chapter 3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

iruma yang masih tidur lelap diatas kasurnya yang empuk mulai terbangun karna alarm laknat yang ada disamping mejanya. alarm itu benar benar kencang hingga seisi istana bisa mendengarnya. setelah mematikan alarm nya, iruma duduk diatas kasur dan mulai mengumpulkan nyawanya sambil mengusap matanya. saat nyawanya sudah benar benar terkumpul, ia melihat alice yang sudah berseragam rapi berdiri di depan pintu kamarnya

"ohayou gozaimasu, iruma-sama"

"oh alice, sejak kapan kau berdiri disana?"

"saya sudah menunggu iruma-sama bangun sekitar 2 jam yang lalu"

"apa kakimu nggak lelah berdiri tanpa henti selama 2 jam?"

"tentu saja tidak, iruma-sama. saya harus selalu siap disini jika sewaktu-waktu anda bangun dan membutuhkan sesuatu. saa iruma-sama, pakaian dan air hangatnya sudah saya siapkan disini" kata alice sambil menunjukkan tempatnya dengan senyum bangga

//gak capek gitu ya? aku baru berdiri 15 menit udah kepengen duduk

iruma bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju kamar mandi. sebelum masuk, ia berhenti dan melihat bahwa alice masih tetap berdiri di tempatnya. " apa yang kau lakukan disini? keluar sana dan pergi ke ruang makan". "ah maafkan kelancangan saya. saya akan keluar segera"

---

"umm, makanan yang akan disukai iruma-sama apa ya? aku ingin masak ini, tapi apa iruma-sama bakal suka ya?"

"iruma pasti suka kok"

alice benar benar kaget karna ada suara seseorang disana. seingatnya, di dapur ini hanya ada dia sendiri. "dibawah sini loh, arahkan pandanganmu kebawah". alice melihat ke bawah dan mendapati sebuah cangkir kecil berwarna kekuningan dengan garis hitam sedang menatapnya balik. alice yang kaget langsung refleks mundur dan tak sengaja menjatuhkan sebuah panci yang digantung

"lied-kun, jangan mengagetkan tamu iruma-san seperti itu" kata sebuah teko berwarna blonde dengan pita pink dibagian tutupnya

"hehehe, gomenne okaa-san"

"hah? eh? apa? gimana?"

"ara, maaf ya alice-san. sepertinya putraku barusan menngagetkanmu ya. kalau kau mau tenang, aku bisa jelaskan semuanya kok"

alice mulai bisa mencerna situasi dan mendengarkan penjelasan darinya. teko dengan pita itu bernama elizabetta, dan putranya yang berbentuk cangkir tadi bernama lied. alice diberitahu segala yang mereka ketahui tentang iruma, mulai dari makanan yang dia sukai, camilan yang sering dia beli, bahkan hal detail seperti kapan ia bangun tidur atau apa

"begitu ya, jadi iruma-sama akan makan apapun asalkan enak dan ia juga punya porsi makan yang lumayan banyak. baiklah! aku akan buatkan masakan ter-enak untuk iruma-sama agar ia puas!"

alice mengambil apron yang tergantung di gantungan dan mulai memasak banyak makanan. ia tak tau mana yang akan disukai oleh iruma jadi ia putuskan untuk memasak semuanya. ia memasak banyak makanan dibantu oleh elizabetta dan lied

.

.

.

"apa ini?"

"sarapan untuk iruma-sama^^"

iruma duduk di kursinya dan menyaksikan meja makannya yang penuh dengan belasan piring makanan berbeda beda. iruma juga tak menyangka dalam waktu singkat alice bisa membuat makanan sebanyak ini. ia sedikit ragu untuk memakannya, namun karna sudah terlanjur dibuatkan jadi mau tak mau harus ia habiskan

ia mengambil sebuah piring berisi ayam panggang kecap yang ada didekatnya. saat dicoba, iruma terkesiap karna rasa ayam panggang ini benar benar enak. tekstur dagingnya empuk, matangnya merata ke seluruh bagian, bumbunya juga meresap sampai ke tulang

'ini baru namanya kenikmatan duniawi' =v= kata iruma dalam hati

"iruma-sama, apa makanannya enak?" tanya alice khawatir. ia takut kalau rasanya nggak seenak yang dibayangkan dan malah membuat iruma marah. "enak kok, benar-benar enak" kata iruma sambil mengunyah makanannya. alice lega karna ia bisa membuat sesuatu yang dapat menyenangkan suasana hati tuannya ini

"nee alice, coba yang satu ini. ini yang paling enak diantara yang lain" kata iruma sambil menyodorkan sesendok omurice pada alice. alice sedikit ogah-ogahan pada iruma karna sepertinya itu sedikit kurang sopan. "tak perlu, iruma-sama. anda habiskan saja semua". "coba dulu sedikit, ini enak kok". mau tak mau alice jadi memakan omurice yang ditawarkan oleh iruma

"enak juga"

---

seperti hari hari biasanya, alice membersihkan seluruh istana iruma dengan tenaganya sendiri. ia sangatlah rajin, bahkan terlalu rajin menurut beberapa perabotan. pernah suatu ketika, iruma hendak menyuruh alice memasak ayam panggang untuk makan malam, namun tanpa diduga ia sudah memasaknya bahkan sebelum iruma menyuruh

alice membersihkan perabotan yang ada disebuah ruangan sambil ditemani oleh sebuah lilin ramah bernama shichirou. sejak awal alice mulai tinggal di istana itu, shichirou sudah memperlakukan alice dengan lembut. ia sering bercerita tentang kehidupannya dulu ketika menjadi manusia, dongeng dongeng dari buku bergambar kesukaannya, bahkan rahasia rahasia dari para perabotan hidup di istana ini

"oh ya alice, kalo nggak salah kau pernah bilang kalau kau tinggal berdua dengan ibumu bukan?"

"hmm? iya kenapa?"

"ah, bukan apa apa. hanya saja....apa kau tak khawatir kalau nanti terjadi masalah dengan beliau?"

"justru lebih baik aku berada disini melayani iruma-sama. okaa-san sangat menjengkelkan, ia sering memperlakukanku seperti anak kecil. ia bahkan pernah membuatku seakan menjadi boneka yang bisa didandani kapanku ia mau" kata alice dengan wajah kesal. shichiro cuma tertawa kecil mendengar keluh kesah alice soal ibunya. "maa demo, bohong rasanya kalau aku sama sekali nggak khawatir. okaa-san sudah bekerja sangat keras untuk membiayai kebutuhanku dan dirinya sendiri. terkadang kalau aku ditinggal sendirian dirumah, rasanya seakan rumah menjadi sepi dan dingin sih"

"ahh souka^^ kau pasti benar benar anak yang baik ya"

'perasaan apa ini? firasatku mengatakan terjadi sesuatu dengan okaa-san'

"hoi kau, cepatlah bekerja dan berhenti melamun atau kutendang kau keluar istana!!!". "ahhh iya iya!". "tch, berisik!" kata sebuah jam meja kecil berwarna kehitaman didekatnya. "kallego-kun, jangan terlalu kasar padanya. dia cuma khawatir pada keluarganya kok". jam bernama kallego itu menoleh pada teman akrabnya dan mengatakan banyak hal, dan itu sedikit membuat alice kesal

ia selesai membersihkan ruangan itu sejam kemudian. karna lelah, ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan beristirahat. kallego tak lupa mengingatkannya untuk selalu gunakan tangga barat dan jangan pernah sekalipun gunakan tangga timur. alice menurut saja daripada dia diceramahi oleh eggie- eh kallego, meski dalam hati kecilnya ia selalu penasaran apa yang ada di tangga timur

malamnya, alice diam diam menyelinap ke tangga timur. tempat yang seharusnya sangat terlarang dan tidak boleh dimasuki olehnya. alice terus berjalan melewati lorong-lorong gelap dengan sebuah lilin sebagai penerangan. begitu tiba di ujung lorong, ia menemukan sebuah pintu kayu tua disana. alice coba membuka pintu itu perlahan, meski sedikit berderit

didalamnya, terdapat sebuah ruangan yang tampak gelap dan menakutkan. ia tak mempermasalahkan soal kondisi ruangan itu, toh dia pernah masuk ke hutan yang lebih menakutkan dari ini. ia masuk semakin dalam ke ruangan itu, semakin dalam, semakin dalam dan semakin dalam. ketika ia sudah masuk cukup dalam, ia menemukan sebuah mawar

mawar itu berwarna merah dan terlihat sedikit bercahaya. mawar itu melayang di udara dan tersimpan di sebuah kotak kaca kecil yang dibuat sedemikian rupa dan sebagus mungkin agar pas dengan ukuran mawar tersebut. alice melihat ada beberapa kelopak mawar yang rontok dibawah mawar itu. ia sudah berada di depan meja tersebut dan memandanginya

"mawar apa ini?"

"SIAPA KAU BERANI MASUK KE RUANGANKU!?"

to be continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro