25

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

*WARNING ADA UNSUR GORE/THRILLER DITENGAH CERITA. KALAU GAK TAHAN DISKIP AJA.. :V*

Langkah kaki santai menghiasi koridor istana. Suasana sepi yang sangat jarang.

Semua orang sibuk diluar. Mencari sang putri yang menghilang. Raut panik menghiasi wajah mereka, kecuali satu orang yang memang selalu datar.

Ia membuka pintu itu dengan perlahan. Memperlihatkan 2 orang yang tersisa. Bahkan ruangan tempat mereka berkumpul pun terasa sepi. Semakin hari semakin berkurang. Mereka sudah kehilangan 3 orang. Apakah akan bertambah?

"Tidakkah suasana ini terlalu menyedihkan?" Setelah sekian lama lenggang, Rash mulai bersuara. Raut wajahnya yang terlihat berwibawa itu pudar. Tergantikan dengan raut sedih kehilangan.

Kiera menunduk sedih, sedangkan Sean tetap mempertahankan wajah datarnya. Ia menarik kursi dan langsung mendudukinya. Tubuhnya ia tegapkan dan dagunya ia angkat penuh keangkuhan. Membuat Rash dan Kiera terheran dengan sikap Pangeran satu ini.

"Bodoh" ucap Sean tiba-tiba. Membuat Rash dan Kiera tambah heran.

"Ada apa denganmu? Terbentur sesuatu? Tidak biasanya"

"Pengkhianat masih ada" tutur Sean sambil menatap sinis.

Tubuh Rash menegang.

"Pengkhianat itu bodoh"

Hening. Tak ada yang bersuara kembali. Sean menatap mengejek kearah dua vampire didepannya.

"Maksudmu?" Tanya Kiera. Ia sungguh tak mengerti dengan tingkah pangeran satu ini. Apa maksud dari senyum mengejeknya?

Iris kuningnya menyala. Ia menatap Sean tepat dimatanya. Namun gagal. Kesempatan sekali dalam seribu itu gagal. Ia menghela nafas.

Kemudian pintu kembali terbuka. Memperlihatkan Victoria dengan gaun kebesarannya. Disebelahnya terdapat Maid yang sedang membawa jubah milik Sean.

"Kita harus berangkat sekarang. Kumpulan tua bangka itu sangat tidak sabar" tutur Ria menatap adiknya. Sean menatap datar. Ia diam sejenak saat Maid itu mengaitkan jubahnya ke pakaian yang ia kenakan.

"Kau mau kemana? Bagaimana dengan pencarian Milea?" Tanya Rash mencegah kepergian Sean.

Sean menengok tak niat, "urusan. Lanjutkan" setelah itu ia segera menyusul Victoria yang sudah pergi lebih dulu.

Jawaban yang singkat seperti biasa. Namun tetap meninggalkan kesan misteri. Setelah mengatai pengkhianat itu, Sean langsung pergi begitu saja?

Dan cara ia mengatai pengkhianat itu, terlihat jelas bahwa ia sudah tau siapa pengkhianatnya. Namun satu hal yang disadari keduanya. Walaupun samar dan hanya terlihat sebentar, dengan sangat jelas mereka bisa melihat tatapan sedih dan kecewa.

Seorang Sean..

Kecewa?

~***~

Haruto menarik Bella bersembunyi di punggungnya. Irisnya menatap waspada. Dan ketika seseorang muncul, Haruto segera menyiapkan kuku tajamnya.

"Devon.."

Yang dipanggil hanya cengengesan. Menatap mengejek kearah Haruto.

"Hello Vampire terbuang" ledek Devon membuat gigi Haruto bergemelatuk.

Kemudian iris Devon menatap penuh minat kearah manusia yang disembunyikan Haruto. Wangi misterius yang menguar membuat werewolf dan damphire yang dibawa Devon tertarik.

Bella ingin mengintip sedikit. Namun tubuh Haruto menghalangi.

"Jangan. Kau tetap diam saja"

Devon menyeringai. Walau tak sesuai rencananya, namun ini lebih baik. Ia pun membasahi bibirnya dengan lapar, seperti sedang melihat makanan lezat.

Tangan Devon terangkat. Menghentikan gerakan werewolf dan dhampire yang siap menyerang. "Dia bagianku"

Haruto memasang kuda-kuda siap menyerang. Namun tangan Bella menahan pakaiannya.

"Ada apa?"

Bella menunduk, "h-hati.. hati" ucapnya ragu. Haruto tersenyum tipis. Kemudian tangannya terangkat dan langsung mengacak surai hitam Bella. Setelah itu ia kembali menatap Devon dengan bengis.

"Kau salah cari lawan" tutur Haruto penuh percaya diri.

Walau terlihat serius, didalam hati Devon tertawa lepas.

'Salah cari lawan katanya?' Pikir Devon.

"Kau tau?" Haruto diam tak mengerti, "terlalu percaya diri dapat membunuhmu" lanjut Devon.

Devon menerjang kedepan. Melayangkan beberapa cakaran kearah Haruto. Jelas serangan bertubi-tubi tidak memberikan ruang untuk Haruto membalasnya. Belum lagi ia harus sesekali melirik kearah tempat Bella berdiri. Takut bahwa akan ada seseorang yang disuruh Devon untuk menculik gadis itu.

Bella hanya bisa menatap khawatir. Mengapa ia bisa terlibat ke permasalahan makhluk itu? Padahal sebelumnya ia hidup normal tanpa ada campur tangan makhluk seperti Vampire dan lain-lain. Walau ia kerap dijual atau disewakan demi uang. Namun awalnya semua aman-aman saja.

Kemudian ia mendengar deru nafas dibelakangnya. Ia langsung memejamkan matanya takut saat ada sebuah tangan yang mengelus lengannya. Merinding dan dingin. Namun Haruto menahan tangan itu dan mematahkannya. Iris matanya berubah jadi merah menyala dan membanting dhampire itu menjauh dari Bella.

Jangan harap hanya segitu, kuku tajamnya menusuk dada dan menarik jantungnya keluar dari sana. Darah merah menari kesana-kemari. Benda bulat itu yang awalnya bergerak langsung berhenti.

Salah seorang Dhampire yang tak terima kembali menerjang beserta beberapa werewolf. Dengan gerakan kilat, Haruto menarik rambut dhampire itu hingga kulit kepalanya lepas, dan kakinya menendang werewolf hingga perut werewolf itu menancap di dahan pohon yang mencuat tajam.

Haruto menatap nyalang kearah Devon. Ia baru sadar pasukan yang Devon bawa hanya sekitar 15 dan ia sudah memusnahkan 3.

Selagi Haruto menghitung,Bella dibelakangnya sudah menutup mulutnya agar tidak muntah. Ia melihat semuanya dengan jelas dan perutnya bergejolak. Ia tidak tau kalau pertarungan mereka akan.. seperti ini.

"Enyahlah" suara Haruto terdengar dingin. Ia menatap nyalang kearah Devon.

Devon tertawa meremehkan, "tidak sampai kita dapat apa yang kita mau" jawab salah satu bawahan Devon.

Devon menatap tajam kearah orang itu. Tanpa hitungan, orang itu menggeliat seperti cacing dan mati dengan wajah membiru. Ia tidak suka jika rencananya di bocorkan.

"Membunuh bawahanmu,eh?"

Haruto kembali memasang kuda-kuda dan menatap awas.

"Ah aku tidak suka orang membocorkan rencanaku. Ya, tapi sepertinya kau sudah tau?"

"SIALAN! APA YANG KAU INGINKAN?!!" Haruto melompat ke belakang dan berdiri persis di depan Bella. Sedangkan Bella hanya memegang baju Haruto yang penuh akan bercak darah.

Tangannya berkeringat dingin dan gemetar. Membuat Haruto semakin waspada.

"Kau ingin tau apa yang kuinginkan?" Devon mengacungkan tangannya kedepan. Memberi aba-aba semua bawahannya untuk menyerang. Kemudian ia menatap penuh minat kearah manusia dibelakang Haruto.

Tak ada pilihan Haruto menerjang kedepan. Jika ia bertarung disini, Bella bisa kena imbasnya.

Namun baru beberapa meter maju,ia mendengar suara teriakan Bella.

"KYAAAAAAAAA!!!"

Haruto membalikkan badannya dan seketika jantungnya berhenti berdetak. Tidak, memang dari awal jantungnya tak berdetak, namun kali ini ia benar-benar tak bisa berkata-kata.

Saat melihat besi mengkilap yang menembus tubuh Bella tepat dijantung. Bahkan ia bisa mencium darahnya dari sini. Kedua iris Bella berlinangan air mata dan membelalak terkejut. Mulutnya tak bisa berkata apa-apa.

"H-haru..to"

Zrakkk..

Haruto menatap kearah tangan yang menembus dadanya. Kuku hitam penuh darah mengalir menancap didadanya. Ia melirik kebelakang.

"Devon..sialan" ia segera memuntahkan darah dari mulutnya saat ia rasa jantungnya digenggam oleh tangan Devon dan diremas secara paksa.

"Sudah kubilang.. terlalu percaya diri dapat membunuhmu" Devon tersenyum sinis.

Haruto kembali menatap ke depan. Ia baru sadar bahwa Devon menggunakan alam bawah sadarnya dan memberi mantra agar Haruto melihat apa yang tidak ia inginkan.

Melihat Bella mati dihadapannya.

Dan ternyata itu memang hanya halusinasinya. Karena Bella masih berdiri tegak dan menatap Haruto dengan air mata yang berlinangan.

"Selamat tinggal.. maafkan aku" lirihan suara Haruto menggema di kepala Bella. Membuat kaki Bella tak kuasa bertahan dan ia langsung jatuh berlutut.

Devon langsung menarik jantung Haruto. Tubuh Haruto langsung jatuh terkapar.

"HARUTOOOO!!!"

Matanya terpejam dengan perlahan.

"Ayah.. Ibu.. aku datang"

♡~♡

Astaga kesambet apaan aku nulis thriller?!! Oke maafkan, kemaren aku abis baca cerita dari penulis favoritku tentang thriller. Dan terbayang di otakku saatㅡoke lupakan. Jiwa pshyco ku bangkit.

Yang penting cuma secuil. Oiya aku lupa, kalo kadang aku tulis Dhampire ato Damphire tolong dimaapin.. aku lupa. Pokoknya intinya dia itu setengah vampire dan manusia makanya jantungnya berdetak. Berbeda sama vampire murni kayak Haruto.

Dan aku ga nerima komen soal Haruto yang mati. Karena dari awal sudah ditetapkan. Kapan meninggal itu hanya tuhan yang tau. Dan dalam cerita ini akulah tuhannya (read:author).. huahahaha bercanda. Jangan anggap beneran.

Regards,
BlueCat87

24.11.18

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro