9. Konspirasi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Arya tau deklarasi sepihaknya pagi tadi di kelas Leila bikin cewek itu murka. Sampai-sampai Leila rela menerornya dengan bom chat dan puluhan telepon sedetik setelah bel istirahat berbunyi sampai dua menit lalu.

Makanya sekarang Arya sedang bersiap menerima amukan Leila. Amunisi sepiring nasi goreng dan segelas es teh sudah siap di perutnya. Jus strawberry dan sosis bakar di tangannya ini jadi sogokan untuk Leila, walaupun ia nggak yakin Leila akan langsung mingkem kalau disogok makanan ini.

Ponsel di saku kemeja batiknya bergetar. Senyumnya mengembang melihat nama penelepon di layar benda canggih itu.

"Iya, sayang?"

"Nggak usah sayang-sayang! Gue tau lo di kantin dua belas! Ke depan lab sekarang!"

Arya meringis mendengar suara Leila dari ujung telepon. Semoga gendang telinganya nggak mengalami kerusakan.

"Oke bos! Meluncur!"

Arya mengantongi ponselnya kembali, lalu menatap cowok di depannya yang dari tadi mengerutkan dahi mendengar percakapannya.

"Gue mau menghadap ibu ratu. Doain gue ya, semoga nggak dipenggal," ujarnya dramatis sambil bangkit sebelum kemudian memutar tubuh untuk keluar kantin 12.

Siang ini kantin 12 nggak seramai biasanya, mungkin karena angkatan kelas 12 sudah mulai memasuki masa-masa persiapan ujian nasional. Arya nggak pernah paham kenapa ujian yang cuma berlangsung dua jam dalam tiga hari itu harus dipersiapkan enam bulan sebelumnya. Dengan materi soal yang nggak beda jauh dari buku-buku latihan ujian nasional yang dijual bebas dan bahkan dibahas berulang kali tiap pemantapan materi. Dan Arya lebih nggak siap karena ia harus mengulang masa-masa itu sekali lagi kurang dari setahun ke depan.

Begitu Arya memasuki koridor lab, tubuh Leila sudah terlihat di ujung koridor depan lab bahasa. Arya mempercepat langkahnya menuju Leila. Ia tau Leila nggak akan menyambutnya dengan senyuman atau sapaan hangat tapi entah rasanya hati Arya berbunga tiap kali melihat Leila.

"Hai!"

Pukulan di lengannya adalah balasan dari Leila begitu ia menyapa cewek itu yang bersandar di pilar koridor.

"LO UDAH GILA YA!?" sembur Leila begitu ia berdiri di depan cewek itu.

"Terimakasih, gue anggap itu sebagai pujian."

Lagi, pukulan Leila mendarat di lengan kanannya. Nggak begitu sakit seperti sebelumnya atau Arya udah mulai terbiasa sama pukulan Leila.

"MAKSUD LO APA BILANG KAYAK GITU DI KELAS GUE?!" pekik Leila gemas dengan nada hampir berteriak.

"Iya, sorry, sorry."

"Sorry, sorry! Lo pikir super junior!" balas Leila getas.

Arya berusaha menahan diri untuk nggak menggosok tangannya dan menyanyikan lagu boyband K-Pop yang sangat populer itu.

Leila yang sejak tadi melotot padanya kini berganti menatapnya dengan kening berkerut dan tatapan menusuk, telunjuknya menunjuk tepat di hidungnya. "Lo tuh kalo bertingkah dipikir dulu nggak sih?!"

Kepala Arya langsung menggeleng. "Nggak."

"ARYA!"

Arya mengangkat kedua tangannya saat melihat Leila mengarahkan tangannya padanya. "Sumpah! Gue dapet idenya pas masuk kelas lo!"

Arya nggak bohong. Ide untuk mendeklarasikan hubungannya dan Leila di kelas cewek itu muncul begitu saja tepat saat ia sampai di pintu kelas. Tiba-tiba saja ia ingat permasalahan Leila dengan Septian.

Tangan Leila mendarat keras di lengan kanannya yang langsung bikin Arya mendesis dan mengambil satu langkah ke belakang.

"Sakit, Le!"

"Lo nggak tau betapa malunya gue tadi! Dicengin Bu Debby! Dicengin sekelas! Ditanya ini itu sama Rizka! Dosa gue bertambah gara-gara bohong ke semua orang karena ulah lo!" omel Leila panjang lebar.

"Bagian mananya bohong sih? Lo ngarang cerita apa?"

Leila terlihat gelagapan yang bikin Arya menaikkan kedua alisnya penuh tanya. "Bohong lah! Sejak kapan lo sama gue pacaran?! Gue belom nerima penawaran gila lo ya!"

"Ck. Bukan bohong itu namanya, tapi doa karena akan jadi kenyataan," balas Arya dengan wajah tenang.

"Ngarep aja lo sana!"

Arya tertawa, diraihnya tangan Leila yang memegang ponsel untuk duduk di bangku keramik koridor. "Minum dulu. Haus kan ngomel mulu?"

Leila menyentak tangan Arya lalu ganti memukul lengan cowok itu dengan tangannya yang lain. "Nggak usah modus!"

Arya terkekeh dan ikut duduk di depan Leila yang kini bersandar pada pilar koridor. Diberikannya cup plastik berisi jus strawberry pada Leila yang diterima dengan bibir manyun dan dahi berkerut. Ekspresi yang menurut Arya, khas Leila banget.

"Nggak gue kasih pelet cinta. Tenang."

Leila mendesis. Sedotan di tangannya ia arahkan pada Arya. "Dasar gila!"

Arya mengulum senyum dengan kepala mengangguk, tangan kanannya menepuk dada kirinya beberapa kali, seolah tersanjung dengan kata-kata Leila.

"Ini, sosis-."

Dengan sigap Arya mengeluarkan sosis bakar yang dibungkus mika bening dari plastik, lalu membukanya dan disodorkan pada Leila.

"Buat gue?" tanya Leila dengan tatapan nggak percaya.

"Iya. Kalo lo nggak mau, gue makan."

Leila mendesis. "Abis malak siapa lo?"

Kekehan Arya lolos dari celah bibirnya. Leila selalu tau kebiasannya. "Angga," jawabnya kemudian menyebut satu nama.

"Angga? Anggara?" tanya Leila sangsi sambil mengunyah sosis bakarnya. 

"Iya lah, Angga siapa lagi emang?"

Leila menggigit sosisnya dan mengangguk-angguk. "Orang kayak lo kenapa beruntung banget dapet temen baik mulu, ck."

"Gue juga baik kali, Le." Arya ikut mengambil satu tusuk sosis lalu menggigitnya.

"Nggak denger," ujar Leila disela-sela kunyahannya untuk sosis ke-dua.

Arya terkekeh. Diletakkannya bekas tusuk sosis ke dalam plastik. "Lo jawab apa pas ditanya tentang tadi pagi?"

Leila mengalihkan pandangannya ke arah lapangan tengah yang ramai. Melanjutkan kegiatan mengunyah sosis tanpa berniat menjawab pertanyaan Arya.

•×•


"Gue nggak nyangka lo udah punya pacar, Le."

"Gue kira lo beneran bakal jadian sama Septian."

Leila mendengus. Entah untuk yang ke berapa kalinya sejak peristiwa deklarasi gila oleh Arya tadi pagi.

"Kan gue udah bilang. Bukan gue yang ngirim pesen buat Septian, tapi lo semua nggak percaya," jawabnya tanpa menoleh ke dua orang cewek di depannya.

"Rizka yang ngomong, jadi gue percaya lah," bela Siska yang ketawa melihat reaksi Rizka yang langsung mendelik.

"Apa-apaan! Kok gue?!"

"Kata Willy, dia denger pas lo sama Leila ngomong," balas Rina di depannya sambil terkikik.

"Mulut Willy lo percaya," cibir Leila lalu menyahut botol minumnya.

Ngomong-ngomong soal Willy, cowok itu belum berkomentar apa pun selain memastikan ucapan Arya tadi pagi. Aneh, mengingat cowok itu punya hobi kepo berlebih.

"Willy tuh kupingnya banyak. Tau aja dia gosip atau berita baru. Gue curiga dia admin PNHIts."

Leila tersedak air mineralnya. Punggungnya ditepuk-tepuk Rizka berulang kali.

"Ngaco! Kayak gitu masa jadi admin PNHits." Leila terkekeh kaku.

"Kenapa nggak?" sahut Rizka yang diangguki Siska.

Leila menggaruk alisnya dengan telunjuk. "Kocak aja. Ternyata temen sekelas gue admin PNHits. Wow."

"Tapi, tapi, kalian pernah kepikiran nggak sih siapa admin PNHits?" tanya Rina dengan mata berbinar penuh konspirasi.

"Gue pernah denger katanya yang jadi admin tuh masih keluarganya yang punya sekolah," ujar Rizka dengan ekspresi nggak beda jauh sama Rina.

"Maksud lo cucunya gitu?" tanya Siska.

Rizka mengangguk. "Iya. Kalo dipikir lagi tuh akun mulus banget nggak pernah hilang padahal beberapa kali bikin ulah."

Rina menjentikkan jarinya. "Oh ya! Lo tau Jazmine Blue nggak? Javier Reagan!?"

Leila menopang dagu dengan tangan kanannya. Menyimak konspirasi teman-temannya tentang akun gosip sekolah mereka dengan jantung berdebar.

"Javier Reagan! Anjir! Gue ngefans banget sama dia, dia juga yang bikin gue pengen sekolah di sini!" sahut Siska menggebu.

"Mereka dulu sekolah di sini?" tanya Rizka.

Rina dan Siska kompak mengangguk. "Pas banget kita masuk, mereka lulus!"

"Lah! Angkatan kakak gue dong?!"

"Kakak lo sekolah di sini juga?"

Rizka mengangguk. "Semua kakak gue di sini."

"Lanjutin, Rin!"

Rina mengangguk. "Jazmine kan sahabatan deket banget sama Javier. Nah PNHits tuh pernah nyebar foto mereka yang bikin semua media gempar dan langsung nyerbu sekolah buat dapet konfirmasi dari mereka."

"Sumpah lo?!" seru Leila tiba-tiba yang membuat tiga orang lainnya terlonjak karena kaget.

"Sumpah! Gue inget banget kok, tetangga gue yang satu angkatan sama mereka cerita pas beritanya rame," terang Rina.

"Legend banget tuh PNHits," gumam Siska.

"Followers aja sepuluh ribu gitu. Kayaknya alumni juga masih pada ngefollow deh," ucap Rina yang diangguki Rizka.

"Adminnya pasti nggak cuma satu." Rizka mengangguk-angguk menyetujui ucapannya sendiri.

"Iya lah. Mereka open paid promote juga kan," imbuh Siska.

"Gue denger-denger juga nih. PNHits sama Draft PN tuh sama."

Jantung Leila serasa melorot ke kaki saat Rina mengucapkan kalimat itu. Seolah belum cukup selama obrolan ini jantungnya berdegup kencang karena gugup.

"Adminnya sama gitu?"

"Iya!"

"Gila!"

"Gue curiga lo adminnya, Rin."

Kalau Leila sedang minum, ia yakin pasti akan tersedak kembali. Pembicaraan tentang Tim Rahasia PN ini emang selalu seru, tapi bagi Leila rasanya seperti uji nyali. Salah kata sekali aja, bisa-bisa hidupnya runtuh seketika.

Cukup Arya aja yang bikin pusing gara-gara masalah ini. Batin Leila.

"Eh! Mana mungkin!" elak Rina yang bikin Rizka memicingkan mata.

"Abisan lo tau banyak tentang mereka," jawab Rizka.

Rina mengibaskan tangannya. "Nggak lah gila! Kalo gue adminnya gue nggak akan cerita gini. Gila aja lo!"

"Emang kenapa sih?"

Rina menghela napas. "Selama ini nggak ada yang tau siapa adminnya. Berarti kan rahasia, nggak akan diceritain kayak gini lah!"

Rizka dan Siska mengangguk-angguk. Leila ikut mengangguk pelan. Alasan Rina adalah salah satu alasan kenapa Tim Rahasia PN dibentuk. Semua yang berhubungan dengan PNHits dan Draft PN dibalik layar adalah rahasia.

Obrolan mereka terhenti karena objek pembicaraan ini muncul tiba-tiba dan langsung berhenti di meja Rizka. Leila menatap Willy yang juga menatapnya dengan seringai jahil.

"Lo yakin pacaran sama Arya udah dua minggu?"

Leila mengangguk dengan ragu. "Kenapa emang? Lo kepo-an banget sumpah! Curiga gue beneran dia admin PNHits."

"Dua minggu lalu pas sparing futsal, Arya ke lapangan sama cewek dan gue yakin tuh cewek bukan lo."

•×•


Draft PN

Dari : aku
Untuk : siapa pun yang baca
Pesan : gue udah nyoba buat percaya, gue udah nyoba buat terbuka, tapi lagi-lagi gue dikecewain

•×•

Draftnya wkwkwkwkwk

Makasih buat yang udah baca, vote dan komen!
Makasih banyakkkk!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro