Bab 6

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Oh, begitu," respon Reyna setelah mendengar penjelasan panjang kali lebar dari arwah itu.

Dia meninggal bunuh diri yang disebabkan oleh pembullyan. Dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan agar rohnya bisa menuju akhirat. Sudah hampir empat tahun di sini. Bosan? Tentu, bahkan bukan hal aneh jika dia sesekali mengusili siswa. Namun, dia tidak berani lagi mengacau saat sang guru olahraga menyewa dukun sakti yang membuatnya kesakitan.

"Jadi-"

"Reyn!" Tiba-tiba suara Roy muncul dan mengalihkan perhatian Reyna. Cowok berkacamata itu memandangnya dengan aneh.

"Iya?" jawab Reyna dengan menaikkan satu alisnya.

"Lo lagi ngobrol sama hantu ya?"

"Ho'oh. Kenapa? Lo mau ikutan?" Reyna malah menggoda Roy. Bibirnya sedikit terangkat.

"Gue mau dong!" Ridho menyela, berjalan santai ke arah Reyna.

"Ya udah sini, gue bukain mata batin lo." Reyna mulai berdiri, menuju ke arah Ridho.

Saat mereka sudah berhadapan, Reyna menggenggam kepala Ridho dengan tangan mungilnya.

"Tutup mata lo."

"Buset, nih beneran Reyn?" Ridho tampak takut dan gemetaran.

"Lah iya, bener kok. Mau lanjut nggak nih?"

"Tapi bisa ditutup balik, 'kan?"

"Ya mana gue tau," ucap Reyna dengan seringai menyeramkan. Giginya yang terlihat rapih dan bergerigi, membuat Ridho menelan susah salivanya.

"Lanjut nggak nih?" tambah Reyna.

"Iy-iya iya. Gas gih!" Ridho mulai memejamkan matanya dalam-dalam. Dalam hati dia berharap ini akan gagal.

Gagal please, gagal please! Ya kali gue bisa ngeliat hantu!

"Oke."

Reyna mulai merapalkan mantra-mantra yang bisa membuka indra ke-enam manusia. Sebelum selesai merapalkannya, Reyna sedikit menguatkan genggamannya dan mendorongnya ke bawah.

"Selesai," kata Reyna sambil melepaskan tangannya dari rambut Ridho. "Sekarang buka mata lo."

"Serius nih?" tanya Ridho, dalam kondisi masih memejam. "Nih kalo nggak berhasil, lo harus bayar gue ya Reyn!"

"Hmm? Oke. Tapi kalo berhasil, lo harus buka mata batin lo seharian ini. Oke?"

"Ok-" Ridho sempat ragu, tetapi akhirnya dia .... "Oke."

Perlahan, Ridho mulai membuka matanya. Dia melihat Reyna yang terlihat normal. Ridho sangat senang! Dia berpikir itu gagal, tetapi saat dia menoleh ke samping Reyna....

"WOY?!"

Ridho seketika mendekap wajahnya dengan tangan. "Itu apaan anjir di samping lo. Kek mayat hidup. Mana tinggal daging doang lagi. Matanya mana?"

"Pas dia bundir, wajahnya jatuh ke atas besi. Jadi, bola matanya hancur. Oh iya, dia korban pembullyan, lalu rohnya ditolak di akhirat." Reyna menjelaskan.

Ridho masih dengan posisi yang sama. Badannya mulai gemetaran hebat. "Siapa suruh bundir dah."

"Hey Ridho! Lo nggak baik ngomong gitu ke orangnya." Roy yang sejak tadi diam mulai angkat suara.

"Maaf-maaf aja Roy! Tapi wujudnya itu serem banget. Lebih serem daripada Reyna pas lagi ngambek! Reyn, balikin mata gue ke normal! Gue nggak mau liat begituan lagi."

"Eits, nggak bisa dong. Kita udah sepakat tadi. Masih ingat kan? Karena terbukti, lo harus melihat beginian seharian ini."

"Reyna, lo jahat banget jadi temen!"

"Salah sendiri. Siapa suruh nantangin gue."

"Ada apa ini?" Nurul yang baru datang sedikit kaget dengan tingkah Ridho yang teriak-teriak dari tadi. "Reyn, kamu ngejailin Ridho lagi?"

"Eh, nggak dong Nurul. Tadi Ridho nantangin gue buat buka mata batin dia. Eh pas udah kebuka malah teriak-teriak ke gue."

Nurul hanya menghela napas panjang. "Ridho, Ridho, kamu tuh nggak kapok-kapok ya nantangin Reyna. Apalagi masalah gaib kayak gini."

"Ya maaf Nurul. Gue mana tau kalo Indigo tuh bisa buka mata batin gue. Gue kira itu cuma ada di film-film."

"Kalau begitu, terima saja ya resikonya. Kali ini aku nggak bisa bantu."

Roy menepuk pundak Ridho, ia tau pemuda itu sedang tertekan sekarang. Yah walaupun Roy juga takut melihat arwah, sih. Dia cuma pura-pura bersikap santai agar tidak kena imbasnya juga.

"Rul, Afsari mana?" tanya Reyna penasaran.

"Oh, dia tadi mau ke kelas, ada yang kelupaan katanya."

"Guys!"

Baru saja diomongin, Afsari muncul di sela pintu dan tangannya melambai ragu. Dia sepertinya membutuhkan bantuan.

"Ada apa ya, Af?" tanya Nurul begitu tiba di depannya, diiringi yang lainnya juga termasuk Ridho yang berjalan pelan. Dia tetap menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Anu, itu Ridho kenapa ya?"

"Ah itu, biarin aja. Oh iya, kenapa? Ada masalahnya ya? Coba ceritain sini."

"Giliran cewek aja, mulai lembut."

"Lo nggak usah ganggu dulu ya, Rid. Nggak gue tutup tuh mata batin lo." Reyna mengancam.

"Maaf-maaf," kata Ridho dengan nada kesal.

"Lanjut, Af."

"Jadi begini. Gue ada tugas dari ketua OSIS, dia pengen informasi tentang alumni yang terdahulu dua sampai tiga tahun belakangan. Katanya untuk pembaharuan data, sedangkan masih banyak kerjaan yang belum beres. Gue pengen minta bantuan kalian." Jelas Afsari.

"Alumni ya? Rada susah sih, apalagi kita nggak ada kenalan, 'kan?" respon Roy.

"Buat data pribadi, gue ada datanya," kata San yang entah sejak kapan ada di belakang Afsari.

"Serius, San?"

"Iya. Tapi karena sekolah ini, tidak menginput data yang berhubungan dengan minat, jadi bisa dibilang datanya masih kurang." San menjelaskan dengan mata lesu, khasnya.

"Begitu. Berarti kita paling tidaknya butuh dua sampai tiga orang untuk menjadi narasumber."

"Anu," kata si arwah tadi sambil menepuk pundak Reyna pelan. Reyna menoleh. "Aku tau dimana alamat ketua OSIS di jamanku sekolah dulu. Namun, aku tak bisa menyebutkannya. Aku hanya tau lokasinya. Aku harap semoga itu membantu ya."

"Guys, temen hantuku tau lokasi rumah Ketua OSIS yang dahulu. Biasanya ketua OSIS itu tau kan apa yang teman seangkatannya sukai. Jika tidak pun, dia pasti tau siswa yang paling mencolok di setiap kelasnya. Bagaimana menurut kalian?"

"Bener sih." Roy orang pertama yang sependapat. Disusul dengan anggukan Nurul dan San. Afsari tersenyum bahagia. Dia tak menyangka jika teman-temannya akan membantu sejauh ini.

"Maaf ya, ngerepotin kalian."

"Nggak masalah kok, Af."

Setelah itu, mereka mulai bergerak menuju ke rumah mantan ketua OSIS berdasarkan arahan dari arwah itu. Entah kenapa, dia tak bisa keluar dari lapangan basket. Reyna yakin dan percaya bahwa ada sesuatu diantara arwah iu dan lapangan basket.

"Ini bukan sih?" kata Roy setelah mereka tiba di tempat tujuan.

"Gedung putih kayak istana ini? Buset dah, pasti kaya nih keluarganya. Sungkem gue sama ketua OSIS dulu. Pasti bapaknya sang donatur sekolah. Haha!"

Reyna bersemangat begitu mengetahui jika mantan ketua OSIS itu berasal dari keluarga kaya. Meski kedatangan mereka hanya untuk meminta data, bukan hal yang tidak mungkin jika ada sedikit peluang untuk memeras harta mereka, meski cuma secuil.

***
PROMOSI CERITA!

Yang pertama hari ini adalah One Day Later milik Kak refyura jangan lupa di cek ya!
Genre: Misteri - Fantasi

Blurb:

"Ayo kita pulang, kita sudah terlalu jauh dari rumah."

Arletta, remaja berumur 17 tahun dibawa ke masa lalu saat dia hampir tertabrak mobil. Ia kembali menjalani hidup sebagai anak sekolah dasar hingga akhirnya bertemu dengan ketiga temannya, Haris, Arlan, dan Alana yang datang sebelum dirinya. Sejak saat itu, masalah pun dimulai.

Berbagai keanehan dan misteri menyertai setiap potong perjalanan hidup mereka. Dimulai dari seorang penguntit hingga aura aneh yang selalu terjadi di mana pun mereka berada. Semua mulai terkuak satu persatu antara cinta dan benci yang terjalin. Mampukah mereka menerima semua itu?

****

Yang kedua, ada Be My Partner By KiM__Latte
Genre: Thriller - Romance

Blurb:

Sofia kehilangan anaknya yang masih kecil sejak tiga tahun lalu. Ia dipertemukan dengan Keenan, seorang detektif yang juga kehilangan adiknya tiga tahun lalu. Sementara itu, masyarakat tengah geger dengan merebaknya kasus human trafficking.

***

Yang terakhir ada Tell Me A Lie
Punya kak : mtiarafkh dengan
Genre: Fantasi - Fiksi Remaja

Blurb:

Hasil tidak akan mengkhianati usaha.

Emma selalu percaya pada kalimat tersebut, meskipun tidak tahu kapan waktu itu akan tiba. Keterbelakangannya dalam penguasaan kekuatan sering menjadi bulan-bulanan yang lain, apalagi ia berasal dari klan Lachlan. Salah satu keluarga yang menguasai seluruh elemen.

Berhasilkah Emma mematahkan kutukan di klannya? Atau akan tetap menjadi aib dalam keluarga?

***

Hallo, Horrores, makasih udah baca ya. Aku usahakan untuk tetap konsisten update. Jangan lupa Vote dan komennya ya. Terima kasih banyak ❤️
Love you, Horrores.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro