" Tanya Gaku sembari memperhatikan mayat itu. Gadis itupun menggeleng perlahan sebagai jawaban.

"Mereka akan mendengarkan suara. Jika ada kebisingan, maka mereka akan bergerak kearah sumber suara itu," jawab (Name) pelan.

"Kau punya antivirus nya?" tanya Tenn yang mendekati Gaku. Gadis itupun kembali bergeleng.

"Antivirus disimpan rapat dalam pusat analis kesehatan milik pemerintah yang berada di bawah tanah," jelas gadis itu dengan tatapan yang sedikit tenang dari sebelumnya.

"Oh, jadi kalian memilih menghindar dan mencari aman sementara manusia disini menjadi korban uji coba kalian," ucap Tenn dengan nada yang sedikit keras.

Brakk!!!

Pintu pun berusaha didorong oleh seseorang yang berada diluar ruangan ini.

"Tenn, jika kau bisa mengontrol perkataan pedasmu maka kita takkan ketahuan," ucap Gaku yang mengangkat handgun dan mengarahkannya pada pintu.

Sementara Ryu, Ryu berusaha melindungi gadis itu dibalik tubuhnya dan ia pun membuka seluruh kunci pintu perlahan-lahan hingga pintu terbuka sepenuhnya. Setelahnya, dua mayat hidup itupun berjalan dengan langkah terombang-ambing tanpa mengetahui arah tujuan mereka.

Dan dengan sigap, Ryu memberi aba-aba pada dua rekannya untuk keluar dari tempat ini secara perlahan. Karena mereka yakin, jika tempat ini sudah tidak ada yang selamat kecuali gadis yang sedang berjalan di belakang Ryu.

Namun baru beberapa langkah, gadis itu menghentikan langkah Ryu dan dua rekannya. Ia mencoba memberitahu jika ia ingin menemui keluarganya.

Hal itu langsung ditolak oleh Tenn, karena Tenn telah beranggapan jika mereka yang ada di negara ini telah musnah. Berbeda dengan Tenn, Gaku dan Ryu pun menuruti permintaan gadis itu. Sehingga mau tak mau, Tenn harus ikut dengan dua rekannya untuk menemui keluarga sang gadis yang berada tidak jauh dari tempat ini.

Dan saat telah mencapai lorong resepsionis, gadis itu berhenti namun tak bisa berteriak. Ryu yang merasa ganjal pun langsung membalikkan badan dan mendapati sang gadis telah dihadang oleh mayat hidup yang merayap, atau lebih tepatnya tak mampu lagi berjalan.

Dengan segera, Ryu memberikan kode pada dua rekannya untuk diam di tempat dan berjaga sementara dirinya menghampiri gadis itu.Perlahan-lahan, mayat yang telah pucat itu mencoba menggigit kaki jenjang milik sang gadis yang telah ia raih.

Gadis itu hanya bisa menutup mulut dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak menjerit ataupun berbicara sedikitpun.

Kretekkkk

Suara patahan tulang tengkorak dan leher pun terdengar pelan dari sang mayat. Ya, Ryu membuat sang mayat mengalami gegar otak yang membuat putusnya sel-sel saraf yang menghubungkan antara otak dengan sel saraf sensorik dan motorik yang ada di tulang belakang sehingga virus tersebut tidak mampu lagi untuk mengontrol pergerakan sang mayat.

Setelahnya, Ryu memberikan kode pada gadis itu jika semua akan baik-baik saja selama dia tidak menjaga jarak terlalu jauh darinya dan dua rekannya. Gadis itupun membalas dengan anggukan dan setelahnya, merekapun melanjutkan perjalanan secara perlahan-lahan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro