⇦TIGA BELAS⇨

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sekarang adalah pelajaran sejarah, pelajaran yang paling membosankan bagi semua murid. Buktinya sangat banyak murid yang sedang tertidur. Hanya beberapa murid yang masih mendengar penjelasan guru di depan kelas, termasuk Kiara.

Kiara sedang sibuk mencatat apa saja yang sedang guru itu terangkan. Tangan gadis itu terasa mau patah, karena Bu Siti terus saja berbicara dengan suara cemprengnya tersebut tanpa ada jeda sedikit pun. Kiara bingung dengan guru yang satu ini, apakah dia bisa menahan nafas selama itu? Dia rasa gurunya ini adalah alien yang sedang tersesat dan terpaksa menjadi guru.

Kiara sibuk dengan pikirannya sediri sampai-sampai dia lupa mencatat. Kiara sudah tertinggal sangat jauh, padahal ia baru semenit tidak mencatat. Kiara bingung dengan kekuatan guru itu hingga bisa berbicara secepat itu dalam waktu singkat.

Kiara lagi-lagi sibuk dengan pikiranya sendiri sampai-sampai tak sadar bahwa lelaki di sampingnya itu sedang memperhatikan dirinya. Karrel tersenyum tipis saat melihat wajah gadis itu yang sangat kesal dengan guru di depannya itu. Entah mengapa ia senang melihat semua ekspresi Kiara, kecuali saat menangis. Karrel paling tak suka melihat perempuan menangis, apalagi jika perempuan itu menangis karenanya.

Karrel melamun sendiri sampai-sampai tak mendengar bahwa sedari tadi Bu Siti memanggil namanya.

"KARREL ANTONIO, JIKA ANDA MASIH INGIN MELAMUN DALAM PALAJARAN SAYA, LEBIH BAIK ANDA KELUAR SAJA DARI KELAS INI!" teriak Bu Siti cetar membahana, sukses membuat beberapa murid yang sedang tertidur langsung duduk dengan tegak.

"Habis mau gimana lagi, bu? Pelajaran ibu sedikit membosankan, eh ralat! Sangat membosankan, jadi saya pengin tidur terus," kata Karrel santai sukses membuat Bu Siti naik pitam.

"Anda berani sekali membantah saya! Anda saya hukum membersihkan lapangan basket," kata Bu Siti.

"Tangan kanan saya kan digips bu, jadi gimana cara saya mau bersihin lapangan basket?" tanya Karrel.

"Ya, anda pakai tangan kiri anda," jawab Bu Siti.

"Tapi kan saya nggak kadal bu, eh ralat! Maksudnya kidal," kata Karrel.

"Ah, alasan aja lo, Rel," kata Rokky.

"Diem lo nyet," kata Karrel.

"Ya sudah, Kiara anda ikut saya hukum," kata Bu Siti membuat Kiara yang sedang menyalin catatan Nessa mendongak.

"Lah, kok saya ikut dihukum bu? Emang saya salah apa? Saya kan nggak melamun bu?" protes Kiara tak terima.

"Pertama, anda menyalin catatan teman, berarti sedari tadi anda tidak mendengarkan saya. Kedua, anda tidak peduli dengan lingkungan sekitar, seharusnya anda mengingatkan teman sebangku anda agar tidak melamun. Ketiga, anda tidak punya rasa belas kasihan pada pacar anda," cerocos Bu Siti panjang lebar.

"Kok saya yang disalahin bu? Lagian siapa sih yang pacaran sama dia?" tanya Kiara masih tak terima.

"Jangan berbohong! Saya mendengar langsung saat saya sedang bergosip dengan murid sebelah, kalau anda itu berpacaran dengan lelaki di sebelah anda," kata Bu Siti.

"Tapi kan bu--," ucapan Kiara terpotong.

"Anda sudah melanggar tiga tata tertib sekolah, apakah anda mau saya tambah menjadi empat, karena anda menentang guru?" ancam Bu Siti membuat Kiara mendengus pasrah.

Kenapa dia harus dihukum juga? Padaha dia sudah rela mencatat sampai tangannya hampir patah supaya dirinya tidak mendapat masalah. Kiara melirik Karrel di sampingnya. Wajah lelaki itu sama sekali tak merasa bersalah, malah dia tertawa melihat wajah Kiara yang sedang kesal.

"Cepat! Kalian berdua laksanakan hukuman kalian!" perintah Bu Siti, Karrel pun bangkit dari tempat duduknya.

"Ayo, nona," goda Karrel pada Kiara membuat gadis itu beranjak sambil menghentak-hentakkan kaki. Sungguh sial nasibnya hari ini.

Kiara sampai lebih awal di lapangan basket tersebut dan segera mengambil sapu, lalu menyapu. Hari ini moodnya sedang sangat buruk. Kiara menyapu dengan cepat agar dirinya cepat pergi dari tempat ini.

Beberapa detik kemudian Karrel datang dan malah duduk di pinggir lapangan membuat Kiara tambah kesal. Ia selalu saja dihukum karena lelaki itu dan lelaki itu sama sekali tak merasa bersalah. Kesabaran Kiara sudah habis, ia mendekati lelaki itu, lalu melempar sapu kepada lelaki itu hingga mengenai  tangan lelaki itu. Karrel pun meringis.

"Apaan sih lo?" tanya Karrel sambil meringis.

"Lo yang apaan, kenapa sih lo nggak pernah merasa bersalah? Yang sebenarnya dihukum itu elo, harusnya lo juga ikut nyapu, bukannya enak-enak diem di sini," ujar Kiara marah.

"Ini semua juga karena lo, coba aja lo enggak keluar dari mobil, pasti tangan gue enggak digips kaya mumi gini," kata Karrel tak mau kalah.

Mereka terus adu mulut sampai-sampai tak mendengar suara bel istirahat. Tak ada yang mau mengalah, mereka berdua terlihat seperti Tom and Jerry yang sedang bertengkar. Mereka terus menerus beradu mulut sampai-sampai tak menyadari ada seseorang yang datang.

"Ada apa?" tanya lelaki yang tak lain adalah Dimas.

"Eh, Kak Dimas, ini nih, si Karrel enggak mau bantu nyapu, padahal dia juga dihukum," adu Kiara.

"Kok lo biarin Kiara nyapu sendiri sih? Yakin cowok?" tanya Dimas sambil menatap Karrel remeh, membuat Karrel marah.

"Peduli apa lo? Kalau gitu kenapa enggak lo aja yang bantuin Kiara? Kan lo cowok tulen," kata Karrel sambil memasang wajah tak bersahabat.

Dimas bungkam, bukan karena ia tak mau membantu Kiara, tapi karena di dalam perkataan Karrel terdapat sindiran yang membuat dirinya terdiam.

"Kenapa diem? Takut kejadian itu terulang lagi? Kejadian yang elo sok bantuin orang, eh, malah buat orang itu celaka," kata Karrel penuh arti membuat Dimas buang muka.

Kiara yang sedari tadi diam, karena tidak tahu apa-apa akhirnya angkat suara "kakak ngapain ke sini?" tanya Kiara.

"Tadi, gue maunya ngajak lo ke kantin, tapi kata temen-temen lo, lo lagi dihukum, ya, jadi gue ke sini sekalian bawa ini buat lo," kata Dimas sambil menunjukkan air mineral yang tadi ia beli.

Seketika wajah Kiara bersemu merah, ia sangat senang dengan perhatian yang diberikan lelaki itu hatinya sangat berbunga-bunga, "makasi kak," kata Kiara sambil mengambil air tersebut, baru saja Kiara ingin meminum air tersebut, Karrel malah kembali berbicara.

"Cih, cuma air putih? Basi banget, kenapa nggak sekalian lo bawain makanan ke sini?" tanya Karrel meremehkan.

"Ki, mending kita pergi aja yuk! Di sini ada orang yang cemburu ngeliat kita berduaan kayak gini," kata Dimas lalu menarik Kiara pergi.

Melihat hal itu, Karrel menjadi cemburu. Entah mengapa Karrel cemburu jika Kiara berdekatan dengan laki-laki lain. Apakah Karrel sudah mulai membuka hatinya untuk gadis itu? Tapi rasanya mustahil bagi Karrel bahwa dirinya sudah bisa membuka hatinya untuk seseorang lagi.

Kenapa Karrel bisa semudah ini membuka hatinya untuk gadis itu? Gadis itu sama sekali tidak spesial menurun Karrel, gadis itu hanya sedikit imut, sedikit cantik dan hal itu membuat Karrel sedikit penasaran dengan gadis itu. Ingat hanya sedikit!

▣▣▣▣▣
Hai! Aku dateng lagi membawa chapter yang sedikit membingungkan (?) Masalah sudah mulai datang.

Semoga mereka tidak hancur bersama masalah itu ya!

Jangan lupa vomment!

10-05-2016

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro