21 | Badai

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tema: Semalam di kamar motel di pinggir kota

Karakter: Xiao

-

Sudah biasa baginya melihat orang-orang datang dan pergi di Hotel Wangshu yang ditinggalinya secara cuma-cuma. Manusia adalah makhluk yang membosankan, apalagi sudah melihat kebusukan dan kerusakan yang mereka lakukan selama ribuan tahun. Terkadang, memang ada yang menuju hotel itu karena penasaran dengan sesosok Yaksha legendaris yang tersisa demi memujanya - itu bahkan lebih membosankan dibandingkan mereka yang sekedar datang dan pergi. 

Hari itu, berbeda dengan hari-hari yang telah lewat, di saat badai sedang kencang-kencangnya, Ganyu datang ke pelataran Hotel Wangshu bersama dengan seseorang yang terluka berat. Verr Goldet, pemilik hotel, segera menunjuk seseorang untuk menyediakan kamar dan tabib terdekat bagi orang yang terkulai lemas tersebut. 

"Kukira ada heboh-heboh apa," Xiao melipat kedua tangannya di dada saat dirinya menemui Ganyu yang tengah mengeringkan dirinya di lobi. "Apa yang terjadi?"

"Kami bertemu dengan Abyss Mage anomali yang berbuat huru-hara di perbatasan Mondstadt dan Liyue." jelasnya. Suaranya parau, matanya menjauh dari Xiao yang membelalak. 

Kata 'anomali' membuat tenggorokannya kering. Ada banyak hal yang dapat membuat makhluk menjadi lebih ganas dan lebih kuat, salah satunya adalah akibat energi buruk yang disimpan oleh sang Yaksha. 

Xiao menurunkan pandangannya, merasa bersalah. 

"Sang pengembara terkena beberapa luka tusukan dari serpihan es ketika aku tidak melihatnya."

"Kamu sudah menyembuhkannya?"

"Sudah. Tapi aku yakin masih ada serpihan energi negatif bersamanya," Ganyu menatap lurus Xiao. "Bisakah kuminta padamu untuk menemaninya malam ini? Aku harus kembali segera untuk melapor ke Liyue Qixing."

Tidak butuh lama bagi Xiao untuk menyuarakan pilihan, "Baiklah."

-

Tidak pernah seorang Yaksha sepertinya berhutang pada manusia, terlebih lagi kalau manusia itu sebatas sosok biasa yang bisa dengan mudah mati. 

Akan tetapi, Lumine berbeda. Sangat berbeda. Sudah berkali-kali Xiao tertolong (dan kerepotan) akibat keras kepala wanita muda yang satu itu.

Setelah tabib keluar dari ruangan, Xiao masuk ke dalam kamar yang dipinjamkan Verr Goldet pada si pengembara. Sesuai ucapan Ganyu, luka yang diderita Lumine sudah diobati dan diperban. Tabib yang datang barusan mungkin sekedar memeriksa keadaan dan membersihkan lukanya lagi. Sesuai ucapan Ganyu juga, Xiao dapat melihat tipis kabut hitam di tubuh yang terbaring itu - energi negatif yang menyelimutinya dan enggan pergi. 

Xiao berlutut di sisi kasur, telapak tangannya terbuka di hadapan Lumine, sinar hijau khas elemen angin miliknya menyinar lembut, perlahan mengurai kabut hitam itu hingga lambat laun tidak ada sama sekali. 

Peluh membanjiri pelipis Lumine, Xiao tidak tega melihatnya seperti itu. Seusai memurnikan energi tersebut, Xiao mencari kain terdekat yang bisa ia gunakan untuk mengelap keringatnya. 

"Aether… "

Bisikan lirih itu turut membuat Xiao pilu. Aether, saudara kembar yang kerap dicari gadis ini kesana dan kemari. Seseorang yang membuat Lumine memulai perjalanannya yang tidak berujung. 

"Tenanglah, aku yakin kamu akan menemukannya. Pasti. Suatu hari nanti."

Xiao berbisik pelan sambil menyeka wajah itu. Sang Yaksha terdiam di sana selama sekian lama hingga ia merasa Lumine tidak sepucat saat ia dibawa oleh Ganyu ke Hotel Wangshu. 

Malam masih panjang, badai juga belum berlalu - Xiao akan menemaninya, paling tidak sebentar lagi. [ ]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro