Bab 4 meluncurr

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


"Dewi berangkat, Pak, Bu," pamit Dewi menyalami kedua tangan orang tuanya.

Hari ini adalah hari pertama ia masuk kuliah secara tatap muka,
Walau cuma 25 persen dari total Mahasiswa sejurusan, tak apa setidaknya Dewi merasakan bagaimana rasanya jadi anak kuliahan.

"Hati-hati, bawa motornya pelan-pelan." Nasehat Bapak Dewi.

"Iya, Pak. Dewi berangkat."

Setelah mantap Dewi berangkat ke kampus, tinggal di kota membuat Dewi memilih kampus di dekat rumahnya saja.

Ia takut nanti ibunya kesepian, jarak dari kampus hanya lima belas menit serta jalanan yang agak macet membuat Dewi sedikit terlambat masuk kelas.

Awalnya Dewi bingung dimana kelasnya, tapi melihat grup kelas yang  ribut Dewi mencari informasi dari situ. Beruntung mereka sudah memilih ketua kelas sehari sebelum masuk kelas hari ini.

Setelah mendapatkan informasi dimana kelasnya berada, Dewi langsung berlari menuju kelas, sesekali melirik ke arah jam tangan yang terpasang apik di tangannya.

Benar saja perkiraan Dewi, bahwa dosen sudah berada di kelas. Beruntung Dewi di perbolehkan masuk, dan ternyata bukan hanya dirinya yang terlambat, ada mahasiswa lain yang bernasib sama.

Kelas hari itu hanya kenalan saja dan sharing biasa tentang kampus, tentang organisasi. Dewi juga mengetahui bahwa di kehidupan kampus itu ada Tri Mahasiswa.

Tri Mahasiswa mencangkup akademisi yang berarti akademik, Organisasi dan mananjemen waktu. Tiga poin yang harus dilakukan setiap mahasiswa.

Dewi terus mendengar dan sesekali mencatat yang menurut ia penting hingga dosen itu keluar, teman kelasnya yang asik berkenalan membuat Dewi hanya diam asik bermain ponsel. Ia bingung mulai darimana untuk menyapa teman-teman barunya itu.

Seseorang menoel pudak Dewi dari belakang, membuat gadis rambut sebahu itu menoleh ke belakang.

"Hai, aku Prima Lestari, bisa dipanggil Prima." Seorang gadis yang tampak dari desa mengulurkan tangannya ke arah Dewi.

"Eh, Hai gue Dewi." Dewi menerima uluran tangan dari Prima, sebagai bentuk kesopanana dan juga Prima adalah teman kelasnya yang pertama kali menyapanya.

"Halo, Salam kenal Dewi, mohon bantuannya aku dari Jambi hehe."

"Ah iya Prim."

Setelah perkenalan itu mereka tak ada yang bicara, Dewi kembali menghadap ke depan, dan Prima berkenalan dengan teman kelas lainnya, Dewi melihat Prima yang cukup aktif, ia dengan santai menyapa orang-orang yang baru dikenalinya. Gayanya pun cukup modis sebagai orang yang berasal dari desa membuat Dewi sedikit iri.

Perasaan iri Dewi itu terhenti ketika ada beberapa mahasiswa yang masuk, sepertinya mereka adalah kakak tingkat, terlihat dari baju yang mereka kenakan, itu adalah baju angkatan yang tertulis jelas di sana yaitu angakatan tahun 2021.

Kelas menjadi lebih tenang dari keramaian tadi, semua memperhatikan kedepan papan tulis. Ada empat mahasiswa, dua cewek dan dua cowok.

"Baik, bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat pagi semua." Buka seorang mahasiswa yang kini maju berdiri di tengah-tengah.

Mahasiswa jurusan Ilmu Perpustakaan kelas 1C menjawab salam itu serentak.

"Baik, disini kalian mungkin pada heran kenapa kami di sini, tapi sebelum itu ada yang kenal saya tidak?" tanya mahasiswa itu, memiliki kedua lesung pipi, kulit hitam manis dan juga rambut yang rapi membuat beberapa mahasiswi salah fokus dengan pemuda itu.

"Tidak!" jawab beberapa mahasiswa, sedangkan Dewi hanya diam, ia tau siapa mahasiswa di depannya ini. Ia adalah Kak Iqbal Dirgantara. Dewi tidak tau dia siapa, tapi Dewi pernah melihat pemuda itu saat PBAK hari kedua melalui Zoom.

"Serius nih gak ada yang tau saya?" tanya Mahasiswa itu lagi.

Dari pojok ruangan, seseorang mengangkat tangan dengan semangat hingga tak sengaja ultra milk kotaknya jatuh ke lantai.

"Kak Iqbal, Kak. Iqbal Dirgantara." Gadis itu tak menghiraukan susu kotal ultra milk taronya yang jatuh.

"Bagus, ambil dulu itu susumu itu, lain kali hati-hati ya, selow brodi," canda Kak Iqbal di sambut dengan kekehan mahasiswi ilmu perpustakaan kelas 1C.

Gadis yang menjawab itu adalah Prima, ia meringis kecil dan terkekeh kecil sambil mengambil kotak susu ultra milk taronya.

"Okey, ada yang tau lagi jabatan saya disini sebagai apa?" tanya Kak Iqbal memandang ke seluruh kelas.

Beberapa siswa mengangkat tangan dan menjawab dengan benar.

"Okey, terimakasih atas jawabannya. Okey, saya perkenalkan ulang siapa tau ada yang belum kenal saya. Oke, Saya Iqbal Dirgantara, atau biasa di panggil Iqbal, saya dari UKM Mapala dan jabatan saya adalah sebagai ketua umum di mapala, saya semester lima."

Mahasiswa kelas 1C mengangguk paham.

"Saya juga tidak sendiri, ada beberapa rekan saya yang juga akan memperkenalkan diri. Dan tujuan kami masuk kelas ini adalah ingin mempromosikan ulang tentang UKM atau organisasi apa saja yang ada di kampus kita ini, apakah ada yang keberatan?"

"Tidak, Kak!"

"Baik kita lanjut ya, mohon kondusif ya dan hargai yang berbicara di depan, bisa?"

"Bisa!"

Perkenalan para kakak tingkat pun di mulai, serta jabatan dan tentang organisasi ataupun UKM yang mereka gabung.

Dewi mencatat nama kakak tingkat yang berbicara di depan supaya ia tidak lupa, tapi diantara keempat mahasiswa itu ada paling berisik menurut Dewi, logat bataknya saat berbicara sangat kental. Kakak itu juga sering ngelawak membuat beberapa mahasiswa tertawa karenanya.

"Baik, kau dengarkan Abangmu ini bicara ya, oh ya sebelumya aku paling gak suka la dipanggil kakak, jadi panggil aku Abang aja ya, Abang Edward. Namaku Edward Sitogar, aku asli Batak, umurku tak perlu la ya kalian tau, intinya aku udah tua dari kalian. Oh ya, satu lagi aku dari UKM Cinema, kau tau yang foto-foto itu, sama buat video itu, nah itu Cinema la yang buat. Jabatanku di sini sebagai wakil ketua, ada pertanyaan?"

"Izin bertanya, Kak. Selain foto-foto sama buat video apakah ada bidang lain di Cinema, kak?" tanya seseorang mengangkat tangannya.

"Ada banyak divisi di Cinema itu, ada Fotografi yang sering kita sebut Foto-foto, vidoegrafi, poster dan juga naskah. Nah, kalau kalian punya skill tersebut daftarlah cinema, aku yakin pasti skill kalian meningkat. Tahun ini aja, ada beberapa mahasiswa dari Cinema yang ikut lomba film pendek nasional, mantap kali 'kan?

"Oh ya kau." Abang Edward menunjuk mahasiswa yang bertanya tadi, "panggil aku ini Abang saja, kali ini aku maafkan ya," sambung Abang Edward.

Mahasiswa yang bertanya tadi terkekeh kecil dan mengucapakan maaf, Dewi tak paham kenapa Kak Edward, eh Abang Edward tak mau di panggil kakak, tapi ya sudahlah, yang penting hari pertama ngampus cukup menyenangkan.

Dewi agak tertarik dengan salah satu organisasi yang di promosikan itu. Tapi, pribadi dia yang cukup pendiam ini, apakah dia bisa?

Dewi sedang bingung dengan dirinya sendiri.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro