Chapter 1: Miwa Kasumi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari ini lumayan melelahkan, pelanggan yang datang di luar perkiraan. Jam menapak pukul setengah sebelas malam, waktu para pegawai mulai bersiap pulang.

Termasuk Miwa Kasumi yang berposisi sebagai kasir, ia meregangkan otot-ototnya yang lelah. Pintu kaca otomatis terbagi dua, menandakan kedatangan satu pelanggan terakhir sebelum toko benar-benar tutup.

"Hah ... baru saja mau tutup," keluh seorang pegawai laki-laki yang berdiri di dekat Kasumi.

"Tidak apa-apa," balas Kasumi dengan senyum lembutnya.

"Kau terlalu bekerja keras, Miwa-senpai."

"Aku suka kerja, Nitta."

Si pelanggan terakhir menaruh belanjaannya di meja kasir. Kasumi yang tadinya fokus menghitung hasil penjualan, kini menatap barang di mejanya.

"Aku beli ini dan jangan terlalu lama, Miwa."

Kasumi sedikit melebarkan mata, menyadari pelanggan terakhirnya adalah teman sekelasnya sendiri. "Mechamaru?"

"Cepat selesai pekerjaanmu. Tidak baik perempuan pulang terlalu larut," tegur Muta Koukichi yang akrab dipanggil Mechamaru.

"Ha'i."

Usai bertukar uang dan barang, Mechamaru berujar, "Cepat ganti pakaianmu. Aku tunggu di luar."

"Ti-tidak usah, Mechamaru."

"Tidak apa-apa. Biar kuantar, bahaya perempuan pulang malam-malam sendirian."

"Kami harus berkemas dulu, mungkin sedikit lama," tolak Kasumi.

"Aku bisa menunggu selama apapun itu."

Mechamaru memutus komunikasi sepihak, membuat Kasumi tak dapat menolaknya. Hampir satu jam Mechamaru menunggu di luar, camilan yang dibelinya pun sudah habis ia lahap.

Kasumi keluar dari toko, seragam pegawainya sudah berganti dengan jaket tebal dan celana panjang. "Maaf membuatmu menunggu lama, Mechamaru," ucapnya.

"Bukan masalah. Ayo kuantar."

"Maaf merepotkanmu."

"Jangan minta maaf lagi, aku memang mau mengantarmu."

Dua remaja itu berjalan bersisian, Kasumi menundukkan kepala dengan kedua pipi yang dilukis warna merah dan detak jantung yang bergelora. Sering kali tubuhnya bereaksi seperti ini ketika bersama Mechamaru.

"Kau selalu pulang malam-malam begini?" tanya Mechamaru, ia mengikuti langkah Kasumi yang sedikit lebih cepat darinya.

"Iy-iya."

"Hah ... bukannya ini tidak aman untukmu?"

"Aku tidak apa-apa."

"Oh ya, seingatku kau pemegang sabuk hitam judo 'kan?"

"Yap! Kau benar!"

"Meski begitu, angin malam tak baik untuk kesehatanmu."

"Terima kasih, Mechamaru." Kasumi tersenyum sekilas ke Mechamaru.

Mechamaru memalingkan wajahnya yang dihinggapi semburat merah, diikuti dentuman jantungnya yang bertalu-talu di dalam rongga dada. "Y-ya, sama-sama."

Di antara teman-teman sekelasnya, Kasumi yang hidupnya paling sulit. Gadis itu yatim piatu dan tinggal bersama dua orang adik laki-lakinya.

Mechamaru mengepalkan tangan, ia tahu selama ini Kasumi pontang-panting mencari uang. Ia hanya tahu tanpa melakukan apa-apa. Payah.

Kasumi harusnya bersenang-senang layaknya gadis SMA umumnya, bukan bekerja keras mengumpulkan uang.

Sepasang remaja itupun memasuki gang kecil, di ujung gang itulah Kasumi tinggal. Rumah-rumah sederhana berdiri di kanan dan kiri jalan kecil yang mereka pijak. Ada yang terbuat dari batu bata saja, kayu lapuk, kumpulan seng, bahkan dipenuhi semak-semak.

Mechamaru sedikit terganggu oleh bau selokan kecil yang ada di depan deretan rumah. Miwa tinggal di tempat seperti ini? Bentuk-bentuk rumah di sini tidak ada yang layak tinggal.

"Sudah sampai, Mechamaru. Sekali lagi terima kasih," ucap Kasumi.

Mereka berhenti di depan sebuah rumah yang kecil, sejauh ini rumah Kasumi yang lumayan layak. Ukurannya memang kecil, setidaknya minim kecacatan. Halaman depannya pun sedap dipandang.

"Kalau ada apa-apa jangan sungkan meminta bantuanku, Miwa."

"Hehe. Siap, Mechamaru. Terima kasih lagi."

"Aku pulang dulu," pamit Mechamaru dan berbalik pulang.

"Hati-hati di jalan."

Ini baru pertama kali Mechamaru mengantarku, semoga dia tidak tersesat.

Aku tahu kau selalu segan meminta tolong pada siapapun, Miwa. Walau kau berkata seperti itu pasti kau tetap tidak meminta bantuan padaku.

[]

Abis maraton jjk lagi aku baru sadar kalau miwa nyebut nama orang gak pakai suffix san :")

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro