Bab 29. Sebelum Pergi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Savana bangun dari tidurnya. Lalu melihat sekeliling kamar bernuansa kuning itu. Berjalan hingga mencapai sudut ruangan, kemudian membuka satu persatu lemari yang ada di sana.

Gadis yang mengenakan piama tidur bermotif Spongebob itu tersenyum kala memperdapati apa yang ia cari. Sebuah liontin berbentuk hati berwarna merah delima seperti batu akik milik tetangga sebelah.

Bukan tanpa alasan gadis pemalas itu mencari liontin yang selama ini tersimpan rapi dalam laci lemari pakaian. Pencarian ini disebabkan oleh mimpi yang ia dapatkan tadi.

Semua pertanyaan yang terus berputar sejak kemarin sudah terjawab di mimpi itu. Mengapa ia melupakan sesuatu yang sangat penting, mengapa ia melihat seseorang yang sangat mirip dengannya, dan mengapa ia masuk ke dunia novel? Semuanya telah terjawab.

Namun, demi meyakinkan diri, Savana harus mencari liontin berbentuk hati ini lalu membuktikan kebenaran yang ia cari.

"Tapi aku harus ketemu sama Raven dulu." Savana kembali menyimpan liontin itu ke laci lemari. Kemudian ia bergegas ke kamar mandi. Pagi ini, sebelum kegiatan OSPEK dimulai, ia harus berbicara dengan si sipit itu.

***

Savana menarik dua sudut bibirnya membentuk lengkungan manis ketika melihat orang yang ia cari berdiri di samping motornya. Dengan langkah yang tergesa Savana menghampiri Raven, lalu tanpa segan ia memeluk laki-laki itu dan berkata, "Aku kangen banget sama kamu, Mas."

Pelukan Savana semakin erat. Sungguh, ia sangat, sangat, sangat merindukan orang yang berada dalam dekapannya saat ini. Namun, Savana harus mundur beberapa langkah ketika Raven mendorong tubuhnya.

Kening Raven berkerut, kemudian laki-laki itu berujar, "Kamu kenapa peluk saya?"

"Aku kangen sama kamu, Mas." Savana berucap dengan suara yang bergetar. Sungguh, dadanya sesak ketika mengetahui kebenaran tentang dirinya dan Raven.

"Kamu aneh." Raven mengibaskan tangan. "Mending kamu kerjakan hukuman daripada bersikap tidak jelas seperti ini." Kemudian laki-laki itu pergi menyisakan Savana yang kembali terisak.

Savana memang bodoh. Raven tidak mungkin mengenalinya begitu saja setelah pelukan dan perkataan Savana barusan. Tapi, ia memang harus melakukan itu. Untuk terakhir kalinya.

"Na? Lo ngapain tadi?" Rayyan menyentuh pundak Savana, membuat gadis itu menoleh lalu menggeleng.

"Kalau gue bilang, gue berasal dari masa depan, apa lo percaya?" tanya Savana sembari menatap Rayyan penuh harap. Namun, bukan jawaban yang dapatkan, melainkan tawa menyebalkan yang ia dengar.

"Lo ngomong apa, sih, Na? Nih, ya, gue ingetin. Kita itu sahabatan sejak kecil, bahkan sejak kita masih dalam rahim emak kita udah sahabatan. Dan sekarang lo nanya gue percaya apa enggak kalau lo dari masa depan, jawabannya jelas enggak!"

Sudah Savana duga jawaban Rayyan akan seperti ini. Laki-laki itu pasti tidak akan percaya karena Rayyan selalu memikirkan segalanya sebelum menjawab.

Kemudian Savana meminta izin pada Rayyan untuk mengerjakan hukumannya. Nanti, setelah selesai dari kegiatan OSPEK hari ini, ia harus bertemu dengan Raven untuk terakhir kalinya.

***

Savana memasuki kamar dengan langkah gontai. Melempar tas yang ia jinjing ke ranjang, lalu membuka lemari. Dengan perasaan tak menentu Savana mengambil liontin merah delima itu dan meletakkannya di ranjang.

Matanya beralih menatap jam dinding. Rasa takut menyelimuti Savana. Ia takut kalau Raven tidak datang sebelum matahari terbenam. Tadi, Savana meminta Rayyan untuk menghubungi Raven, mengatakan kalau Savana ingin membicarakan sesuatu yang penting sebelum matahari terbenam.

Jika matahari sudah terbenam dan Raven belum datang, artinya ia tidak akan memiliki kesempatan lagi untuk bertemu dan berbicara dengan laki-laki itu karena Savana akan pergi dan takkan pernah kembali.

"Aku mohon, datanglah ...." Savana berucap lirih. Ia kembali melihat jam dinding, beberapa menit lagi matahari akan kembali ke singgasananya.

Namun, ketika harapan Savana mulai luntur, benda persegi panjang yang ada di saku celananya berdering. Dengan cepat Savana mengangkat lalu menempelkan benda elektronik itu ke telinga hingga ia dapat mendengar suara seseorang yang sedari tadi ditunggunya.

"Saya sudah di depan rumah kamu." Savana segera berlari tanpa menjawab ucapan dari Raven.

Savana tersenyum bahagia, ia berlari membuka pagar lalu tanpa aba-aba memeluk laki-laki itu dengan erat. Isakan pun keluar dari mulut Savana.

"Makasih, makasih, makasih karena sudah datang, Mas." Savana melepaskan pelukannya, menatap Raven dalam lalu kembali memeluknya, membalaskan rasa rindu yang ia pendam selama ini.

Pelukan Savana terlepas saat Raven mendorong tubuhnya pelan. "Kamu aneh."

Savana mengangguk membenarkan. "Kamu mungkin nggak mengerti, Mas. Tapi, aku mohon. Kamu dengarkan aku, dan jangan membantah apa pun yang aku ucapkan."

Sembari mengembuskan napas panjang, Savana berucap, "Aku kembali untuk memperbaiki segalanya, Mas. Aku mau minta maaf sama kamu karena aku, kamu ...." Savana kembali terisak.

"Aku janji, Mas. Aku akan mengurus segalanya. Aku janji." Savana menyentuh wajah Raven, mengusap rahang laki-laki itu lalu dengan gerakan cepat mengecupnya.

"Aku mencintai kamu, Mas. Terima kasih sudah mau datang."

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

02.12.2020.

Segitu dulu. Aku tau kalian pasti bingung🤣 tapi, segala kebingungan kalian akan hilang setelah membaca bab 30.

Hah, satu bab menuju ending.

Terima kasih buat kalian yang udah baca cerita ini.

See u next chapter!😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro