Chapter 12: How to Tell the Truth?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kasumi ingat sekarang. Sebulan yang lalu, manik birunya terbuka dan menerima kilau cahaya matahari sore. Di sebelahnya ia lihat tali tambang yang putus dan lehernya nyeri seakan tercekik seseorang.

“Aku ... berhasil merebut hidupnya.”

***

“Aku berhasil merebut hidupnya.”

Tangannya terkembang dijatuhi gugusan air mata, seluruh memori yang dialami pemilik asli tubuhnya ini merasuki ingatan.

Miwa Kasumi gadis yang berusaha terlihat kuat dan ceria di depan teman-temannya, walau ia sedikit pemalu. Di balik kepribadiannya tersimpan kisah hidup berat yang ia tanggung sendirian.

Bagaimana caraku memberitahu mereka? Kenichi dan Kazuo pasti dua orang yang paling merasa bersalah, karena diriku yang asli mencari uang sekeras ini dan berusaha kuat demi mereka.

Sang doppelganger tak dapat terlelap, ia masih mengumpulkan kalimat dalam benak untuk disampaikannya ke keluarga maupun teman-teman yang ditinggalkan Kasumi asli. Meski besok kegiatannya padat, tetap pikirannya enggan beristirahat sejenak.

“Kau tidak tidur?” tanya Maki ketika mereka mengikat tali sepatu di teras rumah.

Kasumi menggeleng lemah, ia tak berani menatap sepasang hazel yang bersinar tajam itu. Apa setelah ini Maki akan pergi darinya? Ralat, apa semua orang yang sebelumnya bersama Kasumi asli akan pergi karena dia hanyalah doppelganger?

Apa aku harus menyusulmu, diriku yang asli?

Kasumi menggeleng sedetik setelah pemikiran itu hadir, ia tak ingin diri aslinya kecewa. Menjalani hidup yang berat adalah tanggung jawab, demi dirinya dan Miwa Kasumi asli.

Dulu ia tak berniat mengincar hidup Kasumi asli, ia hanya mengamati dari jauh. Rasanya tidak pantas mengacaukan hidup yang sudah susah payah dijalani seseorang. Ia tahu takkan bisa mati bila dibunuh manusia asli ataupun sudah merebut hidup Miwa Kasumi. Cepat atau lambat insting doppelganger-nya akan bergerak 'kan? Namun, sebelum instingnya yang mendorong, Kasumi asli mati dan ia sebagai doppelganger gadis itu menjalani hidup.

“Apa isi surat terakhir?” tanya Mai ketika ketiganya melangkah menuju stasiun kereta api, transportasi yang biasa mereka gunakan ke sekolah.

Jantungnya seakan berhenti sejenak, isi kepalanya dipenuhi benang kalimat yang kusut. Belum menemukan untaian yang pas untuk dikatakan.

Aku bukan yang asli, ah jangan. Terlalu ke intinya.

“Nanti akan kukatakan, ke Nobara, Momo, dan juga Mechamaru.”

Mechamaru, pemuda itu terlihat menyimpan rasa pada Kasumi. Apa yang akan dirasakannya mengetahui gadis yang ia cintai sudah tak ada lagi di dunia ini?

Pikiran dan perasaan Kasumi asli masih tertinggal pada dirinya. Jika orang-orang yang disayanginya pergi tentu memberi rasa sakit padanya, walau posisinya hanyalah seorang doppelganger. Semua tentang Miwa Kasumi benar-benar miliknya.

Selama pelajaran, Maki merasakan Kasumi tak banyak bicara. Memang gadis itu lebih sering diam, tapi bukan dengan tatapan sayu dan ekspresi sendu. Kasumi yang biasa tenang dan bermata cerah.

“Lukamu sudah sembuh ya, Mechamaru? Sini, aku periksa dulu.”

“Jangan memukul perutku, bodoh!”

Bahkan Kasumi tak tertarik pada Mechamaru yang bertengkar dengan Panda. Biasanya gadis itu diam-diam memandangi Mechamaru dan tertawa kecil karena tingkah si pemuda ketus.

Pasti ada sesuatu yang tidak baik.

Ketika istirahat Kasumi keluar kelas hanya untuk membeli roti dan mendengar penjelasan Mechamaru tentang apa yang akan ia lakukan sebagai asisten mangaka.

Kasumi mengoleskan tinta hitam pada garis silang yang dibubuhi Mechamaru pada panel manga-nya, salah satu teknik di dunia manga yang disebut pengisian beta.

“Kau banyak diam sejak pagi,” ujar Mechamaru yang dijawab tawa canggung Kasumi.

“Sungguh?”

“Iya.” Mechamaru melihat hasil kerja Kasumi yang mengisi tinta hitam tidak lewat dari garis gambarnya. “Kerja bagus, baru sekali diajarkan kau sudah bisa.”

Mechamaru mengulas senyum, membuat Kasumi pelan-pelan memindahkan arah wajahnya yang mulai merona.

“Mechamaru, ada yang ingin kubicarakan denganmu pulang sekolah nanti.”

Jika tidak hari ini aku beri tahu, takutnya aku akan semakin bergantung dan merasakan perih yang hebat saat mereka pergi.

[]

Chapter depan epilog~
Maaf tulisanku kaku, sebenarnya aku lagi kena wb parah tapi tetap pengen nyelesaiin ini :"
Yah lagian mau bikin sempurna banget belum tentu juga ada yang baca ini, mending tamat aja deh dulu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro