File 2.3.6 - I'm Sure She Doesn't do it

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Benar. Setelah diteliti dengan kaca pembesar, bercak darah di dinding lebih kering dari pada di lantai yang masih kental. Persentase 7/10. Sedikit memang. Tapi berkat perbandingan kecil itu, Watson bisa menyimpulkan hal baru.

Watson yakin bukan Anjalni yang membunuh Akinlana. Tapi dia juga tak bisa menghiraukan kesaksian Dula tentang melihat Anjalni telah menikam korban. Ditambah sisa rekaman cctv memperlihatkan Anjalni memang berada di TKP sampai pagi, sampai Dula masuk ke kantor, sampai semuanya berkumpul di tempat sama.

"Kak, Hellen bilang ada video aneh dari ponsel duo sejoli menyebalkan tadi, kan?" celetuk Michelle di sebelah Watson, mengelus dagu. "Kedai yang memperdagangkan mapo tofu."

"Ya. Kenapa dengan itu?"

Michelle menunjuk ke luar jendela yang pecah. "Titik ini... bukankah mengarah ke stan tersebut?" katanya, menatap kedai mapo tofu yang dipromosikan oleh anak kelas dua.

Iyakah? Watson melongok memeriksa. Ternyata benar. Tadi Hellen yang menganjurkan pergi ke sana, sekarang Michelle. Kalau sudah ada dua orang yang merasa 'aneh' dengan satu hal sama, Watson tidak bisa mengabaikannya lagi.

"Lele, kamu pergilah ke sana dulu. Masih ada beberapa hal yang harus kupastikan di sini."

Lele untuk Michelle? Gadis itu mengernyit. Kentara bahwa Watson tak berbakat membuat nama panggilan yang kreatif. Dia mendesah. "Baiklah," katanya pasrah, melangkah pergi.

Watson beringsut ke tempat Hellen. "Btw, kamu tadi ingin bilang apa?" Dia lupa karena tergesa-gesa pergi ke TKP mengecek ulang.

Hellen bersedekap. Ekspresinya, Aiden, dan Jeremy terlihat tidak baik. "Bukankah kamu terlalu dekat dengan anak itu, Wat? Jangan langsung buka hati untuk orang mencurigakan. Kita masih belum tahu soal latar belakangnya."

"Aku tahu. Selagi dia kartu yang berguna, aku harus memanfaatkannya dengan optimal."

"Kamu meniru sifat licik siapa sih?" Mereka curiga Watson diam-diam mengikuti les pribadi cara menjadi 'ular berbisa' dengan Apol.

"Lupakan itu! Kita teralihkan. Aku tanya, kamu menemukan sesuatu atau tidak, Stern?"

"Ah, iya. Hem! Seperti kataku, aku menyelidiki personalia Miss Anjalni lebih dalam. Tebak apa, ketika kenalanku mengajukan pemeriksaan dukcapil online, yang muncul adalah informasi dasar, sama seperti yang kutemukan. Dia mencoba berkali-kali, tetap informasi itu yang terlampir. Apa menurut kalian tidak aneh?"

Aiden dan Jeremy bersitatap. "Mungkin memang itu satu-satunya yang terdaftar di dukcapil. Pendaftaran biodata diri ke internet ketat supaya informasi warga tak bocor."

"Ceritaku belum selesai sampai di sana. Dia tidak menyerah dan memakai jalan lain yaitu menggunakan terminal data penduduk. Kalian tahu? Muncul notif peringatan Red Access!"

Mereka terdiam, tak terkecuali Watson.

"M-memangnya Red Access itu apaan?"

Bagaimana, ya? Terus terang, Watson sendiri juga kurang yakin dengan artinya. Red Access memiliki banyak definisi yang sukar dipahami. Di beberapa kondisi tertentu, itu memiliki pengertian yang ambigu bahwa ada otoritas tinggi di balik seseorang yang bersangkutan.

"Entah, aku tak yakin. Apa pun itu, boleh jadi ada sosok hebat melindungi Miss Adine."

Hanya itu yang bisa Watson sampaikan.

Tiba-tiba terdengar suara bergemuruh. Watson memegang perutnya. Ingatannya kembali, kalau dia butuh toilet untuk buang air kecil yang tidak jadi-jadi dari dua episode kemarin. Pantas kenapa dari tadi dia merasa kebelet.

"Eh, aku mau ke wc dulu deh. Kalian cari apa saja yang bisa membantu investigasi."

#

Phew! Akhirnya Watson bisa menghela napas lega usai selesai buang hajat. Tidak ada orang selain dirinya di toilet. Suara dentuman DJ dan musik terdengar redam di dalam sana.

Watson menatap cermin besar di depannya, mengeluarkan spidol. "Coba kita tafsirkan..."

Pelaku mencoba menjebak Anjalni dengan membuat wanita itu masuk ke ruang kepsek sesuai waktu yang telah dia atur. Masalah utamanya adalah cctv merekam jelas Anjalni yang menikam Akinlana. Apa mungkin pelaku menukarnya dengan wajah Anjalni? Watson rasa tidak karena proporsi wanita di rekaman amat mirip dengan Anjalni. Itu sungguh dia.

Yang jelas Watson tak bisa menghiraukan kemungkinan pelaku lihai dalam mengedit.

"Tidak bisa begini. Aku harus memeriksa kepala korban apakah ada tanda-tanda fraktur remuk atau apalah baru bisa membuat kesimpulan."

Baru selangkah keluar dari toilet, Watson tersentak kaget melihat keberadaan Asha di depan toilet, bersandar menunggu seseorang. Dia tersenyum hangat begitu menatap Watson. Jangan bilang wanita itu menunggunya.

"Apa yang anda lakukan di sini? Kalau anda butuh kamar mandi, tuh tepat di sebelah."

"Ah, bukan begitu. Kamu menjatuhkan ini tadi," katanya sambil mengulurkan sebuah kain putih. "Aku sudah memanggilmu berkali-kali, tapi kamu tidak menyahut. Jadi, aku tunggu di sini."

"Oh, saputanganku!" Watson menerimanya, dalam hati meringis malu. Pikirannya berada di tempat lain sampai-sampai tak mendengar orang memanggil. "Terima kasih, Miss Asha."

Asha memandangi Watson yang melipat-lipat kain itu menjadi scarf dan memasangnya di leher. "Kelihatannya itu barang berharga, ya?"

"Ah, iya. Ini buatan mama saya. Saya bawa ke mana-mana agar mama saya selalu mendoakan saya dari surga," jawab Watson santai, dalam hati merutuk diri yang ceroboh. Ini kedua kalinya saputangan itu hampir dia hilangkan.

Asha diam. Jeda beberapa detik sebelum dia membalas, "Tentu saja. Ibumu pasti akan melindungimu dari tempat jauh," gumamnya.

"Pardon?" Watson mengerjap bingung.

"APA?! Bagaimana bisa hilang?!" Tapi teriakan ini mengagetkan Watson. Dia menoleh. Ada dua perempuan di belakangnya tengah berdiskusi.

"K-kemarin aku yakin anak-anak menyediakan sepuluh buah busur. Lalu saat aku menghitung jumlahnya dan bersiap-siap membuka stan, aku baru sadar unit busur menghilang satu."

"Aduh! Padahal sudah jam segini. Ayo cepat siapkan busur baru. Pokoknya stan kita harus mengumpulkan banyak stempel dari para tamu!"

Dan mereka berdua pun berlalu pergi.

Otak! Mari berpikir!

Ada busur yang hilang. Kalau dipikir-pikir, bagaimana cara pelaku melempar obeng itu? Memakai kekuatan atau mengandalkan alat semacam pelontar? Sebisa mungkin alat yang tidak mencolok perhatian orang-orang...

Maka busur adalah kandidat pertama. Apalagi kalau ditambah dengan kabar satu unit busur dari stan 'Panah Berhadiah!' hilang. Pelaku mencurinya untuk melemparkan obeng karena (mungkin) pelaku sadar staminanya tak cukup.

Lagian ruang kepsek berada di lantai empat. Sampai bisa membuat kaca pecah, apa ada kemungkinan pelaku aslinya pria dewasa?

Masih belum jelas pelakunya wanita atau pria. Watson harus menemukan buktinya terlebih dahulu. Dia menoleh ke Asha yang tersenyum bingung. "Saya duluan, Miss. Sampai jumpa."

Bisa gawat orang luar tahu sedang terjadi pembunuhan di Madoka Senior High School.

#

Sherlock Pemurung itu tidak percaya dia yang jelek soal keberuntungan, kali ini diberkati oleh Dewi Fortuna. Dia yang selalu mengumpat dan pasrah akan nasib yang kurang mujur, untuk pertama kali berdoa kepada Sang Dewi Keberuntungan, memanjatkan puji syukur.

Betapa senangnya Watson menemukan busur yang hilang di dalam hutan, tepat di sebelah gedung sekolah. Sepertinya pelaku melempar obeng tersebut dari sini supaya terhindar dari titik buta cctv. Pelaku cukup teliti, namun dia tak bisa lolos dari yang namanya ceroboh.

"Hmmph. Dia pikir dia menang karena berhasil mengelabui polisi dan menuduh Miss Anjalni? Makanya dia tidak menyembunyikan busur ini dengan baik. Kena kamu sekarang, Mrs. Pelaku."

"Apa yang kamu lakukan di sana, heh?" celetuk seseorang, mengejutkan Watson part 2.

Dipikir siapa, ternyata Michelle. Sherlock Pemurung itu bangkit. "Ngapain kamu di sini?"

"Soalnya aku bisa lihat kakak tengah menggais tanah dari sana." Michelle menunjuk tenda stan mapo tofu. Watson tak mengira jaraknya cukup dekat. "Kakak bosan jadi detektif dan beralih jadi manusia ayam?" ucapnya datar.

"Ternyata selera humormu receh," balas Watson tak jauh kalah datar. Manusia ayam...

"Anyway, aku menemukan ini."

Michelle memamerkan bawaannya yang ada dalam plastik. Sebuah papan akrilik transparan yang tercampur dengan kuah pedas mapo tofu.

"Di mana kamu mendapatkannya?" Cowok itu menerimanya. Untung Michelle peka dan memasukkan barang itu ke kantong plastik.

"Orang-orang di kedai itu bersaksi bahwa sesaat ketika mereka meninggalkan stan mereka untuk berpromosi ke para tamu, murid yang tinggal di kedai dikejutkan oleh kuali yang menjerang mapo tofu tumpah seakan ada benda tercelup ke dalamnya. Mungkin itu juga yang terekam oleh kamera ponsel Duo Lambe. Mereka terlihat menghindari kompos gas, kan? Kali saja kaget dengan keberadaan benda ini."

Watson menelan ludah. "Kalau begitu..."

Itu adalah alat pembunuhan yang menghilang!



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro