๐Ÿ”†๐•ป๐–Š๐–“๐–ž๐–Š๐–‘๐–Ž๐–‰๐–Ž๐–๐–†๐–“๐Ÿ”†

Mร u nแปn
Font chแปฏ
Font size
Chiแปu cao dรฒng

๐“‘๐“ฒ๐“ต๐“ช ๐“ฌ๐“ฒ๐“ท๐“ฝ๐“ช ๐“ญ๐“ฒ๐“ฒ๐“ซ๐“ช๐“ป๐“ช๐“ฝ๐“ด๐“ช๐“ท ๐“ฑ๐“พ๐“ฝ๐“ช๐“ท, ๐“ซ๐“ธ๐“ต๐“ฎ๐“ฑ๐“ด๐“ช๐“ท ๐“ช๐“ด๐“พ ๐“ถ๐“ฎ๐“ท๐“ฎ๐“ป๐“ด๐“ช-๐“ท๐“ฎ๐“ป๐“ด๐“ช ๐“ถ๐“ฒ๐“ผ๐“ฝ๐“ฎ๐“ป๐“ฒ ๐“ช๐“น๐“ช ๐”‚๐“ช๐“ท๐“ฐ ๐“ฑ๐“ช๐“ป๐“พ๐“ผ ๐“ช๐“ด๐“พ ๐“น๐“ฎ๐“ฌ๐“ช๐“ฑ๐“ด๐“ช๐“ท ๐“พ๐“ท๐“ฝ๐“พ๐“ด ๐“ถ๐“ฎ๐“ท๐“ฌ๐“ช๐“ป๐“ฒ ๐“ณ๐“ช๐“ต๐“ช๐“ท ๐“ด๐“ฎ๐“ต๐“พ๐“ช๐“ป

Cahaya matahari menyusup melalui dinding kaca. Suasana menjadi sedikit hangat, meskipun laki-laki itu menyetel suhu ruangan sangat dingin. Di atas meja sudah terdapat kotak makanan berisi sandwich, satu kotak susu kemasan rasa taro, dan potongan buah apel yang ditempatkan di kotak terpisah.

Mata Irsyad masih tertuju pada benda di atas meja, pikiran masih berkelana. Bagaimana caranya ia mendapatkan info siapa yang terus menerus mengirimkan ini semua? Ingin rasanya mengucapkan terima kasih dan tidak perlu mengirim seperti ini lagi karena hidupnya sedikit terusik dan pikiran menjadi tak jelas.

Tangan Irsyad mengambil benda itu, ia memasukkan ke dalam paper bag. Dengan sekali entakkan, benda itu menjadi penghuni tempat sampah. Hari ini, ia mau fokus pada schedule program kerja yang sudah ditagih oleh Om Rio. Terlalu lama bersantai membuat pekerjaan menumpuk.

Suara ketukan pintu membuat kepala menengok siapa yang hendak masuk ke ruangannya.ย  Semangat yang sudah membara untuk mengerjakan tugas, tiba-tiba menghilang karena kehadiran orang yang tak diinginkan.

โ€œAda apa?โ€ tanya Irsyad sambil mengembuskan napas beratnya. Mata tertuju pada layar komputer yang sudah menyala setengah jam yang lalu. Tangan menggerakkan mouse mencari sesuatu yang tidak jelas. Membuka file satu per satu agar terlihat sibuk dan mengabaikan orang yang sudah duduk di hadapannya.

Ray tertawa pelan sebelum menjawab pertanyaan Irsyad. โ€œKenapa kamu sekarang jadi sensitif seperti ini? Please, kita sedang ada di kantor, urusan pribadi jangan dibawa-bawa. Ada satu proyek yang harus kita kerjakan. Bagaimana mau mendapatkan hasil yang bagus jika kerja sama kita tidak baik seperti ini?โ€ sindir Ray membuat wajah Irsyad langsung memanas. Namun, laki-laki itu masih bisa menguasai emosinya.

โ€œCepat katakan apa tujuan kamu ke mari!โ€ perintah Irsyad dengan nada yang sedikit kasar.

Ray langsung memasang wajah serius, ia membuka map dan menyodorkan lebih dekat kepada Irsyad. Laki-laki itu kemudian menjelaskan dari planner, pelaksanaan, marketing, dan hasil akhir. Butuh waktu hampir satu jam memaparkan secara rinci dan detail. Irsyad pura-pura mengangguk, tetapi satu kata pun tidak ada yang tersimpan di otaknya. Omongan Ray masuk telinga kiri dan keluar dari telinga kanan.

โ€œBagaimana? Apa kamu setuju dengan proyek ini? Ini sebenarnya ide beberapa bulan lalu tetapi banyak harus direvisi. Banyak kerugian yang akan didapat karena manajemen kurang mendukung pelaksanaan proyek ini.โ€

Irsyad menggeleng sambil tersenyum puas. Mata Ray membulat. Sia-sia sudah menerangkan panjang lebar karena Irsyad sama sekali tak merespons. Hati laki-laki itu bisa menebak jika Irsyad sengaja melakukan ini.

Irsyad melirik sekilas ke arah Ray. Ia tahu lawan bicaranya pasti sangat panas atas apa yang dilakukannya.

โ€œBerkas taruh saja di situ. Nanti aku bakal rombak semua. Ide seperti itu mirip ide mahasiswa yang baru lulus dan tidak bisa diterapkan pada perusahaan maju seperti milik kita,โ€ sindir Irsyad tersenyum puas. Ray boleh saja mengambil apa yang pernah ia miliki. Namun, tak bisa memiliki ide brilian yang ia dapatkan dari Jerman.

โ€œSatu lagi, kamu tidak perlu repot-repot dalam urusan ini karena aku akan melibatkan divisi lain yang lebih berkompeten,โ€ imbuh Irsyad dengan telak membuat Ray semakin meradang.

Untung saja ponselย  milik Ray yang berada dalam tas berdering. Satu panggilan dari seseorang membuat Irsyad ikut menguping pembicaraan Ray. Dari suara yang dibuat mesra, Irsyad paham dengan siapa Ray berbicara.

โ€œMinum saja dulu obat anti mual. Jika tidak ada perubahan, nanti sore kita periksa ke dokter,โ€ jawab Ray mengakhiri pembicaraan tersebut.

Sekarang gantian Irsyad yang berpikir keras. Apa Almira sakit? Kenapa dia harus minum obat? Apa jangan-jangan dia hamil dan harus minum obat mual?

Irsyad mengembus napas kasar, suasana di ruangan ini mendadak sumpek. Mata melirik ke arah Ray yang terlihat bengong dan melamun. Apa yang dipikirkan laki-laki itu?

โ€˜Peduli apa aku sama laki-laki itu? Mau mati pun aku tidak peduli,โ€™ umpat Irsyad dalam hati. Ia pergi begitu saja dari ruangan, meninggalkan Ray yang masih duduk dengan tatapan kosong.

โ€ขโ”ˆโ”ˆโ€ขโ€ขโ€ขโ—‹โ—‹โโ๐•ฏ๐–—๐–Š๐–†๐–’๐–˜ ๐•ฎ๐–”๐–’๐–Š ๐•ฟ๐–—๐–š๐–Šโโโ—‹โ—‹โ€ขโ€ขโ€ขโ”ˆโ”ˆโ€ข

Irsyad menapaki anak tangga menuju lantai dasar. Tujuannya satu, ingin pergi menuju resto sekitar kantor. Perut yang lapar ingin rasanya memakan orang yang datang ke ruangan barusan. Ingin memberi pelajaran lagi kepada Ray, tapi lagi-lagi obrolan dengan Almira di telepon membuat dirinya ikut memikirkan kondisi perempuan itu yang sedang tidak sehat.

Setelah berada di anak tangga terakhir, mata tertuju pada resepsionis yang sedang menerima barang dari seorang tukang ojek online. Irsyad bergegas menghampiri mereka berdua dengan rasa penasaran kembali hadir.

โ€œUntuk saya?โ€ tebak Irsyad pada Novita dan perempuan itu lagi-lagi mengangguk, segera menyerahkan paper bag kepada atasannya.

Irsyad menerima dan melirik ke dalam paper bag. Aroma makanan menyeruak membuat rasa lapar mendera hebat. Apalagi isi di sana terlihat sangat lezat, ditambah irisan semangka merah benar-benar sangat menggoda. Irsyad menyerahkan benda itu kembali kepada tukang ojek yang sekarang wajahnya sangat bingung. Novita juga terkejut dengan kelakuan atasannya.

โ€œI-ini maksudnya apa, Pak? Bingkisan ini untuk Bapak, bukan untuk saya,โ€ ucap pria paruh baya tersebut dengan wajah kebingungan.

โ€œAntarkan kembali pada yang mengirimkan. Sampaikan kepadanya ucapan terima kasih dari saya. Untuk selanjutnya tidak perlu mengirim lagi kecuali orang tersebut datang ke sini dan menyerahkan langsung kepada saya,โ€ ucap Irsyad dengan kata-kata yang tegas seakan memberi peringatan.

Tukang ojek tersebut sangat terkejut, belum pernah selama bertugas mendapatkan penolakan seperti ini. Apa yang nanti ia sampaikan pada perempuan yang tadi memberikan tugas kepadanya?

โ€œTapi, Pak,โ€ ujar pria tua itu dengan gugup.

โ€œTenang saja. Saya akan membayar biaya pengiriman,โ€ balas Irsyad sambil meraih dompet di saku celananya. Mengambil satu lembar uang berwarna merah kemudian diserahkan pada orang itu.

โ€œSampaikan terima kasih dari saya,โ€ imbuh Irsyad melirik kembali paper bag itu. Mungkin jika perut bisa berbicara pasti akan menolak karena butuh asupan makanan. Baru beberapa hari, rasa masakan itu sebenarnya sudah melekat di lidah Irsyad.

โ€˜Andai saja yang mengirim itu perempuan di bandara. Pasti aku langsung cepat-cepat menikahinya agar tak kelaparan seperti ini,โ€™ ucap Irsyad dalam hati.

Pria itu buru-buru pamit dan pergi. Tinggalah Novita yang didera penasaran sangat hebat. โ€œMakanan itu tidak ada racunnya kan, Pak?โ€

Irsyad menatap karyawannya yang sangat polos kemudian berkata, โ€œJika ada racunnya, pasti saya sudah jadi almarhum.โ€

Novita membekap mulutnya sambil menatap atasannya yang buru-buru pergi.

โ€ขโ”ˆโ”ˆโ€ขโ€ขโ€ขโ—‹โ—‹โโ๐•ฏ๐–—๐–Š๐–†๐–’๐–˜ ๐•ฎ๐–”๐–’๐–Š ๐•ฟ๐–—๐–š๐–Šโโโ—‹โ—‹โ€ขโ€ขโ€ขโ”ˆโ”ˆโ€ข

Jalanan siang hari di ibukota sangat macet. Padahal ini bukan waktunya jam istirahat tetapi sudah padat merayap. Irsyad sendiri kesulitan mengejar orang berjaket hijau yang bisa menembus kemacetan dengan sepeda motornya. Mata laki-laki itu terus mengawasi dengan jeli ke mana tukang ojek tersebut pergi. Hari ini, ia tidak akan menyiakan kesempatan untuk mengetahui siapa orang misterius itu.

Hampir setengah jam berjibaku dengan kemacetan, mobil Irsyad terparkir di pinggir jalan karena motor di depan berhenti di suatu tempat. Sialnya bukan tempat yang dituju, melainkan pangkalan ojek tempat rekan sesama tukang ojek.

โ€œSialan! Kenapa malah berhenti di sini?โ€ geram Irsyad sambil mencengkeram setir dengan kuat. Sia-sia sudah penyelidikan kali ini.

โ€œTahu seperti ini, mending cari makan saja,โ€ dengkusnya dengan kesal.

Baru menstarter mobil, mata Irsyad menyipit untuk memperjelas tatapan di depan. Orang yang ia incar sedang kembali ke motornya. Hati kecil yang tadi kecewa berubah menjadi semangat.

โ€œSemoga kali ini tidak salah,โ€ ucap Irsyad pada diri sendiri. Ia melajukan kembali mobil di belakang motor tadi. Ternyata perjalanan itu tak berlangsung lama. Motor itu belok memasuki sebuah gang kecil dan berhenti di rumah sangat besar dengan pagar menjulang tinggi, tertutup rapat.

Jantung Irsyad berdetak kencang ketika mengamati dari jauh. Pria tua itu tampak sedang menghubungi seseorang dari ponselnya.

โ€œMana sih?โ€ tanya Irsyad semakin tak sabar. Ia harus mempertajam penglihatan karena tak mau kehilangan momen ini.

Pintu gerbang terbuka menampakkan seorang perempuan berbalut mukena warna biru tosca. Irsyad semakin penasaran karena mobilnya berhenti di tempat yang salah. Ia hanya bisa melihat punggung perempuan itu, bukan wajahnya.

Sebuah klakson mengagetkannya. Sebuahย  truk berada di depan, mobilnya menghalangi kendaraan tersebut. Isyarat klakson barusan mengharuskan mobil yang ditumpangi Irsyad harus mundur agar truk itu bisa lewat. Mau tak mau mobil Irsyad mundurย  dan melewatkan kesempatan yang sudah terpampang di depan matanya.

โ€œSialan,โ€ dengkus Irsyad dengan penuh kecewa dan kesal bercampur menjadi satu.

Bแบกn ฤ‘ang ฤ‘แปc truyแป‡n trรชn: Truyen2U.Pro