1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Salah satu kamar hotel yang dijadikan tempat honeymoon terlihat begitu sunyi karena pemiliknya masih tertidur pulas efek lelah setelah acara pernikahan mereka kemarin.

Hari ini menjadi hari pertama Qila dan Adnan menyandang status baru yaitu sepasang suami istri dan jujur Qila benar-benar tidak menyangka jika waktu itu akhirnya tiba.

Setelah bangun beberapa menit yang lalu, Qila tersenyum malu saat melihat sebuah tangan melingkar di tubuhnya. Adnan memeluknya dari belakang dan membuat perasaan perempuan itu tak karuan.

Tak ingin mengganggu tidur Adnan, Qila berusaha untuk tidak melakukan pergerakan yang dapat membangunkan suaminya. Namun, tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke dalam ponsel Adnan.

Perlahan, mata Adnan terbuka dan hal pertama yang dia lihat adalah Qila. Senyum pria itu merekah sembari mengeratkan pelukannya dengan sang istri.

"Morning sayang," ucap Adnan yang langsung membuat Qila melotot kaget, untuk pertama kalinya Adnan memanggil Qila dengan sebutan Sayang.

Melihat reaksi Qila, Adnan kembali melukis senyum manis di wajahnya dan tiba-tiba mengecup pipi Qila yang terlihat memerah. "Jangan malu gitu dong, kan kita sudah jadi suami istri."

Qila tersenyum kaku setelah Adnan melepas pelukannya dan perlahan bangun dari tempat tidur mereka. Pria itu kemudian mengambil ponsel yang sedari tadi berbunyi dan mengangkat panggilan dari kantornya.

"Iya, halo," jawab Adnan sembari berjalan menuju balkon kamar.

Dengan setengah telanjang, Adnan keluar dari kamar dan membiarkan tubuh bagian atasnya dapat terlihat oleh orang luar.

Dari dalam, Qila hanya dapat memperhatikan punggung Adnan yang terlihat begitu kokoh. Ih, apaan sih. Kenapa aku mikir yang aneh-aneh!

Siapapun dapat tergoda jika melihat tubuh sempurna milik Adnan, begitupula dengan Qila yang sebenarnya sudah 'sah' menyandang status sebagai istri Adnan. Walau, mereka belum melakukan 'itu'.

Iya, semalam mereka hanya tidur bersama tanpa melakukan apapun. Adnan sebelumnya sudah menawarkan hal tersebut kepada Qila. Namun, perempuan itu menolak karena masih takut dan Adnan menghargai keputusan istrinya.

Selang beberapa menit, Adnan kembali masuk ke dalam kamarnya dan duduk di sisi Qila yang juga tengah duduk di atas kasur. Tubuh kecil perempuan itu sengaja dia sandarkan ke kepala kasur sembari asyik membuka beberapa pesan yang masuk ke dalam ponselnya.

"Qil," panggil Adnan yang kemudian menyita perhatian Qila sepenuhnya.

"Iya, kenapa?"

Pertanyaan Qila membuat Adnan terdiam dan berpikir sejenak. Pria itu kemudian kembali menatap istrinya dan menarik tangan Qila untuk dia genggam.

"Sebelumnya saya mau minta maaf."

Dahi Qila mengerut bingung mendengar permintaan maaf dari suaminya. Menurutnya Adnan tidak memiliki kesalahan apa-apa, tetapi dia malah meminta maaf pada Qila.

"Minta maaf kenapa?"

Adnan sedikit ragu mengungkapkan apa yang tengah mengganggu di otaknya, dia tidak ingin istrinya merasa sedih setelah mendengar ucapannya. Namun, dia harus melakukan hal itu.

"Kita kayanya harus check out secepatnya," jawab Adnan dengan nada suara yang sangat kecil bahkan nyaris tidak didengar oleh Qila.

"Maksudnya?"

"Iya, kita harus balik secepatnya. Saya ada urusan di kantor."

Terlihat, raut wajah Qila yang berubah masam setelah mendengar penjelasan Adnan. Sebenarnya perempuan itu masih ingin beristirahat, tetapi suaminya ingin mereka pulang cepat.

Memahami situasi buruk yang dia bangun, Adnan kemudian menarik Qila untuk masuk ke dalam pelukannya. "Maaf ya, saya minta maaf. Sebenernya kita masih ada waktu buat liburan di sini, tapi saya nggak mau ninggalin kamu di hotel sendirian. Lebih baik di rumah, di rumah ada yang jagain kamu."

Qila memahami kekhawatiran Adnan terhadapnya, apalagi selama ini Qila belum pernah sekalipun menginap di hotel. "Iya, nggak pa-pa kok. Tapi kasih aku waktu buat beres-beres ya."

Mendengar bisikan Qila, Adnan pun menganggukkan kepalanya dan perlahan melepaskan pelukan mereka. "Makasih ya, sudah ngertiin saya."

"Iya, sama-sama."

Tak banyak barang yang Qila bawa dari rumahnya sehingga waktu beberesnya lebih singkat.

Sedikit berbeda dari sebelumnya, kini Qila juga mengurus barang-barang milik Adnan yang sudah berstatus sebagai suaminya.

"Sudah?" tanya Adnan setelah masuk ke dalam kamar mereka. Sebelumnya pria itu izin keluar sebentar, tetapi Qila tidak tau dia kemana.

"Udah kok." Qila bangun dari duduknya di lantai. Kedua tangannya kemudian menarik koper miliknya dan Adnan. "Yuk, balik."

Melihat sang istri kesusahan, Adnan kemudian mengambil alih kedua koper yang ada di tangan Qila. "Biar saya aja yang bawa."

Tanpa penolakan, Qila memberikan kedua koper tersebut dan ikut berjalan di sisi Adnan yang sudah pergi keluar dari kamar. Keduanya kemudian menunggu di depan lift yang akan membawa mereka turun ke lantai dasar.

"Nan," panggil Qila yang membuat Adnan langsung menoleh ke arahnya. Tatapan Adnan sedikit berbeda dari sebelumnya dan membuat Qila sedikit kebingungan. "Kenapa kamu natap aku begitu?"

Adnan menghela napas setelah mendengar pertanyaan Qila. Saat akan menjawab, lift di hadapan keduanya terbuka dan Adnan terlebih dahulu masuk, lalu diikuti dengan Qila di belakangnya.

Dengan wajah kesal, Adnan menyandarkan tubuhnya di dinding lift dan semua pergerakannya itu terus diperhatikan oleh Qila. "Nan, kamu kenapa sih?"

Adnan tidak langsung menjawab pertanyaan Qila. Namun, malah terlihat sibuk menatap lurus ke depan.

"Aku ada salah?" tanya Qila lagi dan Adnan langsung menatapnya.

"Kita udah nikah, Qil. Bisa nggak sih, kamu nggak manggil saya dengan hanya nama saja?"

Intonasi Adnan meninggi saat mengungkapkan apa yang dia pikirkan. Hal itu membuat Qila diam seribu bahasa.

Sesampai di lantai dasar, Adnan memberikan kedua koper yang sebelumnya dia bawa ke sopir pribadinya yang sudah menunggu mereka di pintu masuk hotel.

Dengan langkah panjangnya, Adnan segera sampai di samping mobil miliknya dan kemudian masuk tanpa menunggu Qila yang sedikit kesusahan mengejarnya. "Nan, tungguin!"

Dada Qila naik turun setelah berhasil mengejar Adnan. Napasnya pun tidak beraturan dan membuat sang suami sedikit khawatir. Tangan panjang pria itu kemudian merogoh sebuah kotak di sisi tempat duduknya dan mengeluarkan sebotol air mineral dari dalam sana.

"Nih, minum," ucap Adnan setelah menyodorkan botol air mineral tersebut ke arah sang istri.

Mata Qila secara bergantian menatap botol dan wajah Adnan yang enggan menatapnya. Ada sedikit rasa sedih di benaknya setelah dihiraukan oleh suaminya.

Otak Qila bekerja keras untuk memikirkan apa yang dapat membuat Adnan kembali seperti semula. Tiba-tiba sebuah pikiran muncul di benaknya dan dengan ragu sebuah kata yang ada di benaknya, perempuan itu ucapkan. "Makasih, Mas."

Ucapan terimakasih Qila berhasil membuat Adnan menoleh ke arahnya. Dengan mata berbinar, Adnan berucap, "apa? Kamu ngomong apa tadi?"

Melihat Adnan yang sangat bersemangat, Qila menjadi kebingungan dan perlahan memundurkan dirinya agar tidak bersentuhan dengan Adnan yang tubuhnya semakin mendekat ke arahnya.

"Makasih, Mas," ulang Qila dengan pelan. Dia masih merasa takut dengan sikap suaminya. Namun, tiba-tiba Adnan memeluknya dengan erat.

"Makasih, Qil. Sudah mau manggil saya dengan sebutan, Mas."

***

Jumkat : 1057

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro