Peaceminusone

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Sudah tenang?"

Eun Seol mengelap air matanya, lalu mengangguk.

"Hapuslah yang benar. Lima menit lagi bel berbunyi."

Terimakasih bisik Eun Seol. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis.

Setidaknya kini ia memiliki seorang teman di 'alam mimpi'.

***

"Haruskah aku meneleponnya?"

"Eun Seol-ah, kau bicara dengan siapa?" Tanya Hyungseob.

Salah satu dari jutaan tetes air hujan yang berjatuhan membasahi Kota Seoul mendarat di pipi Eun Seol.

"Ah, tidak Hyungseob-ah. Apakah sebaiknya aku menelpon pamanku untuk diantarkan pulang? Aku tidak membawa payung dan belum terlalu hafal jalanan di Seoul." Jawab Eun Seol.

"Maafkan aku. Aku harus pergi les. Jika aku tidak les, aku pasti akan mengantarmu, Eun Seol-ah" ucap Hyungseob

"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja." Tolak Eun Seol. Sebaiknya aku menghubunginya saja.

Mata Hyungseob mengisyaratkan aku duluan ya dan Eun Seol mengangguk. Eun Seol mengambil ponselnya dan langsung menelepon Baekhyun.

"Halo Eun Seol-ah adik kecilku, ada apa ya?"

"Berhenti menggodaku pak tua! Cepat jemput aku"

"Oh ya? Jadi aku tua ya? Yasudah aku kembali ke kantorku saja. Sayang sekali Choi Eun Seol, padahal mobilku sudah terparkir di tempat parkiran. Annyeong"

Sialan! Umpat Eun Seol yang langsung berlari menuju tempat parkir mobil sekolahnya. Tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan mobil milik 'laki laki penggoda' itu.

"Tidak mungkin" pekik Eun Seol. Jarak antara pintu masuk utama sekolahnya dan tempat parkir hanyalah 15 detik berlari. Tidak mungkin sebuah mobil dapat keluar sekolah secepat itu.

Bunyi klakson mobil mengagetkan Eun Seol.

"Hey nak! Jangan berdiri di tengah jalan, mau kutabrak?" Seru suara yang terdengar sangat familiar.

Baekhyun oppa! Eun Seol segera menaiki mobil milik 'paman'nya itu.

"Bagaimana sekolahnya, sayang?" Baekhyun tersenyum dan melirik Eun Seol.

Eun Seol mencengkram ujung roknya, geli sekali ia dipanggil 'sayang' oleh laki-laki yang walaupun ia adalah idolanya. Ia hanya terbiasa dipanggil 'sayang' oleh Kim Sang Beom dan hanya dialah yang boleh mengatakannya.

"Berhenti memanggilku sayang! Aku geli mendengarnya"

"Kalau begitu aku panggil yeobo" ujar Baekhyun.

Eun Seol menyubit lengan Baekhyun keras. APALAGI ITU!

"Aah, Eun Seol-ah! Sakit tahu!" Erang Baekhyun.

Memangnya aku peduli? Eun Seol memasang wajah cueknya.

"Aish..."

"Kan sudah kukatakan, nanti Kim Jisoo marah."

Baekhyun mengangkat bahunya, "Aku benar benar tidak percaya 'Kim Jisoo'mu itu ada. Kau hanya berbohong demi aku kasihan padamu kan?"

Bola mata Eun Seol berputar, yah, siapa juga orang bodoh yang percaya. "Bukan kasihan. Aku tidak patut dikasihani."

"Lalu apa?"

"Untuk mengihindarimu"

"Apa salahku?!"

"Pikiranmu terlalu kotor. Kau sengaja menikahiku kan? Karena kau tahu anak SMA kebanyakan belum 'melakukan'nya sementara wanita wanita seusiamu sudah 'melakukan'nya. Jujur saja."

Eun Seol menampar dirinya sendiri, kata kata itu meluncur begitu saja oleh mulutnya. Padahal tadi pagi ia sudah berniat akan berdamai dengan Baekhyun.

"Mau kau apa, sih? Sudah 3 hari kita pisah ranjang. Selama pernikahan kita yang sudah 6 bulan ini juga kita sama sekali belum 'melakukan'nya!" Seru Baekhyun tak terima.

"Sungguh?"

"Iya. Aku tahu kau melupakannya"

"Daebakk. Bagi pria kan, cinta itu beda tipis dengan nafsu. Hahaha hebat sekali kau dapat menahannya"

Baekhyun menatap 'istri'nya aneh. Anak ini kesurupan. Mungkin karena tidak diberi asupan mayonaise tadi pagi.

Baekhyun menginjak pedal rem. "Turun!"

"Ini bukan rumah" tolak Eun Seol.

"Pikiranmu sedang tidak beres. Ayo kita datangi dokter jiwa." Ajak Baekhyun.

"Tidak mau!"

"Ayo!" Baekhyun menarik Eun Seol.

"Tidak mau! Aku tidak gila!"

"Mungkin hanya disuntik sekali akan menyembuhkanmu, ayolah..."

Eun Seol menatap sekitar. Orang orang menatapnya aneh. Kalau begitu, lebih baik kita tambah lagi saja keanehannya.

"Oppa! Maafkan Eun Seol! Eun Seol janji tidak akan mengecewakan oppa dan eomma lagi. Jangan tinggalkan aku disini, hiks" isak Eun Seol kencang. Tentu saja ia berakting.

Bulir bulir air mata mulai berjatuhan dari pelupuk mata Eun Seol. Orang yang berjalan di sekitar langsung terpusatkan perhatiannya pada Eun Seol dan Baekhyun. Benar benar menarik. Sepasang kakak adik yang satu berdasi rapi yang satu lagi memakai seragam SMA yang terkesan agak berantakan.

Baekhyun yang benar benar malu akibat sikap Eun Seol membopong Eun Seol ke dalam mobil. Sementara bibir Eun Seol mengukir senyum kemenangan.

"Kau puas sudah mempermalukanku di depan banyak orang?" Tanya Baekhyun.

Eun Seol mengangkat bahunya.

"Aish, yasudah kita pulang".

*****

Tubuh Eun Seol dengan sendirinya berlari menuju kamarnya dan Baekhyun. Ralat. Itu kamar Baekhyun bukan kamar mereka. Ia hanya menumpang saja.

"Kau mau tidur? Ganti baju dulu" perintah Baekhyun.

"Untuk apa kau masuk ke sini? Kan sudah kubilang, kalau ingin tinggal bersamaku jangan masuk kamar ini"

"Aku hanya ingin mengganti baju" Baekhyun melepas jas dan dasinya.

Wajah Eun Seol memerah. Siapa yang tahan melihat idolanya sendiri membuka baju di depannya?

Satu persatu kancing mulai dibuka oleh Baekhyun.

"Astaga astaga. Haruskah aku modus dan berkata padanya segalanya baik baik saja?" Eun Seol menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Tetapi ia tetap mengintip melalui sela sela jarinya.

Kemeja putih pria di depan Eun Seol resmi tanggal. Sekarang ia membuka celananya dan hanya memakai celana bokser saja.

"Astagaa..." pikiran kotor Eun Seol mulai berjalan. Masa bodo dengan statusnya, idolanya kini hanya miliknya seorang.

Eun Seol bangkit dari kasur dan memeluk Baekhyun dari belakang, "Maafkan aku, oppa".

Mata kecil Baekhyun membulat, mimpikah ia? Di sore hari yang cerah ini setelah istrinya yang bertindak aneh beberapa jam sampai satu menit yang lalu.

"It's okay, apa yang sebenarnya kau lakukan sekarang? Aku bahkan belum memakai baju"

"Aku... minta maaf. Sebenarnya kelakuan anehku ini hanyalah kebohongan. Aku berlatih kemampuan aktingku dan tentu saja menguji kesetiaanmu. Ternyata kau bahkan sama sekali tidak meninggalkanku. Terimakasih, oppa. Aku mencintaimu"

Baekhyun memutar tubuhnya seakan tidak percaya apa yang telah dikatakan Eun Seol. "Apa.. yang kau katakan tadi?"

"Aku hanya bercanda untuk menguji kesetiaanmu. Maafkan aku oppa. Aku mencintaimu"

Baekhyun mencengkeram pundak Eun Seol. "Apa... yang kau katakan?"

"Maafkan aku oppa. Aku mencintaimu"

Baekhyun jatuh terduduk. Setetes air mata jatuh ke pipinya. "Apa yang kau katakan?"

"Aku mencintaimu" Eun Seol tersenyum.

Sebutir air mata kembali jatuh ke pipi Baekhyun. Istrinya telah kembali. Dan tidak akan menghilang lagi.

***

Eun Seol membuka matanya. Langit langit putih, apakah ini kamar Baekhyun? Ia kemudian mengambil posisi duduk, ah bukan. Ini apartemennya di gedung YG. Dan ini tubuh aslinya, yang berusia 27 tahun.

Mimpi yang panjang. Pikirnya. Ia keluar dari kamarnya dan menuju dapur untuk meneguk segelas air putih. Tanpa sengaja ia menatap pantulan dirinya di cermin full body yang berada dekat dapur.

Aku memakai dress putih? Bukankah kemarin aku tertidur memakai kemeja merah dan rok hitam?

Eun Seol membuka ponselnya dan melihat kalender. Tanggal 11.

Bukankah, kemarin masih tanggal 9?

"Aku tertidur satu hari?! Bagaimana mungkin?!" Seru Eun Seol.

"Mengapa kau teriak seperti itu eoh?" Suara laki-laki mengagetkan Eun Seol.

Pria itu mendekati Eun Seol secara perlahan. Eun Seol mundir bertahap, bukan kenapa-napa, pria itu menggunakan baju berbulu yang amat tebal seperti karpet. Wajahnya juga tertutup topi bulu tebal.

"S.. siapa kau?! Mau apa kau di rumahku?!"

"Ya! Choi Eun Seol! Sepertinya pengaruh alkohol di tubuhmu benar benar kuat. Padahal kau hanya meminum 2 gelas"

Suara pria itu unik. Seperti ada seseorang yang menjepit hidungnya. Namun, suara itu tetap terdengar berwibawa. Hanya satu orang yang memiliki suara seperti itu di dunia.

"Sajang-nim, anda sedang apa di sini? Tadi anda tidak ada di sini. Lalu, yang ada di tubuhmu itu apa?" Tanya Eun Seol.

Pria itu, Kwon Jiyong menjawab dengan jengkel. "Mandi. Ini handuk tahu!" Kemudian ia membuka kulkas dan mengambil sebuah kaleng, "Minum ini"

Eun Seol meraihnya dan mengucapkan terima kasih.

"Kau kan tadi malam mabuk, jadi kubawa kesini. Aku malas pulang jadi aku tidur di sini" ujar Kwon Jiyong. Mata Eun Seol melebar, "Ah, tentu saja aku tidak melakukan apapun padamu. Aku juga tidur di kamar sebelah, kau hanya anak kecil di mataku. Seharusnya aku memilih sekretaris yang lebih dewasa saja, kau masih terlalu polos. Tetapi kerjamu lebih bagus daripada wanita-wanita itu. Jadi terpaksa aku memilihmu".

"Terima kasih, sajang-nim" Eun Seol membungkuk.

"Cepat persiapkan sarapan, aku lapar"

"Segera, sajang-nim" Eun Seol meneguk tetes terakhir minuman pereda mabuk yang diberikan Kwon Jiyong. Kemudian berlari ke dapur.

"Aigoo, aku bahkan tidak memiliki makanan apapun selain ramen instan. Tidak mungkin bukan, aku memberi seorang GDragon ramen instan?"

Mata Eun Seol menangkap sebuah plastik bening di bagisn freezer. Isinya fillet tuna.

"Setidaknya ini lebih baik"

Eun Seol menyalakan kompor dan mulai memanggang tuna. Kemudian ia juga menyiapkan persediaan kimchi juga nasi yang memang selalu tersedia.

"Sarapan sudah siap, sajang-nim" ucap Eun Seol yang mengelap keringat di dahinya.

Kwon Jiyong ternyata tidak terlalu banyak bicara. Ia langsung menyantap makanan yang memang sudah menjadi jatahnya dengan cepat. Kemudian menghabiskan air yang sudah disediakan Eun Seol.

"Apakah masih kurang, sajang-nim?" Tanya Eun Seol hati-hati.

"Tidak ini sudah cukup" jawabnya singkat. "Cepat mandi lalu kita pergi ke kantor"

"Baiklah, sajang-nim" Eun Seol berlari kecil menuju kamar mandi. Sementara Kwon Jiyong tertawa kecil.

Gadis itu sangat polos, bahkan terlalu polos untuk perempuan berusia 27 tahun. Tingkahnya juga seperti anak SMA. Bahkan mungkin anak SMA jaman sekarang tidak lebih polos dari Eun Sol. Daripada sekretarisnya, Kwon Jiyong lebih menganggap Choi Eun Seol itu adik yang sangat manis.

***

"Eun Seol-ah, cepatlah! Ini sudah siang. Apa jadinya perusahaan jika ketuanya saja datang terlambat!" Seru Jiyong.

Eun Seol terburu-buru keluar kamarnya dengan masih mengikat rambut, "Segera sajang-nim!" Kemudian ia asal memilih sepatu.

Jiyong menatap gadis itu dari atas sampai bawah. Rok span abu-abu dan blus off-shoulder berwarna ungu muda. Kalung silver menggantung di lehernya. Cukup fashionable, karena itu semua baju pilihannya.

"Choi Eun Seol-ssi, kau memang sekretaris pribadi. Tetapi jangan memakai baju-baju polos itu! Kau sekretaris pribadiku dan aku tidak mengizinkanmu memakai baju itu!"

"Baiklah, sajang-nim"

Hari itu juga, Jiyong menarik Eun Seol dan mengambilkan sekitar 15 pasang baju di butiknya. Lalu menambahkan fashion item lainnya di berbagai departement store.

"Sajang-nim, ini berlebihan untukku" tolaknya. Jiyong menggeleng, semua orang yang bekerja padanya tidak boleh berpenampilan buruk, terutama di depannya.

Mengingat itu Kwon Jiyong jadi tersenyum sendiri.

"Sajang-nim, ada apa?" Pertanyaan Eun Seol membuat ingatan Jiyong buyar.

"Ah tidak, ayo berangkat"

Mereka berdua berjalan berdampingan menuju tempat parkir. Jiyong segera menaiki mobil mewahnya, sementara Eun Seol masih mencari-cari mobil miliknya.

"Cepat naik, Eun Seol-ah. Mobilmu di kantor."

Eun Seol mengangguk dan segera memasuki mobil.

"Semalam Jongsuk meneleponku" ucap Jiyong. "Ia mengatakan kalau kau harus mulai terapi secara intensif"

Eun Seol menundukkan kepalanya, rasa bersalahnya semakin besar.

"Karena itu, aku sudah mencari sekretaris baru..."

"Kumohon jangan pecat saya sajang-nim!" Seru Eun Seol. Jiyong yang kaget refleks menginjak pedal remnya.

"Ya Choi Eun Seol! Apa apaan kau?!"

"Kumohon jangan pecat aku, sajang-nim" pintanya

"Siapa yang ingin memecatmu? Sekretaris ini hanya sementara" terang pria berumur 40 tahun itu.

Wajah Eun Seol memerah malu. "Maafkan saya sajang-nim karena telah membuat anda panik"

Kwon Jiyong kembali menginjak pedal gasnya, "Lagipula kau dapat diandalkan. Kau dapat kembali bekerja saat Jongsuk memberitahuku kau sudah dapat bekerja. Selain itu, jangan memaksakan dirimu sendiri. Aku benar benar tidak ingin karyawanku mengalami masalah"

"Baiklah sajang-nim. Sungguh, terima kasih banyak"

"Aku akan menurunkanmu di rumah sakit."

***

"Masuk" ucap seseorang di dalam ruangan. Choi Eun Seol membuka pintu dan memasukinya bersama Kwon Jiyong.

"Jiyong hyung, sudah lama kita tidak bertemu"

"Bagaimana kabarmu sendiri, Jongsuk-ah?" Jiyong menjabat tangan Jongsuk dan menduduki sofa yang terdapat di ruangan itu.

"Aku baik-baik saja, hyung" jawab Jongsuk.

"Jadi, sekretaris pribadiku sakit apa?"

Lee Jongsuk menatap Choi Eun Seol yang duduk sedikit terpisah dari mereka, "Dia sering bermimpi indah, hyung"

"Maksudmu?"

"Setiap ia tertidur, ia bermimpi bahwa ia kembali menjadi muda, hyung. Gadis muda berumur 17 tahun. Dan ia memiliki suami yang sangat muda dan tampan di dalam mimpi tersebut..."

"Ya, Choi Eun Seol! Kau memimpikan Song Minho ya?" Tanya Kwon Jiyong.

"Sst... hyung, jangan membahas hal itu!" Larang Lee Jongsuk. "Dia... bermimpi tentang seseorang yang tidak pernah ada. Dia mengatakan bahwa dia menikah dengan seorang member boygrup Exo bernama Baekhyun"

"Tidak ada anggota yang bernama Baekhyun dalam grup Exo" bantah Kwon Jiyong, ia sudah terlalu mengetahui seluk beluk dunia hiburan di negara ini.

"Maka dari itu, hyung. Siapa itu Baekhyun di dunia nyata? Bahkan aku juga belum menemukan jawabannya. Tetapi yang jelas, orang itu mengambil andil pada kehidupan Choi Eun Seol. Aku juga belum tahu pasti, apakah 'Baekhyun' hanyalah bagian dari fantasinya atau merupakan potongan memorinya yang sangat ia sukai, atau malah ia benci. Choi Eun Seol tidak punya keluarga maupun teman dekat, jadi tidak ada yang dapat kita lakukan selain menerapinya sendiri."

Kwon Jiyong mengangguk, akhir akhir ini sekretarisnya memang terlihat murung, pasti ada sesuatu yang terjadi. Dan ternyata kondisinya saat ini benar benar tidak dapat fokus bekerja, "Baiklah Jongsuk-ah. Aku percayakan ia padamu. Katakan saja padaku jika dia sudah siap bekerja. Terima kasih, aku pergi dulu"

"Dokter Lee, kalian membicarakan apa?" Tanya Eun Seol.

"Membicarakanmu. Sudahlah, kau tidak perlu tahu. Yang jelas, kau harus bersyukur karena memiliki boss sebaik Jiyong-hyung. Mana ada boss di dunia ini yang mengantarkan karyawannya ke dokter dan menanyakan dengan detail keadaan karyawannya? Mungkin hanya jika karyawan tersebut merupakan selingkuhannya"

"Tapi saya bukan selingkuhannya!" Bantah Eun Seol.

Lee Jongsuk tertawa, tentu saja. Gadis ini tidak memenuhi standar perempuan seorang Kwon Jiyong.

"Sudahlah, lupakan saja. Mari kita memulai terapi ini. Sekarang, pejamkan matamu"

***

"Eun Seol-ah! Kau sudah sadar?"

Dimana.. aku?

"Kau ada di dalam ruang kesehatan. Tadi kau terkena lemparan bola voli kemudian pingsan" Hyungseob mendekati wajah Eun Seol. "Dahimu sedikit berdarah dan aku sudah menelepon pamanmu. Kau boleh pulang"

"Aaah, seperti itu.." Eun Seol langsung mengubah posisinya ke posisi duduk bersandar. Untuk mencegah wajah Hyungseob yang mendekatinya.

Ini tidak baik untuk jantung, Eun Seol-ah. Sangat tidak baik.

"Waah, wah jadi anak jaman sekarang hobinya bermesraan di ruang kesehatan sekolah ya?" Suara Baekhyun terdengar entah dari mana.

Hyungseob berdiri dari tempat duduknya kemudian membungkuk, "Annyeong Haseyo, ahjussi". Kemudian ia menatap wajah Baekhyun lama.

"Kenapa? Ada sesuatu di wajahku? Dan apa pula itu ahjussi. Saya masih muda"

Hyungseob terihat kaku, "Ah, bukan seperti itu ahjussi, maksudku hyung. Saya kira paman Eun Seol sudah tua. Ternyata anda jauh lebih muda dari yang saya kira."

"Benarkah begitu?" Baekhyun mengangkat alisnya sebelah. Hyungseob cepat cepat mengangguk.

Baekhyun menatap Eun Seol, "Jadi, benar Eun Seol-ah, dia pacarmu?"

"Tidak hyung, kami hanya teman dekat saja" bantah Hyungseob.

Baekhyun menghiraukannya, "Eun Seol-ah? Kau datang ke sekolah untuk belajar kan, bukan untuk pacaran? Iya kan, 'keponakan'ku?"

"Memangnya kenapa kalau aku pacaran dengannya?" Tanya Eun Seol.

"Heol, anak cupu seperti ini?! Dia bukan tipemu!"

"Memangnya kenapa? Dia bahkan lebih tampan darimu.

Wajah Hyungseob memerah, "Sudahlah Eun Seol-ah, kau pulang saja. Sepertinya pamanmu sudah marah."

Eun Seol menggeleng, "Aku tidak mau pulang ke rumah. Aku tidur di rumahmu saja ya, Lee Hyungseob"

Wajah Hyungseob semakin merah. Sementara Baekhyun sudah terlihat siap meledak, "Ah, jangan Eun Seol-ah lebih baik kau pulang saja bersama pamanmu."

"Ayo!" Baekhyun menarik paksa Eun Seol dari ranjang ruang kesehatan dan berjalan cepat menuju mobilnya.

"Kau kenapa lagi sih?!" Baekhyun memasang safety belt.

"Tidak apa apa. Ingin mengerjaimu saja" Eun Seol menjulurkan lidah.

Amarah Baekhyun yang telah berada di puncak surut seketika. "Laki laki itu menyukaimu"

"Memang"

"YA!!" seru Baekhyun.

"Kenapa? Aku mengetahuinya"

"Dia mengatakannya padamu?"

"Tidak, aku hanya mengetahuinya baru saja tadi"

"Dari?"

"Ekspresinya tentu saja. Apakah kau bodoh?!" Tanya Eun Seol.

Baekhyun tidak menjawab. Ia memang merasa ia bodoh jika di depan istrinya. "Apakah kau menyukainya?"

Eun Seol mengangguk, tentu saja.

"Bagaimana denganku? Apakah kau menyukaiku?" Tanya Baekhyun dengan wajah yang penuh harap. Wajahnya terlihat sangat serius.

Eun Seol tidak berani menatap Baekhyun, "Bukankah, aku harus menyukaimu?"

Mata Baekhyun menyorotkan kekecewaan. "Jadi kau terpaksa?" 

"Maafkan aku. Aku akan berusaha untuk menyukaimu sepenuh hati"

Baekhyun menghela napas, kali ini ia akan mengalah.

Dan akan terus mengalah sampai istrinya kembali seperti semula.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro