DBS-2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tadinya hatiku utuh
Mulanya jiwaku tidak rapuh
Karenamu aku tahu apa itu sekarat yang enggan segera sembuh.

🔥

Ini adalah hari pernikahannya, Fayre sibuk sejak dini hari untuk didandani setelah beberapa hari lalu ia kembali tercabik oleh pengkhianatan. Fayre tetap berdebar untuk Andreas walau jantungnya sempat ingin berhenti. Ia tidak berniat mempermasalahkan apa pun dan hanya fokus untuk hari ini. Namun, ia tidak mengerti permainan macam apa yang Tuhan persiapkan untuknya setelah ia membutakan diri dari semua rasa sakit itu. Fayre tidak tahu kenapa di hari pentingnya ini sisi terburuk Andreas malah terungkap. Hal itu benar-benar menggoyahkan keteguhannya dalam mempertahankan cinta yang begitu menyakitkan, tetapi enggan ia lepaskan.

Fayre masih beberapa kali menyangkal bahwa wanita itu hanya menginginkan Andreas dan tidak benar-benar hamil. Masih ada banyak prasangka baik yang Fayre coba munculkan, yang lagi-lagi sayangnya harus hancur ketika si wanita menunjukkan foto-foto kebersamaan dengan Andreas di ranjang. Hasil pemeriksaan dokter kandungan yang berada di tangannya membuat Fayre bergetar. Ia tidak ingin menerima semua ini. Fayre tidak akan merelakan Andreas di hari pernikahan mereka. Hati Fayre tidak seluas itu untuk memberikan calon suaminya pada wanita lain. Tidak, Fayre tidak sanggup, baru membayangkannya saja ia sudah ingin menjerit-jerit. Andreas adalah miliknya dan akan selalu begitu, siapa pun dan apa pun tidak akan ada yang bisa memisahkannya dari laki-laki itu.

"Tidak. Aku akan tetap menikahinya."

Kalimat Fayre mengobarkan kemarahan Lexa, sedangkan wanita itu melebarkan mata, lalu menangis karena merasa dunianya semakin runtuh. Ia juga tidak mau begini, tetapi jika nanti ia melahirkan tanpa suami, dunia akan mencemoohnya. Belum lagi pandangan sebelah mata tentang anak di luar pernikahan akan sangat menyakitkan bagi anak itu sendiri. Ia ingin mengamankan posisinya dengan cara apa pun.

"Kumohon, Fayre, berbelas kasihlah pada anakku."

"Kenapa aku harus melakukannya? Itu adalah resiko yang harus kamu tanggung."

"Kamu harus aku masukkan ke rumah sakit jiwa, Fayre!"

Lexa menarik lengan Fayre, memaksa gadis itu berdiri. Dan ... dua tamparan berturut-turut menyapa pipi mulus Fayre. Gadis itu syok, tidak bisa berkata-kata karena ditampar oleh seseorang yang telah ia kenal selama 18 tahun.

"Kamu idiot, Fayre!"

Satu tamparan lagi mendarat di pipi Fayre.

"Aku yang diselingkuhi! Dia yang salah kenapa mau berhubungan dengan laki-laki yang sudah bertunangan! Kenapa aku yang harus berkorban?!"

Wanita itu menangis dengan tubuh gemetaran. Ia memang salah tetap terpikat pada Andreas walau mengetahui laki-laki itu adalah pemain hati. Benar, cinta telah membutakan dirinya, tetapi ia kini tidak punya pilihan selain menyeret Andreas agar berdiri di sisinya. Ada janin yang akan tumbuh menjadi bayi, dan ia tidak sanggup membesarkan anak seorang diri nantinya.

"Fayre, kumohon berhentilah jadi bodoh!"

Lexa mencengkeram erat kedua lengan Fayre, menatap gadis itu dengan perasaan marah sekaligus iba.

"Aku tidak peduli wanita ini sungguh mengandung anak Andreas atau tidak, tapi aku tahu bahwa mereka benar-benar bercinta. Aku tidak peduli Andreas akan bertanggung jawab padanya atau tidak, karena aku hanya akan peduli padamu. Buka matamu, akui kalau kamu pun tahu calon suamimu seorang bajingan. Tadinya aku berniat percaya lagi padanya, tapi sekarang sudah tidak bisa. Bayangkan jika kamu hamil lalu dia berselingkuh dan akhirnya meninggalkanmu, apa yang akan kamu lakukan? Kamu sanggup hidup seperti itu? Sanggup, hah?! Aku tidak sanggup Fayre! Aku akan merasa sekarat jika kamu hidup seperti itu! Aku tidak akan bisa tenang saat kamu memasuki rumah yang tiap harinya terasa seperti neraka. Kumohon, Fayre, sadarlah!

Tangis Lexa pecah, begitu juga dengan Fayre yang kembali tidak bisa berdiri dengan benar hingga harus dibantu untuk duduk di sofa. Wanita itu mendekati Fayre, berlutut serta mengiba.

"Tolong aku, Fayre. Orang tuaku bisa membunuhku jika aku melahirkan tanpa suami."

"Lalu siapa yang menolongku dari rasa malu jika pernikahan ini batal?"

Wanita itu diam, tetapi Lexa kembali bersuara. Ia sungguh tidak bisa menahan diri, sampai-sampai menyeret Fayre ke kamar mandi walau penuh perlawanan. Gadis itu menyiram sahabatnya dengan air sambil berteriak bahwa hubungan dengan Andreas adalah kerugian semata.

"Hentikan, Lexa! Kamu membuat gaunku basah!"

"Kamu masih berani memikirkan soal gaun? Sialan, Fayre! Seharusnya aku membunuhmu saat ini juga!"

Tidak hanya menyiram Fayre, Lexa bahkan menarik gaun itu hingga sobek di beberapa bagian. Fayre tercengang, lalu menangis histeris saat sadar ia memang tidak bisa lagi berjalan di sisi Andreas. Gadis itu duduk lemas di sudut ruang mandi dengan keadaan basah kuyup, meratapi betapa lucu takdirnya kali ini.

"Aku akan segera kembali. Tunggu di sini. Kamu mengerti, bukan?"

Tanpa menunggu persetujuan Fayre, Lexa kembali ke ruang tamu untuk menyuruh wanita hamil itu pergi. Lexa berpesan terserah ia mau bagaimana pada Andreas, yang jelas Fayre tidak akan datang ke pernikahan itu. Dan Lexa tidak peduli pada ucapan terima kasih yang ia terima, karena Lexa sedang menyelamatkan sahabatnya, bukan orang lain.

Saat hendak menemui Fayre lagi, ponsel Lexa berdering. Gadis itu sudah menduga panggilan yang masuk berkaitan dengan pernikahan sahabatnya. Benar saja, Noah langsung bertanya keberadaan Lexa dan Fayre, karena mobil pengantin wanita sudah menunggu di lobi.

"Fayre tidak akan pergi."

"Wah! Kamu tidak waras, Sayang. Ada apa? Apakah kamu ingin segera menyusul Fayre? Ayo, aku akan segera menikahimu, tapi jangan mengacaukan pernikahan sahabat kita."

Lexa menghela napas panjang.

"Noah, Andreas menghamili wanita lain."

Kekasih Lexa itu terdiam sejenak. Lexa sempat mendengar suara di sekitar Noah yang mempertanyakan keberadaan Fayre, karena mobil pengantin pria baru saja pergi menuju tempat acara.

"Di mana wanita itu? Siapa namanya?"

"Baru saja pergi dari kamar Fayre dan kami tidak sempat berkenalan karena sesungguhnya aku ingin membunuh dia."

"Aku sudah mengerti situasinya. Lexa, ini masalah besar, kita harus bekerja sama. Aku akan melakukan beberapa hal. Kamu urus Fayre dan segera pergi dari sini, tidak perlu memikirkan yang lain. Mengerti?"

Panggilan segera berakhir dan Lexa berlari untuk menemui Fayre. Gadis itu sudah tidak menangis lagi walau tangannya bergemetar. Lexa menarik Fayre, menyandarkan gadis itu di dinding agar mudah saat melepaskan gaun. Fayre tidak memberontak saat Lexa melucuti gaunnya dan mulai mengeringkan tubuh Fayre.

"Apa yang harus aku katakan pada semua orang, Lexa?" bisik Fayre dengan tatapan penuh luka.

"Kamu diam saja. Sungguh, kamu hanya perlu diam."

"Apa aku bisa hidup tanpanya, Lexa?"

Riasan Fayre tidak luntur sama sekali walau kini gadis itu kembali meneteskan air mata. Lexa mengeringkan wajah sahabatnya dengan hati-hati, bahkan memberi usapan lembut di pipi Fayre.

"Bisa. Kamu hanya perlu sedikit waktu untuk melupakannya. Percaya padaku, Fayre. Kamu sudah tidak mencintainya, kamu hanya merasa terikat karena dia adalah laki-laki yang berhasil menidurimu. Dengar, zaman sudah sangat berkembang. Kecantikan dan kepintaran wanita adalah salah dua modal untuk dipandang dalam masyarakat serta menarik perhatian laki-laki. Dan sungguh, kamu memiliki dua hal itu sejak dulu jika saja Andreas tidak membutakanmu, Fayre."

Pikiran Fayre berkecamuk, ia memutar ulang adegan-adegan perselingkuhan kekasihnya. Lalu yang ia rasakan adalah perih mendalam.

"Lalu siapa yang mau menikahiku yang sudah tidak memiliki harga diri ini?"

Saat ini Fayre terlihat seperti seseorang yang sedang berjuang di antara hidup dan mati. Parahnya, walau tahu bersama Andreas adalah kebodohan, Fayre masih takut untuk benar-benar melepas laki-laki itu. Fayre takut jika setelah ini hidupnya benar-benar hancur, ia juga tidak tahu bagaimana cara melupakan seseorang karena Andreas adalah satu-satunya yang pernah Fayre cintai sepenuh hati.

Lagi, Lexa mengusap pipi Fayre yang basah.

"Kamu salah besar, Fayre. Kamu tahu hargamu terlalu mahal dengan membatalkan hidup bersama seorang bajingan. Kamu mencintai dirimu sendiri dan itu adalah sesuatu yang tidak ternilai harganya."

Lexa memeluk Fayre, membiarkan gadis itu tersedu-sedu sebelum Lexa membantunya memakai pakaian baru dan pergi dari sana secepat mungkin sebelum Andreas datang mengacaukan keputusan Fayre.

🔥

Orang yang paling sibuk setelah kepergian mendadak Fayre dari hotel adalah Noah. Laki-laki itu menemui ayah dan ibu Fayre, memberitahukan kekacauan yang terjadi. Lalu Noah datang ke tempat acara, menjadi perwakilan dari pihak Fayre atas pembatalan pernikahan. Tidak lupa, Noah juga membawa serta Alice yang merupakan selingkuhan Andreas. Di hadapan banyaknya orang yang hadir, Noah mengumumkan alasan pembatalan pernikahan tersebut. Andreas tercengang sampai tidak bisa berkata-kata karena melihat Alice di samping Noah dengan wajah lesu serta memprihatinkan. Semua orang mulai berbisik-bisik dan menatap Andreas dengan rendah, begitu juga dengan orang tua Andreas yang terkejut atas perbuatan anaknya.

Noah meninggalkan ruang acara dan segera menyusul orang tua Fayre yang sudah lebih dulu pergi menemui anak mereka. Kekacauan di tempat acara itu tidak ingin Noah pikirkan lagi setelah ia memberi instruksi pada wedding organizer agar makanan yang sudah disediakan dibagikan saja pada siapa pun yang membutuhkan. Karena turut serta menyiapkan pernikahan sahabatnya, Noah tidak khawatir atas tagihan-tagihan yang belum terbayarkan. Semua sudah diurus oleh keluarga Fayre dan Andreas sebelum hari H. Ia sangat ingin menghajar wajah Andreas hingga babak belur, tetapi ia tidak ingin mencoreng nama keluarga Fayre. Apa yang terjadi hari itu saja sudah sangat memalukan dan melelehkan. Noah memilih untuk cepat-cepat menjauh dari gedung menyesakkan yang nyaris menjadi saksi kehancuran hidup sahabatnya.

Tiba di hotel yang Lexa sebutkan, Noah mendatangi sebuah kamar atas informasi dari kekasihnya juga. Tidak butuh waktu lama, pintu itu terbuka dan Lexa muncul dengan wajah tidak berdaya. Mereka berpelukan dengan perasaan yang sama-sama kacau.

"Bagaimana keadaannya?"

"Coba kamu dengar sendiri."

"Aku membencinya, Bu! Aku benci! Aku mencintainya sepenuh hati, tapi dia malah menyakitiku! Aku harus bagaimana, Ayah?!"

Noah duduk dengan lemas di sofa, terus mendengarkan curahan hati Fayre yang berada di balik dinding pembatas itu.

"Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana saat bertemu keluarga kita! Aku malu!"

Fayre menangis tanpa menahannya sama sekali, ia berteriak, memohon pada ibu dan ayahnya untuk menyembuhkan luka besar itu. Noah dan Lexa cukup lega karena kehadiran orang tua Fayre di saat krisis besar ini.

"Sebutkan keinginanmu, Fayre. Paman akan mengabulkannya, termasuk melenyapkan bajingan yang berani menyakiti putriku."

"Tenang, Sayang. Ayah juga akan membantu pamanmu untuk melenyapkan pengecut itu dan menjadikan kepalanya pajangan di taman kota. Bagaimana?"

Fayre tidak menjawab, tetapi malah makin tersedu-sedu sambil mengumpat pada Andreas. Sementara itu, Noah dan Lexa saling berpandangan, ngeri pada ide dua pria di dalam sana. Karena ... itu bukan hanya sekedar omongan jika Fayre menginginkannya.

To be continued

Sabar ya sabar, FL kita lagi berusaha move on kok.

Next chapter gimana kalau kita hadirkan si duda untuk menghibur fayre? Wkwkwk.

Vote dan komen jangan lupa, kakak!

Lav,
Putrie

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro