Let it Flow

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Choi Eun Seol mengelilingi 'rumah'nya itu. Rumah yang hanya berisi perabotan serba hitam, putih, dan sedikit warna abu-abu.

"Aigoo, membosankan sekali rumah ini. Semua berwarna hitam dan putih. Sepertinya Baekhyun oppa benar benar perfeksionis."

Eun Seol menaiki tangga. Di lantai atas rupanya ada sebuah ruangan dengan sandi di gagang pintu. "Apa ini?"

Eun Seol jadi teringat drama berjudul 'Ghost'. Yang dalam sebuah rumah hanya terdapat satu pintu bersandi dan ternyata di dalamnya pemilik rumah melakukan hal yang tidak biasa.

"Astaga, Baekhyun oppa!"

Eun Seol mencoba angka angka kombinasi ulang tahun Baekhyun. Tetap tidak terbuka.

"Lalu apa?"

Eun Seol memasukkan kembali angka kombinasi tanggal ulang tahun dirinya sendiri.

"Tidak mungkin"

Pintu terbuka. Eun Seol masuk ke dalamnya, "Jadi ini ruangan milikku?". Tetapi dengan cepat Eun Seol menggelengkan kepalanya. Walaupun ia mengalami kejadian janggal seperti ini, sifatnya tak akan berubah. Ia selalu memakai kombinasi angka '1991' untuk semua passwordnya.

Jadi ruangan pasti ini milik Baekhyun.

Semua perabotan di dalam ruangan itu berwarna ungu tua. Meja komputer, meja panjang, dan ranjang kecil. "Aneh sekali".

Eun Seol mengambil sebuah buku yang terlihat seperti notes pribadi dengan cover ungu pula.

내 사랑, 최 은 설 (My Love, Choi Eun Seol)

Mata Eun Seol membulat, "Buku apa ini? Apa yang ia tulis disini?"

Eun Seol membuka halaman pertama, terdapat foto dirinya mengenakan gaun pernikahan putih yang mewah yang sedang menggenggam sebuket mawar merah muda.

"Ini.. aku?"

Eun Seol terus membalik halamannya.

Choi Eun Seol. Nama terindah yang dimiliki oleh perempuan terindah di dunia ini.
Aku tahu ini gila, tetapi aku benar benar tidak bisa menghindarinya.
Gadis itu baru berusia 16 tahun saat aku pertama bertemu dengannya. Disaat yang sama, pria bodoh ini sudah berusia 25 tahun.
6 bulan berlalu, aku mantap melamarnya. Tak kusangka, ia menyetujuinya begitu saja.
Pernikahan ini rahasia kita. Tidak ada orang yang mengetahui bahwa kita bersama selain kedua orang tua kita. Bahkan teman terdekatnya saja tidak tahu.
Setelah sebulan menikah, aku mengajaknya pindah ke Seoul. Ia langsung mengangguk tanpa membantah. Kedua orang tuanya mengalami kecelakaan tepat sebulan setelah kami menikah dan ia ingin menghindari kampung halamannya yang meninggalkan rasa pahit itu. Karena itulah, sekarang kepada sekolahnya aku mengaku bahwa aku wali Eun Seol dan pamannya.
Sepertinya, aku memang pembawa sial. Semenjak ia mengenalku, orang orang yang ia sayangi satu persatu pergi selamanya. Mulai dari Sang Beom, sahabatnya yang meninggal tepat di hari aku mengenalnya, hingga orang tuanya yang meninggal sebulan setelah kami menikah. Kini, hanya aku orang yang dapat selalu di sisinya.
Tenang saja, Eun Seol-ah. Aku tidak akan pernah mengecewakanmu. Sedikitpun tidak. Aku juga hanya memilikimu sekarang.
Eun Seol sayang, aku akan selalu mencintaimu sampai akhir hidupku. Jangan pergi.

Air mata Eun Seol mengalir deras. Ia membuka halaman selanjutnya.

Musim panas pertamaku dengan istriku. Tak terasa sudah dua bulan kita menikah dan kau tetap setia berada disamping pria bodoh ini. Terima kasih banyak telah menemani hari hariku disini. Kau masih sibuk dengan sekolahmu dan bertemu dengan teman-teman barumu.
Sepertinya, kau sudah bisa menghilangkan rasa dukamu atas perginya ayah dan ibumu. Kuharap, kau akan selalu tetap tersenyum selamanya. Jangan bersedih lagi, aku akan selalu membuatmu bahagia. Aku janji.
Kau bilang, musim panas ini kau ingin pergi ke pantai. Maaf, aku terlalu sibuk hingga tidak dapat menemanimu pergi. Kau juga tidak ingin pergi sendiri maupun bersama teman temanmu. Kau jadi terpaksa mengubur keinginanmu sampai tahun depan. Maafkan aku, Eun Seol-ah, mungkin tahun depan.

"Ya ampun, seluruh isi buku ini hanya tentang aku. Baekhyun oppa, kau sangat romantis" Eun Seol tersenyum dan matanya berkaca kaca. Ia meletakkan buku itu kembali dan membuka sebuah album foto. Seperti notes itu, album ini juga hanya berisi foto foto Eun Seol saja.

Eun Seol tersenyum lebar, "Oppa, tidak salah aku memilihmu".

Tetapi, takdir kita tidak seharusnya seperti ini

***

"Dimana aku?" Tanya Eun Seol pada dirinya sendiri.

"Ruanganku" jawab Lee Jongsuk.

"Ah, selamat siang, dokter" Eun Seol membungkuk.

"Kurasa, mimpimu indah ya sekarang?" Tanya Jongsuk. Eun Seol mengangguk mengiyakan.

"Syukurlah" Jongsuk tersenyum.

"Dokter, bolehkah saya bertanya satu hal?"

"Silahkan" Lee Jongsuk menduduki mejanya seperti biasa.

"Mengapa anda mengubah profesi anda? Memangnya anda tidak nyaman menjadi seorang aktor?" Tanya Eun Seol.

Jongsuk tersenyum, pertanyaan yang terlalu sering untuk ia jawab. "Itu karena, saya bosan"

"Bosan?"

"Ya. Bosan. Kau tahu? Menjadi seorang aktor first lead selalu mendapatkan lawan main yang sangat cantik. Padahal, hidup itu tidak selalu dikelilingi orang tampan dan cantik bukan?" Jawab Jongsuk. "Saingan juga makin lama makin bertambah, dan kau juga belum tentu akan mendapatkan tawaran drama maupun film. Saya juga sudah bertambah tua, dan gaji seorang aktor tidak tetap. Lebih baik saya mencari pekerjaan dengan gaji tetap sehingga saya dapat menghidupi keluarga saya kelak"

Eun Seol tertohok, "Benar juga. Tidak selamanya para aktor maupun idol berada di atas. Mereka juga tetap harus mencari pekerjaan sampingan"

"Saya sangat menyukai drama drama anda, dokter. Saya menontonnya sejak umur saya 13 tahun. Anda tahu? Ibu saya sampai mengatakan 'aktor ini di setiap drama selalu menangis' dan itu membuat saya tertawa. Saya sangat menyukai akting anda" ucap Eun Seol.

"Benarkah? Kalau begitu penggemarku, maukah makan siang bersama? Waktu konsultasimu sudah habis" tanya Lee Jongsuk.

Mata Eun Seol berbinar, Tentu saja! Siapa yang tidak bersemangat untuk makan siang bersama aktor pujaan? "Suatu kehormatan untuk saya, dokter"

Lee Jongsuk tertawa kecil, "Jangan berlebihan, aku bukan pangeran. Apa makanan kesukaanmu? Mari kita memakannya. Kutraktir"

"Apapun yang saya makan jika itu bersama anda akan terasa lezat, dokter. Meskipun itu kulit babi panggang" jawab Eun Seol bersemangat.

"Aigoo, wanita ini seperti anak kecil saja. Kau mau memakan kulit babi panggang? Saya saja tidak suka"

"Saya juga, dokter"

Jongsuk tertawa lagi, "Lalu mengapa kau mengatakannya? Yasudah kita makan di tempat biasa saya makan siang, steak daging. Kau suka?"

"Wah, mewah sekali. Kelas seorang aktor memang jauh berbeda dengan orang biasa" pikir Eun Seol. "Itu terlalu mewah, dokter. Tapi, jika anda menyukainya, saya akan mengikuti anda saja"

"Aah, kau pasti sedang berfikir bahwa steak terlalu mahal untuk makan siang. Menurutku tidak ada salahnya jika kita memakan steak bahkan untuk sarapan. Tidak ada aturan bahwa sepotong daging panggang hanya untuk makan malam saat kencan bukan?"

Eun Seol tersipu malu, benar juga.

***

"Terapi hari ini sudah berakhir, kau mau pulang?" Tanya Jongsuk.

Eun Seol menatap Lee Jongsuk, "Saya tidak tahu dimana rumah saya, Dokter Lee. Sepertinya saya mengalami amnesia sementara karena terapi ini. Bahkan, saya mengira umur saya masih 16 tahun"

Lee Jongsuk nampak terkejut, "Sungguh? Saya tidak mengira metode ini benar benar sampai memfokuskan pikiran ke alam mimpi saja sampai melupakan kenyataan"

Eun Seol menunduk. "Kalau begitu, saya saja yang mengantar. Kebetulan jadwal saya kosong setelah ini. Tetapi, bukankah anda membawa mobil? Kau mengatakannya sebelum terapi tadi"

Aku mempunyai mobil? Heol, aku benar benar sudah dewasa.

"Ah, masalah itu tidak perlu dipikirkan. Saya bisa mengendarai mobil anda lalu menaiki bus untuk kembali ke rumah sakit. Saya takut anda melupakan cara menyetir mobil" Lee Jongsuk tersenyum.

Eun Seol tertawa, ternyata Lee Jongsuk humoris. Ia jadi senang dan tidak khawatir lagi.

"Berikan kartu pendudukmu."

"Untuk apa?"

"Kau kira saya bisa membaca pikiran? Tentu saja saya tidak tahu rumahmu dimana"

Benar juga. Eun Seol membuka tasnya dan membuka dompet.

"Astaga, bagaimana bisa kau tetap terlihat cantik di kartu penduduk? Punya saya bahkan jelek sekali." Lee Jongsuk terkejut.

"Bukankah anda seharusnya sudah melihat kartu penduduk saya?" Tanya Eun Seol. "Anda tadi menjelaskan status pernikahan saya dan anda mengatakan anda melihatnya di kartu penduduk saya"

Lee Jongsuk tertawa kecil, "Saya hanya mengatakan 'menurut kartu penduduk'. Kau kan mengisi formulir berdasarkan kartu penduduk."

"Dokter Lee, anda jenius sekali."

"Sudahlah, yang mana mobilmu?" Tanya Lee Jongsuk.

Eun Seol mengedarkan pandangannya ke penjuru parkiran rumah sakit, "Apa pekerjaanku?"

"Sekretaris pribadi CEO YG Entertainment" jawab Lee Jongsuk.

Mata Eun Seol membulat, "YANG HYUN SUK?!"

Lee Jongsuk tertawa lepas, "CEO Yang Hyun Suk sudah melepas jabatannya 3 tahun lalu. Kau tahu siapa penerusnya?"

"Siapa?! Beritahu saya, dokter. Jangan bilang Jiyong oppa".

"Memang Jiyong hyung." Jawab Lee Jongsuk.

"Astaga! Aku sekretaris pribadi seorang G-Dragon? Daebak..." Eun Seol kagum pada dirinya sendiri. "Mengapa anda memanggilnya hyung?"

"Aku memang lebih muda setahun darinya" jawabnya.

"Aah, aku hampir lupa. Anda lahir tahun 1989 dan Jiyong oppa 1988. Tak kusangka anda dekat dengannya hingga memanggilnya dengan sebutan 'hyung'. Ah, kau juga bagian dari YG dulu. Ingatanku hebat juga, ya?" Mulut Eun Seol seakan tidak dapat menghentikan omongannya.

"Sudahlah, yang mana mobilmu?" Tanya Lee Jongsuk lagi.

"Karena saya sekretaris pribadi seorang G-Dragon, mobil saya pasti mewah. Ah, saya kan memiliki kuncinya. Tekan saja tombolnya, kan?" Eun Seol mengeluarkan kunci mobil dari tasnya dan menekan. Seketika terdengar suara 'bip' dua kali dan sebuah mobil merah mengedipkan lampunya.

Mata Eun Seol semakin membulat saat memperhatikan kunci mobilnya yang tertera sebuah logo kuda yang berdiri.

Lee Jongsuk tersenyum semakin lebar, benar benar style Jiyong hyung. "Tunggu apa lagi? Ayo masuk. Kau tentu tidak akan membiarkan 'kuda merah' ini terluka bukan? Biarkan aku saja yang menyetir"

Eun Seol menduduki jok empuk mobilnya. Ini benar benar mimpi.

"Apakah Jiyong oppa sudah menikah?"

"Mengapa sejak tadi kau menanyakan soal pernikahan? Apakah kau ingin menikah?" Tanya Lee Jongsuk. "Jiyong hyung, ah playboy seperti dia memangnya akan menikah? Resmi pacaran saja langsung putus. Belum lagi sandiwaranya dengan Dara noona yang semakin menjadi jadi."

"Bagaimana dengan Bigbang? Apakah mereka tetap aktif dalam aktivitas grup maupun solo?"

"Seunghyun hyung sudah menikah 3 tahun lalu dengan gadis non selebriti. Youngbae hyung juga sudah menikah dengan Min Hyo Rin noona tentu saja. 10 tahun lalu. Mereka juga sudah memiliki 2 anak. Daesung akan menikah bulan depan. Seungri... ah lupakan saja. Sepertinya ia benar benar telah mengikuti jejak hyungnya yang playboy itu. Bigbang baru saja merilis album peringatan ulang tahun mereka yang ke-20 dua tahun yang lalu. Dan kudengar tahun ini mereka akan merilis album baru lagi." Jawab Lee Jongsuk.

"Aaah, seperti itu rupanya." Eun Seol mengangguk. Mobilnya melesat keluar dari parkiran rumah sakit. "Anda pandai menyetir mobil, Dokter Lee."

"Kau juga harus. Tidak mungkin saya mengantarmu setiap hari."

Ponsel Eun Seol mengeluarkan nada dering yang cukup kencang namun tak lama kemudian berhenti. "Siapa ini?"

1 Missed Call from CEO Kwon

"Astaga! Aku memiliki nomor ponsel seorang G-Dragon?!" Seru Eun Seol lagi.

"Bagaimana kau tidak memilikinya jika kau adalah sekretaris pribadinya, Eun Seol-ssi. Cepat telpon dia balik jika kau tidak ingin terkena amarahnya" ujar Jongsuk.

"Yeoboseyo..."

"MENGAPA KAU TIDAK MENGANGKAT TELPONKU?!" Bentakan seseorang di sebrang sana begitu mengagetkan semua orang yang mendengarnya. Eun Seol hampir saja membanting ponselnya dan Jongsuk hanya tertawa lebar.

"Itu, Jiyong oppa. Ah tidak maksud saya Kwon sajang-nim. Tolong jangan marah pada saya. Saya barusan...."

"Apakah ada alasan yang tepat bagi seorang sekretaris pribadi untuk menolak panggilan bossnya?" Sindir orang itu.

Choi Eun Seol menelan ludah, tidak tahu harus berbuat apa.

"Berikan ponselmu padaku" ucap Jongsuk.

"Dokter Lee, tidak apa-apa. Saya dapat mengatasinya" tolak Eun Seol halus. Namun Jongsuk menghiraukannya dan merebut paksa ponsel Eun Seol.

"Selamat siang, Jiyong hyung" sapa Jongsuk.

"Jongsuk-ah? Lee Jongsuk kau kah itu?" Jawab Kwon Jiyong.

Jongsuk tertawa, "Apa kabar, hyung? Ah bukan, uri sajang-nim"

Kwon Jiyong tertawa, "Yah, begini saja. Mengapa kau bisa bersama dengan sekretaris pribadiku? Dia sakit?"

"Dia mengalami hal-hal buruk akhir-akhir ini, hyung. Jadi aku melakukan beberapa terapi padanya. Namun dia sepertinya terkejut akan metodeku dan dia sekarang sedang amnesia ringan. Pikirannya terbawa pada 11 tahun yang lalu saat ia masih 16 tahun. Jadi aku harap, hyung mengerti." Jelas Jongsuk.

"Aah, jadi seperti itu." Jongsuk dapat merasakan Jiyong mengangguk. "Baiklah, aku akan memberikannya cuti hari ini. Tetapi besok ia harus datang ke kantor. Tolong berikan ponsel ini padanya"

Eun Seol menerima ponselnya dan mendekatkannya ke telinga "Eun Seol-ssi. Hari ini aku akan memberikanmu cuti. Tapi ingat, besok kau harus tetap masuk kantor tepat pukul 8 pagi. Tidak boleh kesiangan atau kau akan menerima konsekuensinya"

"Terima kasih sajang-nim. Saya mengerti." Saat itu pula Jiyong memutuskan panggilannya.

Choi Eun Seol mengelap beberapa butir keringat yang menempel di dahinya. "Hhh, dunia kerja ternyata tidak seindah yang dibayangkan."

Lee Jongsuk menginjak pedal rem. "Ini gedung apartementmu?"

"Mungkin" jawab Choi Eun Seol singkat.

Lee Jongsuk tertawa. "Tentu saja iya."

Eun Seol mengerenyitkan dahinya, tidak mengerti.

"Di gedung inilah semua karyawan YG entertainment tinggal." Jelas Lee Jongsuk.

"Sungguh? Para artisnya juga?" Tanya Eun Seol.

"Tentu saja hanya artis rookie. Mereka yang masih tinggal berasrama sebagai satu grup tinggal disini. Tetapi tentu saja untuk artis sekelas Bigbang dan para mantan member 2NE1 tidak tinggal disini. Yah, walaupun sebenarnya mereka tentu saja memiliki jatah untuk masing masing membernya." Jawab Jongsuk.

"Ini gratis? Maksudku, seluruh biaya hidup kami ditanggung perusahaan?"

"Ya, tetapi hanya untuk pajak bangunan dan segala hal yang ada kaitannya dengan bangunan ini. Tetapi untuk biaya makan, sekolah, dan lain lain ditanggung sendiri. Sebenarnya para karyawan tidak diwajibkan tinggal di sini walaupun memiliki jatah. Tetapi, siapa juga orang yang mau menolak apartement gratis kan? Karena inilah semua karyawan YG entertainment harus berkualitas dan bekerja dengan serius. Jiyong hyung juga tidak akan segan untuk memecat semua orang yang tidak serius bekerja. Tetapi, semua hal itu tentu saja sebanding dengan semua hal yang mereka dapatkan selama ini bukan?"

"Daebak! Apakah semua kamar apartement disini sama?" Tanya Eun Seol lagi.

"Tentu saja tidak, semua karyawan mendapat kamar mereka sesuai dengan jabatannya. Seorang petugas keamanan tentu saja tidak akan mendapat kamar yang sama dengan seorang manager kan?"

Mata Eun Seol melebar, "Sungguh? Bahkan penjaga gerbang pun mendapat kamar apartement disini? Daebak!!"

"Saya sudah bilang semua. Office boy dan office girl pun mendapatkannya. Meskipun kamar mereka tidak mewah, namun kamar mereka tetap memiliki kamar mandi pribadi dan dapur di dalamnya. Tentu saja itu akan meringankan beban mereka bukan? Tetapi setiap bulan akan ada pemeriksaan fasilitas. Bagi yang fasilitasnya rusak akan dipotong gajinya untuk membenarkan fasilitas tersebut." Jelas Lee Jongsuk lagi.

"Mengapa anda tahu banyak, Dokter Lee? Bukankah anda sudah berhenti menjadi aktor 3 tahun yang lalu?"

"Gedung ini resmi dibuka 5 tahun yang lalu. Saya sempat tinggal 1 tahun di sini sebelum saya pindah ke rumah saya sekarang. Setahun kemudian saya langsung mengundurkan diri."

Eun Seol menuruni mobilnya dan membungkukkan badan ke arah Jongsuk, "Terima kasih banyak, Dokter Lee. Saya harap saya dapat membalas kebaikan anda"

"Ah ya, saya permisi dulu ya"

Sekarang aku harus apa? Nomor kamar saja aku tidak tahu.

Eun Seol berjalan memasuki gedung besar itu.

Ada resepsionis di gedung ini? Seperti hotel saja.

"Selamat datang, Choi Eun Seoul-ssi." Ucap dua gadis berjas hitam yang ada di meja resepsionis.

Eun Seol mengangguk dan tersenyum tipis. Dirinya harus memutar otak dengan cepat agar tidak terlihat mencurigakan untuk mengetahui nomor kamarnya sendiri, "Permisi, apakah saya boleh melihat daftar pemilik kamar di sini? Saya ada urusan kecil dengan seseorang"

Salah seorang dari dua gadis itu mengangguk dan memberikan buku tebal bersampul hitam, "Tentu saja, nona. Ini"

"Terima kasih" jawab Eun Seol singkat.

Choi... Choi Eun Seol.. 7537 A

Eun Seol tersenyum tipis saat mengembalikan buku tebal tersebut dan langsung melangkah cepat ke lift dengan tulisan A.

Mungkin wilayah A adalah yang pemiliknya memiliki jabatan sepertiku

"Selamat siang, Eun Seol eonni. Jarang sekali anda terlihat di apartement pada siang hari" sapa seorang gadis yang tampak lebih muda darinya. Ia bersama dengan 3 orang gadis lainnya.

"Ah, selamat siang juga" jawab Eun Seol singkat. Dilihat dari penampilannya yang memiliki rambut berwarna warni, keempat gadis itu sepertinya member girlgrup rookie.

"Eonni masih belum mengingat kita? Aku Mirae" kata seorang gadis yang berambut orange tua.

Eun Seol tertawa kecil, "Oh ya? Aku terlihat linglung ya? Sebenarnya aku baru pulang dari rumah sakit dan Kwon sajang-nim memberiku cuti hari ini."

Gadis bernama Mirae itu tampak khawatir, "Eonni kenapa? Apakah kau baik baik saja?"

"Aku baik baik saja" tepis Eun Seol. "Kalian dari mana?"

"Belanja" gadis berambut hitam menunjukkan kantong belanjanya.

Eun Seol merebut kantong belanja putih tersebut. Setumpuk ramen instan cup. Juga sekitar satu kilogram telur. "Aigoo, kau selalu memakan ini? Ini kan tidak sehat. Nanti Kwon sajang-nim yang memarahiku" omel Eun Seol asal.

"Bagaimana lagi, eonni. Hana yang biasanya memasak sedang menjalani pemotretan di Jepang. Kita berempat juga tidak bisa memasak. Tetapi biasanya eonni juga yang mengajak kami makan ramen diam-diam" kata gadis berambut ungu tua heran.

Mata Eun Seol membulat, "Sungguh? Maafkan aku yang agak ling lung dan melupakan kalian bahkan diriku sendiri. Entahlah dokter tadi memberiku obat apa"

"Cepat sembuh, eonni." Ucap mereka semua. "Kami harus turun sekarang, kami tinggal di lantai 6. Eonni harus naik satu lantai lagi"

Eun Seol mengangguk, "Ah, terimakasih"

Lift berhenti di lantai 7 dan Eun Seol dengan cepat keluar dari lift.

7537..

Eun Seol terus berjalan mengitari lantai 7 tetapi ia tetap belum menemukan kamarnya. Ia memutuskan untuk kembali masuk ke lift hingga ia melihat pintu kamar yang tepat berada di depan pintu lift.

7537. Tepat di depan lift. VVIP sekali ya?

Eun Seol berusaha untuk menekan sandi yang berada di gagang pintu. Tetapi sandi tersebut sama sekali tidak ada.

"Tunjukkan kartu identitas, perlihatkan ke sensor di gagang pintu" sebuah suara tiba-tiba terdengar.

Tidak mungkin kartu penduduk kan? Pikir Eun Seol yang merogoh tasnya dan tidak menemukan kartu apapun di tas maupun dompetnya.

Masa aku harus terkurung di luar kamarku sendiri?

Eun Seol berbalik menatap pintu lift yang terbuat dari besi mengilap. Ada sesuatu tergantung di saku jasnya.

ID Card? TENTU SAJA EUN SEOL BODOH!

Ia baru sadar sedari tadi ada ID Card yang tergantung di jasnya. Untuk masuk ke fasilitas gedung YG Entertainment tentu saja harus menunjukkan ID Card bertanda YG.

"Pemeriksaan kartu identitas selesai, selamat datang nona Choi Eun Seol"

Apalagi sekarang?

Eun Seol meraba raba sensor yang seharusnya mengeluarkan angka untuk sandi masuk. Tetapi tetap tidak muncul.

Ayo berpikir, Eun Seol-ah. Ini sudah sepuluh tahun kemudian, tentu saja sistem keamanan akan jauh lebih canggih

"Pindai mata? Kemudian sidik jari?" Tanya Eun Seol pada dirinya sendiri. Kemudian ia mendekatkan matanya pada mesin pemindai kartu yang tadi.

"Pemeriksaan iris mata selesai, anda memang nona Choi Eun Seol"

Kemudian Eun Seol menyentuh alat pindai itu dengan seluruh jarinya.

"Pemindaian telah selesai, silahkan masukan sandi anda, nona Choi Eun Seol"

Angka angka berwarna biru menyala pun bermunculan dari gagang pintu.

1... 9.... 9.... 1..

Terakhir, Eun Seol menekan lambang bintang yang menandakan pemasukan kata sandi telah selesai.

"Kata sandi salah. Mohon lakukan pemindaian ulang"

"Yang benar saja!" Seru Eun Seol tertahan.

Dengan sabar, Eun Seol meletakkan ID Card, memperlihatkan matanya, dan meletakkan seluruh jarinya di alat pemindai. Kemudian, angka angka biru itu mulai bermunculan.

Ohya, aku baru ingat. Sandi pintu itu selalu kombinasi 6 angka. Jika aku disuruh membuat kombinasi 6 angka, aku akan menambahkan angka 92 di belakangnya.

Eun Seol menekan angka 1, 9, dan 2 secara urutan kombinasi angka yang selalu ia pakai. Tidak lupa simbol bintang di belakangnya.

Pintu terayun secara perlahan. Akhirnya.

Kaki Eun Seol dengan cepat langsung melangkah masuk ke dalam kamarnya. Tak lupa ia mengunci pintu.

Ruang tamu yang luas, dapur yang luas, kamar mandi dengan bathtub, juga sebuah kamar tidur dengan kasur berukuran queen size.

Tanpa pikir panjang Eun Seol langsung merebahkan diri pada kasurnya dan memejamkan mata.

***

"Eun Seol-ah, bangun! Kau tidak ingin sekolah?" Seru seseorang.

Choi Eun Seol membuka mata. Wajah seseorang yang nampak tak asing berada tepat satu sentimeter di depan wajahnya.

"Aaaa"

DUAK!

Byun Baekhyun mengusap dahinya, begitu pula Choi Eun Seol. Eun Seol yang terkejut atas kehadiran Baekhyun di depannya refleks menyundul kepala lelaki itu.

"Aish, kau PMS lagi ya?!" Seru Baekhyun.

"Tidak." Bantah Eun Seol singkat.
"Kan aku sudah pernah bilang, jangan dekati aku dulu. Atau nanti Jisoo marah"

"Sepertinya, kau lebih peduli jika Jisoo-mu itu marah dibanding suamimu sendiri yang marah"

"Memang"

"Apa kau bilang?!" Baekhyun menatap mata Eun Seol tajam. Eun Seol tidak peduli dan membuang mukanya.

"Aku bilang, AKU LEBIH PEDULI PADA JISOO DARIPADA KAU! KAU HANYALAH SEBATAS FANTASIKU SEMENTARA JISOO ITU NYATA! JADI TOLONG, JANGAN MENDEKATI AKU LAGI!" Teriak Eun Seol. "Kumohon.."

"Kau bilang APA?! Kau bilang aku hanyalah fantasimu saja? JADI KAU PIKIR AKU TIDAK NYATA?!"

Eun Seol tertawa kencang seperti orang gila, "HAH, kau kan memang tidak nyata. Kau hanyalah fantasiku dan hanya berada dalam mimpiku. Dan mana ada anak SMA sudah menikah di negara ini? Orang dewasa saja sedikit".

Setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Baekhyun, "Kau bilang... aku hanya mimpimu?"

Tawa Eun Seol makin kencang, "Tentu saja iya. Ini kan, mimpi para fangirl yang sangat ingin menikah dengan idolanya. Namun ternyata, saat dijalani seram juga."

Baekhyun memegang kedua pipi Eun Seol dan menghadapkan wajahnya pada dirinya. "Dengar, aku tidak mengerti apa yang kau..."

"Lepaskan!" Tepis Eun Seol. "Jangan pegang aku lagi. Aku sama sekali belum menikah. Kau tidak lebih dari seorang penculik gila yang menculik gadis amnesia lalu mengaku sebagai suaminya. Kau hanya ingin melakukan 'itu' padaku kan?".

"DIAM!" bentak Baekhyun. Eun Seol langsung mengunci mulutnya rapat rapat.

Baekhyun menghela napas, sorot matanya benar benar mencerminkan penyesalan yang dalam akibat membentak gadis yang ia cintai. "Aku minta maaf. Tidak seharusnya aku membentakmu seperti ini. Tetapi, bisakah kau biarkan aku berbicara?"

Eun Seol menatap mata Baekhyun yang mencerminkann penyesalan yang amat dalam. Sebenarnya, ia sendiri tidak tega untuk mengatakan hal hal bodoh seperti ini. Tetapi, ini harus dilakukannya demi menghentikan mimpi ini dan menjalani hidup normal layaknya wanita berusia 27 tahun. Tanpa sadar, Eun Seol pun mengangguk.

"Terimakasih, Eun Seol-ah" ucap lawan bicaranya. "Sepertinya, aku harus melakukan sesuatu, agar kau mengingat segalanya"

"Baiklah, terserah kau saja"kata Eun Seol sinis.

Baekhyun meraih pelan bahu Eun Seol. Kemudian menariknya dalam pelukannya.

"Ommo! YAA!!"

Shhh

Baekhyun meletakkan telunjuknya di bibir Eun Seol sembari membisikkan desisan tepat pada telinga Eun Seol. Kemudian kembali merengkuhnya lebih dalam dan erat.

Suasana menjadi hening seketika. 30 detik kemudian Baekhyun melepaskan Eun Seol.

"Bagaimana? Kau ingat sesuatu? Aku yakin tadi kau bermimpi aneh lagi seperti dua malam yang lalu"

Sejujurnya, Eun Seol merasakan sensasi aneh saat Baekhyun memeluknya. Seperti ada kepingan puzzle yang kembali menyatu dalam hatinya.

"Tidak" jawab Eun Seol berbohong. Sementara di pelupuk matanya sudah tergenang air mata.

Tangan Baekhyun meraih dagu Eun Seol lembut, kemudian mengecup bibirnya singkat.

Mata Eun Seol sempurna sudah meneteskan air mata.
.
.
.
.
.
.
.
.

Waaa udah lama gak update >.<
Ganti cover yeay!!
Special thanks to OA Pictures for You yang udah bikin cover ini, thanks a lot min!

Id : @ted3530r

Vote + Komen + Kritik saran sangat ditunggu dan dibutuhkan :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro