Extra Part

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


          Angin berembus kencang. Tampak gelap menyelimuti langit. Gemuruh saling bersahutan. Tiba-tiba cuaca berubah, padahal tadi begitu panas. Memang bukan hal yang baru juga. Ya, dan di sinilah aku bersama Rayendra. Tidak hanya berdua, ada dua orang juga yang sengaja aku minta untuk menemani, hanya saja bangku duduk kami terpisah.

         Berhadapan dengan remaja ini entah kenapa selalu berhasil menimbulkan perasaan aneh. Semua berjalan tak normal kala dia mengerjap dan tersenyum. Ada sesuatu yang Rayendra letakkan di relung hatiku. Namun, aku tak paham apa itu, hanya bisa merasakan bahwa ada yang aneh di relungku.

         “Maaf, saya nggak pernah hubungin Ibu lagi.” Dia menatapku dalam dan kubalas dengan anggukan. Sesungguhnya tak perlu minta maaf, toh kami bukan siapa-siapa. Akan tetapi, ada rasa senang saat remaja tampan ini mengatakannya. “Saya sibuk belajar dan karena kejadian hari itu juga.” Aku mengangguk lagi dengan ekspresi datar, tapi tak ada yang tahu aku sedang memainkan jari di paha. Mencoba bersikap setenang mungkin.

         Beberapa saat hening. Desau angin menemani kebungkaman kami. Aku mengalihkan pandangan, syukurlah masih ada wanita berambut pendek dan suaminya di bangku belakangku. Rayendra berdeham, tapi masih belum berkata apa pun. Sayu tatapannya kini.

         “Apa yang udah lewat, biarlah lewat, Bu.”

         “Tapi saya masih penasaran, Ray.”

         “Buka hati dan lihat gimana sifat sebenarnya dari semua orang, Bu.” Masih mencoba paham maksud anak itu, tapi dia segera berkata, “Ada waktunya. Ibu tenang aja, semua pasti akan terungkap.” Aku tersenyum kecil. Apakah ada fakta besar yang akan muncul nanti? “Bu ....”

         “Ya, Ray.”

         “Berbulan-bulan nggak chat, saya kangen  ....”  Wajahku seketika menghangat. Andai saja bisa, aku pun ingin mengatakan perasaan ini, meskipun tak tahu melalui pilihan kata yang mana. “Susah sekali melawan hati, Bu,” sambungnya.

         Rayendra mengembuskan napas kasar, lalu bangkit dari duduknya. Dia memakai jaket hitam sambil terus menatapku yang kehilangan kata. Aku ikut berdiri, balas menatap.

         “Sekali lagi maaf untuk semua, Bu.” Remaja berseragam putih-putih ini sedikit menunduk, lalu melangkah.

         “Saya minta maaf juga untuk semua, Ray.”

         Langkahnya tertahan, dia lalu mengangguk dengan sedikit melirikku dari sudut matanya. Kaki panjang itu kemudian semakin jauh meninggalkanku. Aku mendekap diri sendiri. Merasakan desiran dalam diri seiring angin yang terus berembus kencang.

         Rayendra, aku pun tengah melawan hati, karena bayangmu terus menghantui. Kamu tahu, ini sungguh sulit. Jika waktu bisa diputar, maka aku akan memilih kita tak pernah berada di belahan Bumi yang sama. Karena saat menghirup udara di tempat yang sama, tapi tak bisa saling menautkan jemari, itu menyesakkan sekaligus sakit.

🌺🌺🌺

Siap-siap, Rayendra open PO setelah lebaran. Kalau di Wattpad cuma 17 part, versi novelnya asa 35 part. Dan ada satu bab khusus menggunakan PoV  Rayendra.😍

Oiya, ni author lagi khilaf kasih extra part. Doain aja semoga nanti khilaf lagi, ya? Wkwkwk.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro