Chapter 8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Christian dan Jamie memandang pantulan diri mereka di cermin dengan mulut terbuka. Kaos berwarna pink dengan gambar beberapa binatang di tengahnya benar-benar terlihat aneh di tubuh maskulin mereka. Tidak hanya itu, Batari juga mengganti celana kain mereka dengan celana jeans selutut membuat penampilan mereka jauh lebih santai.

“Jauh lebih baik.” Ucap Batari puas melihat penampilan dua calon suaminya.

Christian dan Jamie memandang Batari yang juga mengenakan kaos serupa. Meskipun mengenakan kaos yang sama tapi tetap memiliki kesan yang berbeda.

“Apakah kalian tidak suka dengan pilihanku?” tanya Batari mengamati Christian dan Jamie bersamaan.

Jamie menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak. Tidak. Mana mungkin kami tidak menyukai pilihanmu, Kucing liar. Benar bukan, Kak?”

Christian menganggukkan kepalanya sembari memaksakan senyumannya. “Ya, benar. Kami sangat menyukainya."

Batari menahan senyuman melihat penampilan dua calon suaminya. Dia tahu mereka tidak cocok dengan warna pink. Tapi dia senang karena mereka berdua berusaha agar terlihat menyukainya.

"Percayalah. Kalian terlihat sangat tampan mengenakan kaos berwarna pink."

"Benarkah?" Tanya Christian dan Jamie bersamaan.

Batari menganggukkan kepalanya. "Tentu saja benar."

Kedua pria itu tersenyum senang. Bagi mereka hanya pendapat Batari yang paling penting.

“Pakaian sudah diganti. Kalau begitu sekarang saatnya kita kembali bermain!” Batari mengamit lengan Christian dan Jamie dan menariknya keluar.

Seperti rencana sebelumnya, mereka pun naik bianglala. Batari berdiri di depan jendela untuk melihat keindahan pemandangan kota Hartford yang begitu indah. Sedangkan Christian dan Jami duduk berseberangan.

“Kucing liar, sebaiknya kau duduk. Berdiri di situ bukankah sangat berbahaya?” ucap Christian cemas.

Batari menoleh dan ingin mengungkapkan keindahan kota Hartford yang indah. Namun bibirnya terkatup rapat melihat Christian menundukkan kepala dan kedua tangan saling bertaut erat di atas pangkuannya. Jelas sekali Batari melihat tubuh pria itu gemetar.

"Christian, ada apa denganmu?" tanya  Batari duduk di samping pria itu.

Namun Christian sama sekali tidak menjawabnya. Lalu tatapan Batari tertuju pada Jamie yang duduk di hadapannya untuk menuntut jawaban.

"Jangan biarkan Christian mencekikku jika aku memberitahumu, okay?" tanya Jamie mencari perlindungan lebih dahulu.

"Baiklah. Cepat katakan ada apa dengannya." Ucap Batari tidak sabar.

"Sebenarnya Christian takut ketinggian. Aku tidak bisa memberitahumu alasannya. Kau harus bertanya padanya langsung."

Tatapan Batari beralih pada Christian. Dia pun menyadari jika putra sulung keluarga Larson yang terlihat hebat dalam segala hal ternyata juga manusia biasa yang memiliki kelemahan.

Batari meraih kedua tangan Christian yang saling bertaut. Kemudian mendekatkan wajahnya hingga dekat dengan telinga Christian.

"Jangan takut, Christian. Aku ada di sini bersamamu."

Mendengar ucapan Batari membuat tubuh Christian tidak lagi gemetar. Wanita itu tersenyum senang karena setidaknya bisa membuat kondisi Christian jauh lebih baik.

"Jika kau takut, kau tidak perlu membuka matamu,  Christian. Kau tidak perlu memaksakan dirimu. Aku akan menemanimu dan tidak akan meninggalkanmu. Kau mengerti?"

Christian menganggukkan kepalanya tanpa membuka matanya. Batari menarik kepala Christian sehingga bersandar di bahunya. Meskipun masih ketakutan, tapi reaksi Christian jauh lebih baik sekarang.

"Kau menanganinya lebih baik dariku." Ucap Jamie mengalihkan perhatian Batari.

"Memang biasanya apa yang kau lakukan untuk meredakan takutnya Christian?"

"Aku menantangnya. Biasanya pria suka tantangan. Karena itu kadang aku akan menantangnya jika dia bisa mengatasi ketakutannya, aku akan memberikan mobilku, atau sahamku, atau hadiah lainnya."

Seketika raut wajah Batari berubah dingin. Tatapan tajamnya tertuju ke arah Jamie membuat tubuh Jamie menegang.

"Pantas saja aku menanganinya jauh lebih baik darimu, Jamie. Bagaimana bisa Christian menghadapi ketakutannya dengan cara seperti itu, Bodoh? Memang wanita yang paling pintar menangani hal seperti ini." Ucao Batari berbangga pada dirinya sendiri.

"Sepertinya kau sangat berpengalaman."

"Dulu ibuku selalu melakukan hal seperti ini padaku." Batari jadi mengingat masa kecilnya.

"Memang apa yang kau takutkan?"

"Aku tidak mau memberitahumu." Batari menlihat ke arah lain berusaha menutupi rasa takut yang dialaminya.

"Ayolah, Batari. Katakan padaku apa yang kau takutkan." Desak Jamie.

"Tidak mau."

"Apakah semenyeramkan itu? Kupikir kucing liar sepertimu tidak akan takut pada apapun. Atau jangan-jangan kau tidak mau memberitahuku karena hal itu sangat memalukan?"

"Tentu saja tidak." Batari mendengus kesal mendengar permainan kata dari Jamie.

"Kalau tidak bukankah tidak masalah jika kau memberitahuku?" tanya Jamie penuh harap.

""Baiklah, aku akan memberitahumu. Sebenarnya aku takut... Aku takut dengan brokoli."

Jami terdiam mendengar ucapan Batari. Bahkan mulutnya terbuka lebar mendengar ucapan Batari. Pria itu sempat berpikir beberapa hal yang ditakuti wanita itu. Dari hewan semut, harimau, atau benda-benda sekitar seperti patung, boneka, balon atau barang lainnya. Tapi dia tidak terpikir sayuran berwarna hijau berbemtuk seperti pohon kecil itu adalah benda yang ditakuti oleh Batari. Jamie tidak bisa menahan tawanya.

"Sialan! Jika aku tahu kau tertawa aku tidak akan memberitahumu." Batari menendang tulang kering Jamie sehingga pria itu menghentikan tawanya dan meringis sakit.

"Tapi ini benar-benar lucu, Batari. Aku audah memikirkan kemungkinan kau takut pada hewan, benda atau orang. Tapi aku tidak terpikir jika Kucing liar-ku akan takut pada brokoli." Jamie kembali tertawa.

"Tertawa lagi, aku akan melemparkanmu keluar, Jamie."

Pria itu berusaha keras menahan tawanya. "Baiklah,  Kucibg liar. Tenang, okay? Bisakah kau menjelaskan padaku mengapa kau begitu takut pada brokoli?"

"Dulu temanku pernah berkata jika ada seseorang yang makan brokoli, maka brokoli itu akan tumbuh menjadi pohon yang semakin besar dan melahap orang itu. Aku membayangkan brokoli itu menjadi monster yang memakan manusia. Sejak itu aku takut melihat brokoli."

Lagi-lagi tawa Jamie pecah mendengar jawaban polos Batari. Bahkan dia harus memegangi perutnya karena terasa sakit kebanyakan tertawa. Sedangkan Christian yang duduk bersandar di saming Batari, juga ikut tertawa.

"Christian, jika kau ikut tertawa, aku tidak mau memegang tanganmu dan membiarkanmu bersandar padaku." Ancam. Batari.

"Jangan!" Christian menggelengkan kepalanya dan semakin bersandar pada wanita. Layaknya seekor anjing yang begitu patuh dan sangat menggemaskan.

"Kau terlihat begitu puas menertawakanku, Jamie. Memangnya kau tidak memiliki rasa takut?" Batari memicingkan matanya curiga.

"Tentu saja tidak. Jamie adalah pria pemberani. Tidak memiliki rasa takut sedikit pun."

"Benarkah? Aku tidak percaya. Bagaimana jika kita membuktikannya?" tantang Batari.

"Untuk apa membuktikannya. Kau bisa bertanya pada Christian." Jamie menunjuk ke arah kakaknya yang duduk di samping Batari.

"Kau berkata seperti itu apa karena kau takut, Jamie?" Batari terkekeh geli.

"Mana mungkin aku takut. Baiklah. Kita akan membuktikannya. Bagaimana caranya?"

Bibir Batari tersenyum penuh arti. "Kau akan mengetahuinya setelah kita turun nanti."

Seketika Jamie merasa merinding karena curiga dengan tatapan Batari. Terlihat seperti kucing liar yang siap menyergap mangsanya.

* * * * *

Astaga ngakak sama ketakutan Batari yang super polos 😂😂😂😂

Tapi meskipun Christian tidak banyak bicara, dia gemesin banget pas nemplok sama Batari. Kira-kira apa rencana Batari ya?

Yang penasaran Quin kasih hadiah foto gantengnya Christian nih.

Di chapter ini Quin mau kasih tahu ya, meskipun Christian dan Jamie itu terlihat tokoh yang sempurna bagaikan pangeran berkuda putih tak bercacat, tapi tetap saja mereka memiliki kekurangan. Jadi walaupun ada orang sekaya, setampan, secantik, sepintar, dan se-lainnya tetap saja makhluk Tuhan yang tidak sempurna ya....

Sampai jumpa di chapter berikutnya. Bye.....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro