IV

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hakuba menatap Kaito dengan tajam, dia mengamati gerak-gerik si pesulap yang saat ini sedang bermain dengan burung merpati miliknya. Tidak tahu bagaimana bisa burung merpati itu tidak terganggu dengan kehebohan yang terjadi di ruangan ini dan sibuk berkicau, seakan mengobrol dengan Kaito.

Pesan dari Shinichi kemarin membuat dirinya penasaran, tapi pesulap yang terus saja menyangkal jika dirinya adalah Kaito KID itu susah sekali mengatakan apa yang telah terjadi.

"Apa sangat susah?" ketus Hakuba. Dia menyeruput kopi miliknya dan membuang tatapannya dari pemuda tidak jelas ini. Kaito masih saja mengabaikannya. Ok, Hakuba bisa mengerti saat-saat di mana dia butuh waktu sendirian dan berbicara dengan hewan peliharaannya. Tindakan Kaito yang seakan mengerti dengan apa yang merpatinya katakan membuat dirinya merindukan Watson, kucing kesayangannya.

"Aku juga tidak sepenuhnya paham apa yang telah terjadi pada Shinichi-san," jawab Kaito, setelah ia membiarkan burung merpatinya keluar dari kafe tempat mereka bertemu.

Hakuba diam mendengarkan, akhirnya setelah hampir setengah jam mereka duduk di kafe, Kaito mau membuka mulutnya.

"Inti yang Hatori-san katakan padaku adalah Shinichi-san patah hati. Ia merasa bersalah sudah menolak gadis yang selama ini dia sukai hingga membuat gadis itu tersakiti. Ada kaitannya dengan kepergian Shinichi-san selama dua tahun ini. Namun, alasan penolakan tidak dikatakan," jelas Kaito. Ia meneguk hot chocolate miliknya sampai habis.

"Karena jadwal show, aku tidak bisa menemaninya sampai pulang. Ketika kembali ke sana mereka sudah tidak ada. Begitu saja, tidak ada lagi yang lain," ucap Kaito, ia bersiap untuk pergi. Mengangguk singkat pada Hakuba yang tidak mengatakan apa pun. Ya, selain karena hubungan mereka yang tidak begitu akrab walaupun satu kelas. Kaito tidak ingin berlama-lama di sini dan ketinggalan kereta menuju Ekoda.

Hakuba tidak mencegah kepergiannya, ia hanya sedikit merasa bersalah tidak menemani Shinichi di saat ia butuh bantuan. Hakuba berjanji lain kali ia akan lebih tanggap dengan temannya yang satu itu.

***

Sepucuk surat beraroma mawar, tertera sederet angka yang tidak ada petunjuk lain untuk menjelaskan apa maksud angka-angka ini.

Pesan yang diubah menjadi kode angka. Pesan ini di enkripsi tanpa kunci publik, KID menggunakan kunci privasi, kesimpulan yang dia dapat setelah mengamati surat dari KID. Hampir saja dia mengamuk jika tidak ingat badannya sangat sakit. Ditambah lagi, Shinichi sama sekali tidak tahu apa yang menjadi kunci untuk memecahkan pesan yang dia terima dari KID.

Isi pesannya seperti ini;

2147578508357196719620265849759414328214305207476284064357880147578508352337569207
44599414951834719115475678256488052854911436297596182972780690143454762126648425728805327596174362
5784054353447500074757789518347191
232656840872920537447500204762842395182854960743631726719002307194

Shinichi belum bisa menemukan di mana letak kunci dari kode yang KID kirimkan padanya. Lelaki itu hanya tertawa kecil dan mengatakan kode ini ada kaitannya dengan dirinya sendiri saat lelaki dengan banyak suara itu bertanya padanya pagi setelah ia menemukan suratnya. Tapi apa? Teknik sandi yang mana yang lelaki itu gunakan.

Jika kuncinya tidak bisa Shinichi temukan maka kode ini akan sulit untuk dipecahkan. Bisa saja jika ia menggunakan analisis frekuensi. Jika sesungguhnya analisis itu untuk menghitung huruf yang paling sering muncul, maka kali ini angka yang paling sering muncul yang akan Shinichi hitung.

Menggunakan analisis frekuensi didasarkan pada kenyataan bahwa, dalam setiap rentang bahasa tertulis, huruf dan kombinasi huruf tertentu muncul dengan frekuensi yang berbeda-beda. Selain itu, ada distribusi karakteristik huruf yang kira-kira sama untuk hampir semua sampel bahasa itu. Namun, karena kode yang KID berikan adalah angka Shinichi berharap ia bisa menemukan petunjuk karena dalam beberapa cipher, properti semacam itu dari bahasa alami plaintext dipertahankan dalam ciphertext dan pola-pola ini memiliki potensi untuk dieksploitasi dalam serangan ciphertext-only.

Paling tidak dari pola-pola angka berulang, Shinichi bisa menebak beberapa huruf di antara kode ini. Namun, nyatanya setelah berjam-jam mengotak-atik berbagai jenis sandi, dia sama sekali tidak bisa menerka teknik sandi apa yang pasti digunakan. Apakah ini benar atau tidak karena Shinichi masih tidak menemukan kunci dari sandi ini. Paling tidak sandi dia harus menemukan apa yang digunakan untuk membentuk kode angka yang KID berikan. Teknik yang mana yang dia gunakan sama sekali tidak Shinichi ketahui.

Beberapa skema Shinichi gunakan untuk mengalahkan kode dengan menggunakan enkripsi substitusi sederhana. Ini termasuk substitusi homofonik. Penggunaan homofon ialah beberapa alternatif untuk huruf yang paling umum dalam sandi substitusi monoalphabetic. Misalnya, untuk bahasa Inggris, baik ciphertext X dan Y mungkin berarti plaintext E. Namun, kelemahan adalah belum tentu chiper itu adalah huruf vokal. Bisa saja itu adalah konsonan.

Lalu dia menggunakan substitusi polyalphabetic, yaitu penggunaan beberapa huruf, dipilih dalam berbagai macam, lebih atau kurang. Teknik terakhir ialah substitusi poligrafi, skema di mana pasangan atau kembar tiga huruf plaintext diperlakukan sebagai unit untuk substitusi, bukan huruf tunggal, misalnya, sandi Playfair. Namun, masalah utamanya adalah ini kode angka bukan huruf. Shinichi tidak menemukan kunci dari sandi apa yang digunakan.

"Astaga ... kau masih bertarung dengan kode ini sepanjang hari? Kenapa tidak menyerah saja dan bertanya kepadaku," ucapan bernada apresiasi datang dari hadapannya. Shinichi menoleh terkesiap saat gadis pirang itu duduk di bangku depannya tanpa permisi.

"Ada yang bisa ku bantu, nona?" tanya Shinichi setelah ia menenangkan detak jantungnya. Shinichi meletakkan pena yang sedari tadi terus mencoret-coret dugaan yang bisa saja memecahkan kode sialan ini, lalu kedua matanya mulai fokus memperhatikan tamu tidak diundang yang sudah mengganggu konsentrasinya. Gadis dengan rambut pirang tergerai sebahu, mini dress berwarna putih dipadukan dengan tas tangan berwarna senada yang dia letakkan di atas meja. Saat mata mereka bertemu, Shinichi menemukan gadis muda ini sedang menyeringai kepadanya, gigi putihnya yang rapi mengingatkan Shinichi pada iklan produk pasta gigi yang sering muncul di televisi.

"Tidak ada yang spesial, aku kebetulan melihat seorang detektif muda nan tampan duduk di kursi kafe ditemani oleh ... oke ini cangkir ketiga datang," jawabnya santai dan menerima cangkir kopi milik Shinichi serta cokelat panas dan sepiring cheesecake untuknya dari pelayanan kafe yang menghampiri tempat mereka berdua duduk.

"Ok, ini hadiahku untuk detektif tersayangku. Aku pikir tidak ada salahnya menghampiri lelaki tampan lalu menyapanya dan sekarang malah membuat aku ingin membantu detektif favoritku yang ternyata dia bisa susah juga memecahkan sebuah kode simpel seperti itu?" jawab gadis pirang di depannya, tawa pelan bernada genit masuk ke telinga Shinichi. Membuat ia ingin sekali menghentikan tawa menyebalkan yang keluar dari sela-sela bibir merah gadis di depannya.

Shinichi mengembuskan napas pelan lalu dia mengambil cangkir kopi yang gadis itu berikan padanya, tidak ada salahnya menerima hadiah kecil dari rivalnya atau bisa saja sebut ini sogokan agar dia tidak melayangkan bogem mentah ke wajah yang duduk santai dihadapannya, "Kau ternyata benar-benar senang menyamar menjadi wanita."

Gadis atau tepatnya seorang gadis jadi-jadian tidak membalas sindiran yang dilempar oleh Shinichi. Ia tetap santai memotong cheesecake dan menikmati dengan perlahan.

"Tentu saja susah jika tidak menemukan kuncinya. Pesan yang kamu enkripsi, aku ragu teknik sandi yang mana yang telah kamu gunakan," sahut Shinichi. Dia meneruskan mencoret-coret kertas di atas meja. Mengabaikan si pelaku yang membuat dirinya gila karena obsesi akan memecahkan misteri dan juga karena jawaban lelaki ini saat ditelepon pagi itu.

"Bukankah sudah ku katakan itu berkaitan dengan diri sendiri, sesuatu yang membuat dirimu terkenal," jawab gadis pirang. Ia tertarik dengan wajah serius milik Shinichi. Mengamati seseorang saat serius ternyata menyenangkan juga. Dia jadi ingin mengganggunya.

"Diri sendiri?" gumam Shinichi. Sebelum ia bisa melanjutkan pertanyaannya. Suara anak-anak memanggil namanya.

"Shinichi-niisan?"

Mereka berdua menoleh dan menemukan empat anak kecil berseragam SD Teitan.

"Niisan bersama siapa?" tanya Ayumi, salah satu gadis kecil. Haibara memutar kedua matanya dan tidak menatap Shinichi.

"Perkenalkan, aku Natsumi, saat ini menjadi calon pacar Shinichi-san," ucapan yang belum sempat Shinichi cegah. Haibara tidak mengatakan apa pun. Kehebohan anak-anak itu hanya sebentar sebelum bunyi sesuatu yang jatuh dan teriakan wanita terdengar. Dugaan bunuh diri, tidak jauh dari lokasi kafe. Shinichi menyuruh mereka untuk menunggu di sini dan ia berlari ke lokasi kejadian.

"Dasar magnet kriminal."

***

"Kemana anak-anak?" tanya Shinichi setelah ia kembali ke kafe. Sosok gadis yang mengaku bernama Natsumi itu masih berada di kursinya tapi tidak dengan kehadiran keempat anak kecil.

"Pulang, mereka mengatakan jika Profesor sudah menunggu kue yang mereka beli," jawabnya. Shinichi mulai membereskan barang-barangnya dan akan pulang sebelum suara gadis pirang itu menambah kerutan di keningnya.

"Bayar?" Shinichi tidak salah dengar, kan.

"Yap, cokelat tambahan milikku dan pesanan anak-anak tadi," sahutnya.

"Aku tidak membayar makanan milik seorang pencuri," gerutu Shinichi. Ia meneruskan membereskan barang-barangnya.

"Baiklah, tapi apa kau tidak tertarik dengan kunci enkripsi yang pencuri ini miliki. Bukan pertukaran yang merugikan, benar, kan?" katanya santai, ia membuat Shinichi menghentikan gerakannya dan merenung sedikit. Tatapan tajam dia layanan pada gadis jadi-jadian di depannya ini. Dengan langkah menghentak, Shinichi berjalan ke kasir, ikut mengantri bersama beberapa gadis muda. Sungguh pencuri yang sangat menyebalkan. Kalau tidak, akan susah memecahkan pesan sialan itu. Mau tidak mau dia harus mengalah.

***

Kodenya KIDS.

Saat kembali ke meja. KID sudah tidak berada di sana. Hanya menyisakan tulisan dengan hasil dari huruf-huruf cetak acak membentuk pesan.

Kau masih sempat menyusun kata dari berbagai hasil cetakan, geram Shinichi. Tentu saja pencuri itu masih sempat mencegah ia akan mengekspos tulisan tangannya.

Paling tidak, kode menyebalkan ini akan segera terpecahkan. Shinichi sedikit mengerang. Kenapa ia tidak sadar hingga ke sana jika kunci dari pesan itu adalah nama julukan dari si pencuri.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro