Epilog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Halo Dhamar!

Apa kabar? Masih mencintaiku?
Maaf pernah menorehkan luka yang cukup dalam di relung hatimu.
Percayalah, aku masih menyukaimu, di manapun kamu berada.

Setiap detik, menit, jam, aku berharap kamu bisa memaafkanku dan melepaskan semua kenangan buruk yang pernah terjadi. Bukan karena aku jahat dan tak mengerti dirimu. Aku hanya ingin kamu berbahagia, Dhamar.

Entah kapan sepasang sepatu ini akan kembali kepadamu, aku hanya berharap kamu selalu tertawa seperti Dhamar yang dulu.

Salah satu pengisi bilik hatimu,
Wulandari Syafitri

***

Rambutnya yang terurai mengikuti angin yang berhembus. Bulu matanya yang lentik melindungi kedua netranya dari debu-debu nakal yang ikut terbawa angin.

Wulan masih tak percaya dengan kalimat ajakan yang baru saja ia dengar. Tetapi, pemikirannya terpatahkan oleh sorot mata keseriusan yang terpancar dari netra Dhamar. "Kali ini, aku nggak main-main, Lan," ujarnya penuh keyakinan.

"Nggak ada jaminan kalau yang kamu ucapkam itu keseriusan." Tolakan halus yang meluncur dari bibir Wulan membuat bangkit.

"Kamu mau ngajuin syarat apa? Aku bakalan lakuin apa pun itu, Lan."

Wulan tertawa sumbang, ia tak mengerti dengan pola pikir manusia yang ada di hadapannya saat ini. "Memangnya, kamu mau aku ngajuin syarat apa? Berenang di Pantai Losari? Atau hidupkan ayahku kembali? Hubungan yang tercipta bukan tentang syarat apa pun yang terucap, tapi tentang rasa yang kita rasakan dalam hati."

"Aku kira ..., kamu udah berubah, mungkin sedikit lebih dewasa. Nyatanya, ekspektasiku terlalu tinggi. Aku dihantam oleh kekecewaan yang berulang kali, karena mu," lanjut Wulan. Ia memalingkan wajahnya kecewa, memcoba menikmati angin yang terus berderu menyapu wajahnya.

Dhamar memegang kedua pundak Wulan, mencoba meyakinkan kembali sang pujaan hati. "Aku mohon," pinta Dhamar dengan nada putus asa.

"Maaf, kita cuman bisa sahabatan. Aku nggak bisa ngulang hubungan kita lagi," ujar Wulan final.

Wajahnya menengadah, ia sangat menyesal setelah tahu alasan Wulan meninggalkannya saat itu dari bibir Bryan. "Aku minta maaf, Lan."

Wulan mengangguk sembari tersenyum hingga memperlihatkan kedua lesung pipinya. "Aku sudah maafin kamu."

"Kita masih tetap sahabatan, kan?" Wulan mengangguk, ia menjawab pertanyaan Dhamar tanpa ragu.

Dhamar memang buka masa depannya lagi, tetapi ia akan selalu menjadi kenangan terindahnya di masa remaja. Masa di mana perasaannya Wulan menjadi tak karuan.

Terima kasih masa remaja, kamu akan selalu menjadi versi terbaik diri kita. Wulan cemberut saat Dhamar dengan sengaja mengacak-acak rambutnya persis menjadi tarzan. Sedangkan, Dhamar malah tertawa riang menikmati setiap detik, menit, dan jam yang terjadi bersama Wulan di Makassar.

E*N*D

Alhamdulillah, selesai juga.
Terima kasih banyak yang sudah meluangkan waktunya.

31 Mei 2020

🐾Puding05🐾

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro