⇦LIMA BELAS⇨

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Karrel langsung menarik Kiara saat bel pulang berbunyi. Ia membawa Kiara masuk ke dalam mobil. Kiara yang merasa kesal pun langsung membuka suara.

"Lo itu ngapain narik gue?" omel Kiara.

Karrel tak menghiraukan omelan Kiara, "Pak, jalan!" perintah Karrel pada sopir yang berada di depan mereka. Sopir itu pun mengangguk dan mulai menyetir.

"Lo itu apa-apaan sih?" protes Kiara.

"Apa-apaan apanya?" tanya Karrel.

"Lo ngapain narik-narik gue?" tanya Kiara kesal.

"Lo lupa kalau hari ini jadwal kita latihan? Pensi udah deket lho," ujar Karrel.

"Tapikan nggak usah narik-narik juga kali," kata Kiara masih tak terima.

"Permintaan kedua gue masih berlaku lho," kata Karrel.

"Nggak! Masa berlakunya udah habis," kata Kiara.

"Ye ... enak aja, lo kan nggak bilang kapan masa berlaku habis, jadikan bakal berlaku selamanya," kata Karrel tak terima.

"Cowok kok bawel kayak emak-emak," gumam Kiara.

"Gue denger," kata Karrel.

"Nggak urus! Mau lo denger atau enggak, gue kagak peduli," kata Kiara judes.

"Kenapa sih marah-marah mulu? Lagi PMS?" tanya Karrel.

"Gimana nggak marah coba, kalau ada orang yang super duper ngeselin di sebelah gue," kata Kiara.

"Iya gue tau gue ganteng," kata Karrel pede.

"Iya lo emang ganteng Rel," Kiara menjeda kalimatnya, "gangguan telinga," kata Kiara.

"Ya kalau mau bilang gue ganteng, nggak usah malu-malu kali, Ki," kata Karrel.

"Rel, lo itu ..., sumpah, baru pertama kali liat orang yang nggak tau malu separah ini," kata Kiara.

"Gue kan emang langka," kata Karrel.

"Mungkin Tuhan salah cetak kali," kata Kiara.

"Dih, enak aja gue dibilang produk gagal," kata Karrel.

"Gue enggak bilang kayak gitu," kata Kiara.

"Iyain aja deh," kata Karrel.

Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di rumah Karrel. Mereka pun turun dan masuk ke rumah tersebut.

Karrel nampak terkejut saat melihat ruang studionya berantakan. Banyak bungkus makanan dan minuman di mana-mana. Dan yang lebih parahnya gitar kesayangannya terkena tumpahan minuman.

Melihat hal itu Karrel pun memelototi semua temannya yang ada di sana.

"Kenapa lo Rel? Mata lo kayak mau keluar gitu," ujar Gani sama sekali tak merasa bersalah setelah menghancurkan studio sahabatnya itu.

"Iya, Rel, mata lo kayaknya mau keluar bentar lagi, kalau udah keluar kasih gue ya, kan lumayan bisa dijual," kata Rokky tengil.

"Iya, nanti uangnya kita kasih lo juga kok," tambah Martin, membuat mata Karrel tambah melotot. Semuanya pun tertawa.

"Kalian ngapain sih di sini?" tanya Karrel.

"Lo yang ngundang Rel, kok tiba-tiba bloon sih?" tanya Rokky.

"Iya, Rel, bloonnya kapan-kapan aja, malu tau diliatin doi," kata Gani sambil melirik Kiara.

"Kok gue dibawa-bawa sih?" tanya Kiara tak terima.

"Bilang aja kali lo suka sama Karrel," kata Gani.

"Siapa juga yang suka sama dia?" tanya Kiara.

"Luka-luka-luka yang Mas Karrel rasakan, bertubi-tubi-tubi yang Dek Kia berikan. Cinta mas bertepuk sebelah tangan, tapi mas malah senyum keindahan," Rokky menyanyikan lagu C.I.N.T.A dengan lirik yang sedikit diubah olehnya.

Karrel yang geram pun melemparkan kaleng bekas susu yang masih dibingungkan susu apa, antara susu sapi, naga atau beruang.

"Ampun mas, jangan siksa aku mas," kata Rokky dramatis membuat seisi ruangan tertawa.

"Pantat kuda lo, bersihin studio gue!" perintah Karrel marah.

"Nah lho, Mas Karrel marah, gue kagak ikutan deh," kata Martin sambil mengangkat kedua tangannya.

"Eh, Ki, mending kita keluar," ajak Gani langsung mengamit tangan Kiara dan menarik gadis itu keluar.

"Kakak usil banget sih," kata Kiara, Gani hanya cengengesan.

"Abis Karrel tuh jarang bercanda sama kita, dia itu kalau sama kita kalem mulu," kata Gani.

"Kalem dari mana? Yang ada dia itu nyebelin banget," kata Kiara.

"Oh, ya? Berarti dia suka sama lo," kata Gani.

"Hah?! Nggak mungkin lah," kata Kiara.

"Yeh, ngeyel, liat aja nanti, pasti lo bakalan jadian sama Karrel," kata Gani.

"Amit-amit deh," kata Kiara.

Mereka terlalu asyik dengan obrolan mereka. Sampai tak sadar kalau sedari tadi ada seseorang yang memanggil mereka.

"Eh, kalian berdua tuli banget sih, dari tadi gue panggil nggak noleh-noleh," omel Karrel setelah bisa mensejajarkan langkahnya.

"Eh, kenapa lo manggil kita?" tanya Gani.

"Lo harus tanggung jawab," kata Karrel langsung menarik Gani.

"Eh, Kia gue duluan," kata Gani lalu hilang di belokan.

Kiara tak menghiraukan apa yang diucapkan Gani. Ia masih memperhatikan seorang perempuan tua sedang duduk di kursi. Perempuan itu adalah ibu Karrel yang sudah meninggal. Kiara pun berjalan menghampiri wanita paruh baya itu untuk menanyakan sesuatu.

"Tante," panggil Kiara saat sudah berada di dekat wanita itu. Mata wanita itu yang tadinya menatap sudut ruangan, kini menatap gadis itu.

"Ada apa?" tanya wanita itu dengan lembut tak lupa dengan senyum.

"Tante, Kiara boleh tanya?" tanya Kiara.

"Boleh."

"Tante tau gak hubungan Dimas sama Karrel?" tanya Kiara.

"Oh, Nak Dimas, sebelum tante meninggal, tepatnya saat Karrel masih SMP, Dimas dan Gani sering kemari menemui Karrel, mereka bersahabat sangat baik," kata wanita itu, wajahnya yang pucat menunjukan keceriaan.

Melihat hal itu Kiara mengurungkan niat untuk bertanya tentang masalah Dimas dan Karrel. Ia menyimpulkan bahwa ibu Karrel tidak mengetahui masalah itu dan Kiara tak mau wanita itu tahu.

"Oh, ya udah Kiara pergi dulu ya, tan," kata Kiara lalu berbalik.

Namun tangannya ditahan oleh wanita itu, "tante akan pergi," kata wanita itu dan menghilang entah kemana membuat Kiara tambah bingung.

Apa sih arti perkataan itu? tanya Kiara di dalam hati.

Tiba-tiba ada tangan yang menepuk pipi gadis itu. Kiara pun tersadar dari lamunannya tadi. Ia menengok untuk mencari orang yang tadi menepuk pipinya itu.

"Eh, Kak Martin," kata Kiara saat melihat lelaki itu berdiri di sampingnya.

"Ngapain sih, Adek Kiara yang imut dan menggemaskan di sini?" tanya Martin bingung, karena melihat gadis itu sendiri di sini sedang terbengong.

"Nggak ngapa-ngapain, btw, kita jadi latihan?" tanya Kiara.

"Jadi, gue baru aja habis bersih-bersih," kata Martin. Mereka pun berjalan pelan menuju studio musik tersebut sambil berbincang-bincang, nampaknya Kiara sudah mulai akrab dengan semua teman-teman Karrel.

"Nih dia yang ditunggu sedari tadi akhirnya datang," kata Karrel saat melihat Kiara dan Martin membuka pintu.

"Kenapa lo nunggu gue? Kangen?" tanya Martin.

"Iya, kangen nyium mulut lo pakai tangan gue," kata Karrel.

"Nyiumnya kapan-kapan ya, sekarang lo kan masih jadi mumi," ejek Martin.

"Udah dong bercandanya, sekarang kita harus serius latihan," kata Kiara.

"Tunggu bentar Ki, gue sama Rokky istirahat lima menit aja, badan gue pada encok semua, gara-gara disuruh kerja rodi sama Mas Karrel," kata Gani sambil melakukan senam ringan.
"Iya nih, Karrel kalau ngehukum kelewat sadis kayak Bu Ratna. Kenapa sih nggak nyuruh pembokat lo aja?" tanya Rokky.

"Lo emang nggak malu apa nyuruh orang tua yang energinya lebih rendah dari kita?" tanya Karrel.

"Tumben lurus," kata Kiara.

"Maksud lo?" tanya Karrel.

"Biasanya kan miring," ejek Kiara mengundang gelak tawa seisi ruangan kecuali Karrel.

"Udah-udah, ayo latihan," kata Karrel dengan muka bete.

"Nggak usah dijelekin gitu mukanya, udah tau tu muka aslinya jelek," kata Rokky yang dihadiahi pukulan penuh kasih sayang di perutnya oleh Karrel.

▣▣▣▣▣
Yey update lagi, maunya sih kemarin update, tapi tiba-tiba aja hape penyakitnya kambuh jadi baru bisa update sekarang.
Btw jangan lupa vomment ya dan commentnya kayak chapter kemarin dong, banyak, coba aja semuanya comment pasti aku jadi seneng ^^

13-05-2016

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro