3. Mengenal Alexithymia

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bagaimana rasanya ketika melihat gebetan jalan bareng dengan teman sendiri? Kesal, sedih, atau pasrah? Itu merupakan emosi wajar yang dirasakan manusia. Tapi ada lho, yang tidak memiliki emosi seperti orang kebanyakan. Bahkan ketika ditinggal meninggal oleh orang terkasih pun, mereka tidak akan merasa sedih atau menunjukkan kesedihannya. Mereka adalah penderita alexithymia.

Dilansir detikhealth, alexithymia adalah gangguan psikologis yang dicirikan dengan ketidakmampuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan secara verbal, emosi, dan perasaan yang dialami di dalam dirinya seperti orang lain. Orang-orang yang menderita alexithymia dikenal sebagai sosok yang terlalu logis, tidak sentimentil, tidak bersahabat karena kurang empati, membuat keputusan pribadi berdasarkan prinsip, bukan perasaan. Kondisi ini karena si penderita tidak mampu mengeluarkan apa yang dirasakannya. Sebelumnya, alexithymia sering dianggap disertai dengan gangguan psikosomatis yang melibatkan gejala fisik dari tubuh yang diperburuk oleh pikirannya, seperti orang yang sangat marah tapi tidak bisa mengekspresikan kemarahannya akan mengalami sakit perut. Akan tetapi, ternyata keluhan ini bisa muncul dalam bentuk yang berbeda, bahkan dalam studi terbaru diketahui pada beberapa orang dengan alexithymia justru tidak menunjukkan keluhan fisik apa pun.

Sementara itu, dilansir nationalgeographic, alexithymia bukanlah penyakit ataupun gangguan mental. Kondisi ini bersifat subklinis. Artinya, ciri-cirinya tak bisa disamakan dengan gejala penyakit klinis seperti diabetes, bipolar, flu, depresi, Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), dan sebagainya. Meski demikian, alexithymia adalah fenomena psikologis yang tetap diakui keberadaannya. Kondisi ini sering dikaitkan, bahkan muncul bersamaan dengan gangguan mental seperti depresi, PTSD, autisme, hingga skizofrenia.

Gaya berkomunikasi orang dengan alexithymia cenderung logis dan harfiah. Mereka tidak akan memasukkan refleksi perasaan ke dalam setiap ucapannya. Sebaliknya, mereka akan membahas hal-hal faktual dengan kering, tanpa emosi. Biasanya orang dengan alexithymia tidak bisa menikmati novel, pertunjukan, atau film yang berfokus pada emosi. Dilansir klikdokter, studi yang dipublikasikan di the American Journal of Psychology pada tahun 2017 melaporkan, orang alexithymia dapat mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini dikarenakan mereka sulit memahami, merespons, dan kurang peka dengan masalah yang dialami orang lain. Oleh karena itu, orang lain akan menilai penderita alexithymia sebagai orang yang sulit berempati. Penelitian lain yang dimuat di the Journal of Counseling Psychology pada bulan Januari 2018 menemukan, penderita alexithymia kurang dapat bersosialisasi dengan orang lain. Mereka menghindari, malu, dan sulit dekat dengan orang baru. Hal ini terutama dialami oleh pria.

Dilansir detikhealth, ada dua jenis alexithymia, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Alexithymia state, biasanya memiliki sebab yang spesifik dan merupakan kondisi sementara. Salah satu contoh penyebab paling umum dari kondisi ini adalah Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) akibat peristiwa mengerikan yang dialaminya;

2. Alexithymia trait, yaitu suatu karakteristik yang melekat dalam kepribadian seseorang. Tipe ini bisa disebabkan oleh bawaan atau peristiwa yang terkait di usia dini, misalnya penyalahgunaan atau penelantaran.

Seseorang yang memiliki alexithymia akan ditandai oleh beberapa hal dalam kehidupan sehari-harinya yaitu:

1. Sulit untuk berbicara tentang emosinya sendiri;

2. Sering dianggap oleh orang lain sebagai sosok yang terlalu logis, tidak sentimentil, tidak bersahabat karena kurang empati;

3. Akan merasa bingung dengan reaksi emosional orang lain;

4. Memberikan jawaban yang bertele-tele untuk suatu pertanyaan yang sederhana;

5. Jarang melamun atau berimajinasi tentang prospek dirinya di masa depan;

6. Memiliki reaksi yang tenang mengenai karya seni, sastra atau musik;

7. Membuat keputusan pribadi berdasarkan prinsip, bukan perasaan;

8. Kadang menderita gangguan fisiologis seperti sakit perut, muka memerah, dan sakit kepala.

Penyebab alexithymia belum dipahami secara pasti. Akan tetapi, para ahli menduga bahwa pemicunya berasal dari faktor genetik, trauma masa kecil, serta penyakit fisik atau mental yang memengaruhi fungsi tertentu pada otak.

Dilansir klikdokter, alexithymia dapat terjadi karena beberapa alasan. Ketika anak dibesarkan untuk memiliki kepercayaan bahwa mereka tidak boleh menangis, tidak boleh terlihat cengeng, atau harus terlihat kuat, maka ketika beranjak besar akan menjadi sulit mengekspresikan emosi dan kurang berempati. Di samping itu, alexithymia juga bisa disebabkan oleh adanya trauma. Misalnya trauma fisik, trauma verbal, trauma emosional, atau pelecehan seksual. Kondisi tertentu seperti adanya cedera otak (akibat trauma atau benturan) juga dapat menyebabkan seseorang menjadi alexithymia. Ketika terjadi cedera kepala, maka dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf dan impuls di otak. Sehingga emosi yang dialami dan respons yang diekspresikan menjadi tidak sesuai.

Tak hanya orang yang mengalami cedera otak, orang dengan riwayat parkinson juga bisa mengalami alexithymia. Wajah datar, lempeng, dan sulit mengekspresikan emosi bisa jadi merupakan petanda alexithymia. Jadi kalau kamu memiliki teman yang seperti itu, jangan buru-buru menghakimi bahwa ia tidak berempati atau malas bersosialisasi. Bisa jadi alexithymia yang dialaminya dikarenakan masalah tertentu di masa lalu atau adanya penyakit serius.

Seorang narasumber yang berkonsultasi di pijarpsikologi.org menyebutkan bahwa dulunya ia hidup normal sebagaimana manusia pada umumnya. Bisa merasakan senang, sedih, marah, dan emosi lainnya. Namun, semasa hidupnya, ia berulang kali dikhianati, disakiti, dibohongi, dan diremehkan. Meski begitu, ia selalu berusaha menjadi pribadi yang baik. Kemudian, pelan-pelan dirinya mulai mati rasa. Ia tidak lagi merasa takut akan sesuatu, sedih, senang, kasihan, atau peduli.

Sebagai jawaban, pihak Pijar Psikologi menganalogikan emosi seperti air sungai yang mengalir. Ketika ia diterima keberadaannya, maka ia akan berlalu pergi. Sebaliknya, jika ia tertolak maka akan terbendung dan mengendap. Semakin banyak menolak, maka endapan akan semakin dalam. Partikel di dalam endapan tersebut juga kian menumpuk sehingga tidak lagi mudah untuk dikenali satu per satu. Partikel tersebut mengibaratkan emosi manusia yang juga tidak bisa lagi dikenali saking menumpuknya. Ucapan seperti "tidak boleh menangis" adalah salah satu bentuk penolakan emosi. Karena dengan menangis, seseorang akan dianggap lemah. Ketika seseorang tidak mau dianggap lemah, maka menangis harus dihindari. Pijar Psikologi menyarankan agar kita memberi ruang pada emosi apa pun, termasuk emosi yang tidak menyenangkan. Terima keberadaannya dan katakan, "Ya, saya marah." Atau, "Ya, saya kecewa." Lalu, jangan lupa untuk memaafkan diri sendiri, pahami bahwa kita memang terlahir tidak sesempurna itu.

Pijar Psikologi melanjutkan, seperti insting pada binatang, emosi pada dasarnya menjadi pelindung bagi kita. Dengan adanya marah, kita menjadi bisa membela diri. Dengan adanya kecewa, kita menjadi terdorong untuk bangkit dan kembali mencoba. Dengan adanya sedih, kita menjadi bisa bersimpati. Jika emosi-emosi ini ditolak, maka lama-kelamaan kita akan kehilangan “alarm” untuk melakukan sesuatu.

Menjadi orang baik bukan berarti tidak boleh marah. Tapi marahlah dengan cara yang baik. Misalnya mengobrol dengan seseorang yang membuatmu marah, diskusi, dan temukan solusi untuk masalahnya. Atau kalau sedih, menangis bukanlah sebuah kesalahan. Yang salah adalah menangis tujuh hari tujuh malam sampai kamu pingsan.

p.s. kalau ada kesalahan informasi, mohon koreksinya

___________
Sumber:

https://m.detik.com/health/berita-detikhealth/d-1818166/alexithymia-jika-hidup-terlalu-logis-dan-tak-pakai-perasaan

https://www.google.com/amp/s/nationalgeographic.grid.id/amp/131958973/alexithymia-kondisi-yang-membuat-seseorang-sulit-mengenali-dan-menyampaikan-emosi

https://www.google.com/amp/s/m.klikdokter.com/amp/3496289/ini-dia-alexithymia-penyebab-emosi-datar

https://www.google.com/amp/s/pijarpsikologi.org/saya-tidak-bisa-merasakan-emosi/amp/

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro