Batas Dunia I

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Batas Dunia: Gunung dan Laut
...

https://www.youtube.com/watch?v=5rPEdYMr5jY

Hai, nama gue Nabila.
Kembarannya Magro Roth, please don't laugh because i'm not joking. Gue merasa seperti Margo, kabur dari Ilham dan meninggalkan jejak. Berharap untuk dicari.

Semoga saja dia mencari gue.

By the way, Sekarang gue sedang menuju ke sebuah kota perbatasan antara Gunung dan Laut dengan kereta malam--oke, ini terdengar agak dangdut.

Alasannya apa gue kabur?

Rahasia, setidaknya untuk saat ini
...

"Rak, For the first time gue ngurusin orang hilang kayak gini. Sumpah gue bingung, Nabila gila apa kehilangan otak sih pake acara ngilang segala." racauku pada Raka di kedai kopi

Kebetulan kami sedang bertemu untuk membicarakan project Readers Writers Club ke depan. Ya, gue adalah salah satu adminnya.

"Tuh, minum dulu kopi lo, keburu dingin. Santai kali, keren tahu kalo cewek hobi ngebolang kayak Margo Roth." balasnya cuek sambil menyesap americanonya

"Eh, bagong! Keren dari mananya kalau ada orang hilang gitu? Bisa bisa gue dipenggal sama Tante Ririn kalau tahu dia hilang." teriakku frustasi lalu memukul lengannya

Oke, aku malu. Semua orang di kedai menatap sinis ke arahku sekarang. Aku pun terdiam dan menganggukkan kepala ke sekeliling untuk meminta maaf.

"Eh, kayaknya gue tahu kenapa dia kabur," ujar Raka "Nabila nggak nyaman kali sering elo dicuekin di rumah."

"Hmmm, gitu ya ... tapi menurut gue juga biasanya gitu." gumamku

"Perasaan mah nggak jamin ham. By the way, pasca dia hilang ada jejak gitu nggak?"

"Ada sih, chat tapi aneh gitu pake majas-majas." ujarku sambil menunjukkan chat di layar ponsel

Raka pun tampak menelaah isi chat tersebut. Tak lama usai membaca, ia menoyor kepalaku.

"Ah, bodoh banget sih elo, ini sudah jelas dia minta kepastian tentang hubungan kalian."

"Memang hubungan kita nggak jelas?"

"Ahaha ... dasar gob--Astagfirullah, inget kata Indri gue nggak boleh ngomong kasar,"

Gue yang melihatnya hanya mendelik tajam, ia terkekeh.

"Ham, menurut gue sih hubungan kalian kayak lampu lima watt yang mau dibilang nyala remang banget tapi nggak mati juga. Elo, mau dibilang pacaran tapi nggak dan kalau dibilang temenan biasa juga terlalu unyu."

Ah, masa sih? Kayaknya gue biasa aja ke dia. Setiap hari paling ngucapin good morning atau good night, kalau dia lagi nginep di rumah paling ngebangunin subuh, makan siang bareng, pulang pergi sekolah bareng.

Apa yang istimewa?

"Bro, jangan bengong." tegur Raka

"Ah, ya?"

"Nih, menurut gue ya mending elo ngomong sekarang ke Nabila soal perasaan elo, tapi harus live."

"Maksud elo? nggak ngerti ah gue."

"Ya ... pokoknya gitu deh bro dan cobalah buat lebih peka sama sekeliling."

Setelah curhat sama Raka gue makin bingung.

Nab, elo ada di mana sih?

...
Kira-kira dia bakal peka nggak ya kalau gue tag?

Coba deh.

Path: You listened a song with Ilham: Cerita Gunung dan Laut-Payung Teduh

Ilham, kata lirik lagu itu.

Tak perlu tertawa atau menangis
pada gunung dan laut
Karena gunung dan laut tak punya rasa

Tapi, bolehkah aku tertawa dan menangis bersamamu?

Karena ku yakin, kamu punya rasa.

...
a/n
Hello!
It's me, Mail!

Maaf yak kalo kesannya dramatis banget...

Tebak tebakan: Kota apa yang dimaksud Nabila di Part ini?

Thanks to
rakapratama RynTha GreenBagsGirl17 indrindahsr ReadersWritersClub

Hope you like this!
Ciao!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro