Duke Kejam

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Archia Miracle de Alexen, Arthius Crashvanno de Ravenn, dengan ini kalian telah sah sebagai pasangan suami istri, sedih dan sakit, kaya-miskin, senang susah, saling melengkapi sampai maut memisahkan," begitulah suara di aula kastil yang hanya berisi empat orang, kedua mempelai, tetua, dan asisten mempelai pria sebagai saksi.

Begitulah suasana sehari sebelum pesta megah di kastil Ravenn itu, gadis bergaun putih cerah penuh bordiran cantik yang elegan, dan riasan cantik yang mewah, bersama dengan mempelai pria berjas putih yang dihadiri ratusan orang dari seluruh dunia.

"Leticia de Alexen, Arthius Crashvanno de Ravenn, dengan ini kalian telah sah sebagai pasangan suami istri, sedih dan sakit, kaya-miskin, senang susah, saling melengkapi sampai maut memisahkan," dia adik tirinya, Leticia, putri pelayan yang menjadi selir ayahnya. Suaminya, Arthius Ravenn, jatuh cinta pada kepolosan dan kesederhanaan Leticia yang bersinar di kebun bunga melati di kastil Alexen, sementara di matanya, Archia, meski nama yang segar dan manis, tapi hanyalah gadis dingin yang berpakaian berlebihan dan keras hati, berbalik 180 derajat dengan Leticia. Meski Leticia hanya bisa dinikahi sebagai selir, cinta Arthius kepada Leticia yang bahkan melebihi cintanya yang hanya beberapa tetes kepada Archia, sudah membuatnya bahagia.

Sebagai putri sah keluarga Alexen, peperangan bisa terjadi kalau Arthius menikahi Archia sebagai selir yang tidak punya status apapun, semua pelayan di kastil juga membicarakannya meski tidak bisa sampai ke telinga majikannya, itu adalah salah satu standar etiket di kastil Ravenn.

Archia memang cantik sekali, Arthius tahu itu, bahkan dia tertarik pada Archia yang lebih memiliki etiket dan bisa menghormati orang lain, tapi cintanya pada Leticia membuatnya tidak memandang istri sahnya sama sekali.

Pagi itu, sarapan di kastil, Arthius makan satu meja dengan Archia dan Leticia, tenderloin steak with wild garlic butter, sudah terlihat bagaimana perbedaan etiket Archia dengan Leticia yang seharian hanya bermain di taman bersama kucing kesayangannya. Ibu Leticia, Roena mengajarkan bahwa asal kamu cantik, kamu bisa mendapatkan apapun yang kamu inginkan, seperti sekarang dia menikah dengan Arthius, dia sangat bahagia.

Leticia bisa hidup percaya diri dengan kecantikannya, tapi Archia, tidak pernah merasa dirinya cantik. Rambutnya juga biasa, perak bercahaya seperti keluarganya.

Tring.... Klontang....

"Oh,"

Prang....

Leticia menjatuhkan garpu, kemudian saat ingin mengambilnya, dia menyenggol piringnya sampai jatuh ke lantai. Archia yang terkejut hanya bisa melihatnya.

"Apa yang kamu lakukan ? Leticia kampungan ? Tidak punya aturan ? Begitu ? Lady Alexen ?" kata Arthius dingin pada Archia, padahal dia tidak berniat begitu.

"Tidak yang mulia duke," kata Archia yang malah membuat Arthius kesal.

"Aku sudah selesai makan," Arthius meninggalkan meja makan begitu saja, diikuti Leticia yang menyeringai diam-diam melihat Archia dipojokkan.

Archia gadis jalang itu setiap hari selalu merebut apapun yang kuinginkan, bahkan membuat ibu dimarahi gara-gara menyimpan sedikit uang secara diam-diam, aku sangat membencimu, aku akan membuatmu menderita sampai kau bahkan tidak ingat lagi tentang kehidupan. Kata Leticia dalam hati dengan wajah polosnya.

Sementara itu Archia hanya bisa makan dalam diam, membantah hanya akan membuat Arthius marah.

Malam hari datang begitu cepat, setidaknya bagi Archia. Gadis itu mengenakan baju tidur biasa sambil menatap ke cermin, dirinya yang begitu cantik terlihat buruk rupa di matanya sendiri.

"Chici gadis jalang...!!! Beraninya kamu menunjukkan wajahmu di pesta ulang tahunku....!!!!"

Kata-kata yang masih segar dalam ingatannya tentang pesta ulang tahun Leticia, yang membuat semua tamu kaget ketika mendengarnya.

"Lady Leticia, anda keterlaluan, beraninya putri selir bicara seperti itu pada putri sah Duke !!? Anda harusnya tahu diri Lady Archia bersikap baik pada anda !!!" seru sepupu Archia, Alexandra de Charl, sambil membantu Archia berdiri.

"Anak pelayan yang menggoda majikannya sendiri, memang seperti yang seharusnya, sikapnya rendahan," bisik countess Arlessa, padahal sebelumnya dia berpikir bisa menjadikan Leticia sebagai bunga pergaulan kelas atas, tapi sekarang, dia malu sekali pernah berpikir begitu.

"Hah... Apa yang membuat Duke menikahi orang seperti itu, sangat membuat malu keluarga Alexen.

"Chi... Chici... Kamu pasti sengaja kan ?! Kamu sengaja tidak bilang apa-apa agar aku dilihat sebagai gadis jahat ????!" Teriak Archia sambil menunjuk wajah Archia yang masih merah karena tamparannya.

"Leticia, pergi ke kamarmu," suara yang tidak asing terdengar dari belakang.

"A-Ayah, Chici...." Leticia mencoba menggenggam tangan ayahnya, tapi Duke Alexen menarik tangannya.

"Aku telah melihatnya sendiri, beberapa hari ini kamu selalu berbuat seenaknya, kalau pada pelayan masih bisa dimengerti, tapi kamu malah merundung kakakmu sendiri," pria itu mencoba sabar pada Leticia.

"Archy, kemarilah Nak," pria itu menggendong Archia dan keluar dari aula pesta, meninggalkan Leticia sendiri dengan orang-orang yang berbisik-bisik tentang dirinya.

"Hiks.... Huuu..." Archia kecil menangis dalam perjalanan ke rumah utama, ayahnya berusaha menenangkan putrinya itu.

"Archy.... Cup cup... Maafkan Leticia ya ? Archy tahu sendiri Leticia itu seperti apa, lain kali tidak perlu hadir di pestanya lagi, dia tidak pantas untuk itu," kata pria itu sambil mengelus kepala putrinya.

"Mmmm...." Gadis kecil tersebut hanya mengangguk dan memeluk leher ayahnya.

Cklek !!

Suara pintu dibuka membuyarkan kilas balik Archia pada masa lalunya, pria yang tidak lain adalah Arthius, suaminya tengah berdiri di tengah pintu sambil menatapnya kesal, pria itu berjalan mendekatinya.

"Kau ini berpakaian seperti untuk ditunjukkan pada siapa ?! Hm ?!" kata Arthius sambil memegang dagu Archia dan mengangkatnya ke atas, rasanya sakit.

"Apa maksud anda ?!" Archia merasa sedikit tersinggung dengan pertanyaan Arthius, sudah jelas sekali makna perkataannya itu adalah menghinanya.

"Aku kan hanya bertanya, jangan marah begitu dong," kata Arthius dengan wajah dingin sambil menyelipkan rambut di belakang telinga.

"Duke, anda-"

BRAKKKK.....!!!!

"Ar..... Aku kangen....!!!!" Tiba-tiba Leticia muncul di depan pintu dan berlari ke dalam kamar. Sungguh lancang, pikir Archia.

"Cia, kan sudah kubilang ketuk pintu dulu," kata Arthius sambil mengusap pucuk rambut Leticia.

"Masa mencarimu masih harus ketuk pintu," kata gadis itu sambil mendusel manja pada Arthius.

"Hari ini kamu sendiri dulu ya ? Besok aku akan menemanimu," kata Arthius memberi pengertian.

"Tapi Ar..."

"Pulanglah dulu," mau tidak mau, Leticia pulang ke kamarnya, sementara Arthius menutup pintu dan menemui Archia.

"Besok ada pertemuan di istana, aku akan mengajak Leticia," kata Arthius sambil duduk di meja rias.

"Saya tidak tanya-"

Plakkk.....!!!!!

"Lancang, siapa yang menyuruhmu begitu berani ? Kalau suamimu bicara, jawablah dengan manis, Archia.

"Du-Duke .." gadis itu menatap suaminya, dia memang salah, tapi... Entah kenapa rasa sakit yang berdenyut di pipinya terasa lebih sakit dari pada tamparan yang biasa diterimanya.

"Kamu pikir aku kemari karena aku mau ? Hh,"

"Du-Duke..."

Setelah itu, malam yang agak berisik karena pertengkaran bergema di kamar itu.








Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro