Chapter 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Perasaan paling bahaya adalah iri. Karena iri hati melahirkan kebencian dan kebencian akan membunuhmu secara perlahan.

* * * * *

Batari berjalan menuju rumahnya dengan langkah yang lunglai. Dia menghela nafas memikirkan hal berat yang baru saja terjadi padanya. Lagi-lagi ini terjadi kembali. Batari tahu pada akhirnya hasilnya akan sama saja. Dan dia yakin hanya satu orang yang bisa melakukannya. Tiga tahun wanita itu hidup dalam damai tidak ada yang mengusiknya. Tiba-tiba saja kehidupan cintanya hancur. Jelas Batari bisa menebak siapa yang melakukannya.

Langkah wanita itu terhenti saat tidak jauh dari rumah mewah keluarga Batari. Dia bisa melihat barang-barang lama miliknya dan milik ibunya dikeluarkan oleh beberapa pelayan. Segera wanita itu berlari menghampiri barang-barang miliknya.

"Apa yang kalian lakukan pada barang-barangku dan ibuku?" tanya Batari melihat barang-barangnya diletakkan di depan rumahnya.

"Maafkan saya, Nona Batari. Tapi saya hanya menjalankan tugas." Ucap kepala pelayan Janson.

"Mengapa? Siapa yang menyuruhmu melakukannya?" tanya Batari.

"Aku yang menyuruhnya untuk membuang barangmu dan ibumu yang sudah tidak berguna."

Suara itu membuat Batari menoleh. Dia bisa melihat seorang wanita muda berdiri di ambang pintu. Dengan menggunakan terusan cantik bunga-bunga merah, wanita bernama Leigh Gardenia menatap Batari dengan tatapan merendahkan. Seperti yang sudah Batari duga. Wanita iblis yang selalu mengganggu hidupnya sudah kembali.

"Tidak berguna? Jelas sekali karena barang-barang ini bukan milikmu jadi tidak berguna. Tapi kau tidak bisa mengusirku begitu saja, Leig. Father yang membawaku kemari. Hanya dia yang boleh mengusirku." Batari berusaha keras menahan dirinya untuk tidak menyerang Leigh secara fisik.

"Aku tahu itu. Dan Father setuju untuk mengusirmu."

"Apa?" Batari tampak terkejut.

Leigh tersenyum sinis. "Apa kau tahu apa yang dikatakan Father? Dia bilang 'Kau sama saja seperti ibumu. Wanita rendahan yang menggoda kekasih orang lain. Aku tidak ingin melihatnya lagi. Usir dia dari sini. Dia tidak lagi menjadi bagian dari keluarga Gardenia'."

Batari menatap tajam Leigh. "Menggoda kekasih orang lain? Aku tidak pernah melakukannya."

"Sayangnya kau menggoda kekasihku, Batari."

"Kekasihmu? Kau baru saja pulang dari Inggris untuk menyelesaikan studimu, bagaimana mungkin aku tahu kau memiliki kekasih?" Batari tahu Leigh memiliki rencana licik. Sejak dulu kakak tirinya itu memiliki banyak rencana licik untuk membuatku diusir dari keluarga Gardenia.

"Sayangnya kau benar-benar melakukannya, Batari. Kau merebut Mike dariku."

"Mike? Mike Dartman? Pembohong. Kau baru pulang dan mengatakan jika kekasihmu adalah Mike? Aku sudah bersama Mike selama dua tahun, seharusnya kau yang merebutnya dariku." Geram Batari.

Tiba-tiba sebuah tamparan melayang di pipi Batari. Wanita itu bisa merasakan pipinya berdenyut sakit. Namun saat melihat orang yang menamparnya, hati wanita itu jauh lebih menyakitkan. Dia tidak percaya ayahnya yang melakukannya. Meskipun tidak dekat dengan sang ayah, pria itu tidak pernah memperlakukannya dengan buruk. Tidak seperti ibu dan kakak tirinya.

"Kau sudah salah dan tidak mau mengakuinya. Kau justru menuduh kakakmu seperti itu. Bagaimana bisa kau begitu kejam, Batari? Kau sudah merebut kekasih kakakmu dan justru menyalahkannya? Sebaiknya kau pergi dari sini sekarang. Aku tidak akan pernah menganggapku sebagai bagian dari keluarga Gardenia lagi." Usir William Gardenia, ayah Batari.

Batari bisa melihat di belakang ayahnya Leigh bersama ibunya tengah tersenyum senang melihat sang ayah mengusirnya. Tapi dia tidak akan membiarkan ibu dan kakak tirinya senang.

"Baiklah. Aku akan pergi. Lagipula aku tidak suka tinggal bersama makhluk menjijikan yang menggali ilmu tinggi hanya untuk berbuat licik. Benar bukan, Leigh?" tanya Batari.

Leigh tampak geram mendengar ucapan adik tirinya. "Wanita tidak tahu diri. Lebih baik kau pergi jauh-jauh. Kau hanyalah aib untuk keluarga Gardenia."

"Tanpa kau minta pun aku akan pergi." Batari berbalik untuk mengurusi barang-barangnya.

Kedua tangan wanita itu terkepal erat melihat foto dirinya dengan sang ibu. Amelia Thorne, memiliki wajah yang mirip dengan Batari. Hanya rambut merah gelap yang membedakan dirinya. Batari berusaha keras untuk tidak menangis. Dia tidak akan membiarkan keluarga menjijikan itu melihat dirinya menangis.

Tiba-tiba kepala pelayan Janson mendorong sebuah gerobak di hadapannya. "Nona Batari, maafkan aku tidak bisa membantu apapun. Tapi setidaknya gerobak ini bisa membantumu membawa barang-barang milikmu dan ibumu."

"Kepala pelayan Janson, apa yang kau lakukan?" Suara William terdengar begitu dingin.

"Maafkan saya, Mr. Gardenia. Tapi saya hanya memberikan gerobak tidak berguna ini untuk nona Batari. Dengan begitu dia bisa segera pergi membawa barang-barangnya." Kepala pelayan Janson menunduk di hadapan William.

Tanpa berkata apapun lagi, William berbalik masuk ke dalam rumah. Leigh dan ibunya, Kelly, tersenyum penuh kemenangan. Mereka pun mengikuti William masuk ke dalam rumah.

"Aku akan membantu Nona memasukkan barang-barang Nona." Kepala pelayan Janson membantu Batari.

Wanita itu tersenyum lemah. Selama berada di rumah ini, hanya kepala pelayan Janson yang memperlakukan Batari dengan sangat baik. Bahkan ketika ibu dan kakak tirinya menyiksa wanita itu, kepala pelayan Janson yang pertama kali menolongnya.

"Nona." Kepala pelayan Janson meraih tangan Batari dan meletakkan beberapa lembar uang di telapak tangan wanita itu. "Aku memiliki sedikit uang. Kau pasti belum memiliki tujuan ke mana kau akan tinggal. Setidaknya uang ini bisa digunakan untuk menginap di motel sementara waktu."

Batari menggelengkan kepalanya. "Tidak, Kepala pelayan Janson. Aku tidak bisa mengambil uangmu. Kau sudah banyak membantuku. Aku tidak ingin kau mengalami banyak masalah karena aku."

"Tidak apa-apa, Nona. Ini hanya uang yang sedikit. Tidak masalah untukku. Dan aku tidak akan mengalami masalah. Percayalah padaku. Aku sangat khawatir memikirkanmu sendirian di malam hari dan tidak ada tempat tinggal. Jika kau mengambil uang ini aku akan merasa sangat tenang."

Batari melihat uang di tangannya. Kemudian dia mendongak menatap pria paruh baya di hadapannya. "Baiklah. Aku akan mengambil uang ini. Tapi suatu hari aku akan mengembalikannya padamu. Terimakasih banyak, Kepala pelayan Janson."

Batari memeluk pria itu sejenak sebelum akhirnya pergi mendorong barang-barangnya meninggalkan kediaman Batari. Kepala pelayan Janson menatap kepergian Batari dengan tatapan sedih. Dia tahu Batari adalah wanita baik. Sayangnya dia memiliki keluarga yang kejam.

* * * * *

Di dalam sebuah ruang kerja, terlihat seorang pria dengan rambut hitam tengah sibuk di depan layar komputernya. Gerakan tangannya yang berada di atas keyboard menari dengan sangat luwes. Di meja terdapat papan akrilik dengan tulisan 'Jamie Larson Presiden Direktur Hartco, Inc'.

Akhirnya setelah menyimpan data di layar komputer, pria yang mengenakan setelan abu-abu itu bisa menghela nafas lega.

"Akhirnya selesai juga." Ucap Jamie meregangkan kedua tangannya ke udara untuk meregangkan otot-ototnya yang kaku.

Lalu dia merasakan perutnya bergemuruh. Pria dengan mata gelap itu mengelus perutnya. "Makan malam apa ya hari ini? Tapi aku ingin sekali makan pizza. Mungkin aku harus mengajak kakak."

Setelah mematikan komputernya, Jamie mulai membereskan mejanya. Namun saat pria itu hendak berdiri, telpon di atas meja berdering. Pria itu pun duduk kembali dan mengambil gagang telpon.

"Mr. Larson, kami menemukannya."

Seketika mata Larson melotot kaget. Namun ekspresinya berubah menjadi cerah. Matanya yang semula merasa lelah langsung berbinar senang.

"Benarkah? Apa kau tahu dia di mana?"

"Saya akan mengirimkan alamatnya, Mr. Larson. Tapi sepertinya dia sedang berada dalam masalah."

"Tidak masalah. Asalkan aku dan kakakku bisa menemukannya."

"Baiklah. Saya akan segera mengirimkan alamatnya."

Setelah meletakkan gagang telpon itu ke tempatnya, Jamie meraih ponselnya. Dia membaca alamat dari bawahannya. Pria dengan tinggi seratus delapan puluh lima sentimeter itu memicingkan matanya melihat alamat itu. Segera Jamie mencari kontak kakaknya dan menelponnya.

"Kak, aku sudah menemukan kucing liar kita. Tapi kita harus segera menemuinya. Sepertinya dia dalam kondisi tidak aman. Aku akan mengirimkan alamatnya lewat chat. Kita bertemu di sana."

Setelah mematikan telpon itu Jamie bergegas mengambil tas dan juga kunci mobilnya. Segera dia berlari keluar ruangannya. Meskipun merasa gembira berhasil menemukan 'Kucing liar' mereka, tapi dia merasa tidak tenang saat mengetahui keberadaannya.

* * * * *

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro