Chapter 04 Sesuatu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Note : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Nama pemeran kuambil dari para member boygroup Indonesia yaitu UN1TY. Maaf jika ada kesamaan latar, tokoh maupun cerita ini. Cerita berjudul Eight 3 adalah murni milik saya!
.
.
.
.

Hari telah berganti. Di salah satu kamar, seorang Pemuda terlihat sudah rapi memakai seragam sekolah. Buku-buku pelajaran serta peralatan tulis sudah tertata rapi di dalam tas.

Suara ketukan pintu membuat Pemuda yang tengah menatap gaya rambut mengalihkan pandangan. Pemuda itu melangkah pelan menuju pintu kamar.

"Ovel, ayo turun nak, kita sarapan," ucap Mama Vina di balik pintu.

Fenly meraih gagang pintu. Sebelum itu, Fenly mengambil tas sekolah. Pintu kamar Pemuda tampan terbuka lebar.

"Iya, Ma. Selamat pagi," ucap Fenly mencium pipi kanan sang Mama.

Mama Vina mengelus rambut kecokelatan Fenly penuh cinta. Fenly melingkarkan tangan di lengan Mama Vina, mereka berjalan menuruni anak tangga pelan menuju ruang makan.

Sejak tadi senyum Fenly tak pernah luput mencuri perhatian Mama Vina dan Kezia. Bagaimana tidak? Akhirnya Fenly diperbolehkan masuk ke sekolah lagi.

"Selamat pagi, Kak Kezia," sapa Fenly duduk di sebelah kiri Mama Vina dan depan Kezia.

"Pagi, Ovel Adik Kakak paling ganteng," balas Kezia tersenyum tipis.

Mama Vina mulai menaruh nasi goreng di atas piring Fenly, Kezia, lalu punya sendiri. Mereka makan dengan tenang tanpa ada percakapan. Hal ini sudah menjadi tradisi keluarga Ovel.

"Ma, Kak, Ovel berangkat dulu ya," pamit Fenly mencium kedua tangan kedua Wanita cantik di depannya. Mama Vina mengelus surai Fenly pelan.

"Hari ini kamu di antar sama Pak Eka," ucap Kezia mutlak.

"Oke, Kak," sahut Fenly mengacungkan ibu jari.

"Hati-hati ya, Ovel," ujar Mama Vina.

Fenly menganggukan kepala kecil. Fenly membuka pintu bagian belakang, perlahan mobil melaju pelan meninggalkan perkarangan rumah.

Sepintas netra Fenly melihat sosok wanita bangsawan membawa sebuket bunga mawar biru berdiri di samping Kezia. Fenly merasakan firasat buruk, ingin menghubungi Kezia gawai miliknya tertinggal di kamar.

"Kak Kezia...," ucap Fenly penuh arti.

Selama perjalanan menuju sekolah, hati Fenly tak tenang semenjak melihat sosok hantu Wanita yang ditemui semalam di kamar ya.

__#_#__

Fajri tiba di sekolah. Dia berjalan pelan menuju lorong sekolah. Sunyi dan sepi. Sesungguhnya Fajri tidak mau masuk sekolah, Fajri hanya ingin menjaga Ricky di rumah. Dengan sedikit paksaan dari Ricky, akhirnya Fajri menurut masuk sekolah.

Fajri sengaja berangkat lebih awal agar tidak bertemu dengan fans fanatik ya. Fajri sangat tak menyukai privasi ya terganggu.

"Ji!"

Seorang Perempuan memanggil Fajri. Dia berlari kecil menyamai langkah kakinya.

"Ji!"

Fajri tak memperdulikan panggilan itu. Perempuan tersebut tak mau menyerah, dia pun menghadap Fajri di depan.

"Ji! Aku ada sesuatu buat kamu," ucap Perempuan itu menyerahkan sekotak bekal makanan.

Fajri melirik kecil. Dia pun menerima kotak bekal, lalu melanjutkan perjalanan menuju kelas.

Sang Perempuan tak mengejar Fajri lagi. Kedua sudut bibir nya naik membuat senyuman.

"Setidaknya kamu sudah mau menerima bekal itu, Ji. Aku sudah senang banget," ucapnya bahagia.

Tertera nama Sintia Lasmini di atas saku seragamnya. Sintia merupakan murid kelas XI-IPA 3. Sintia sangat nge-fans dengan Fajri semenjak Pemuda itu tak sengaja menolong dirinya saat terkena lemparan bola basket.

Sintia bersenandung kecil menyanyikan lagu milik boyband Indonesia bernama Un1ty dengan judul lagu 'Restu Waktu'. Center di video klipnya mirip dengan Fajri.

"Sampai kamu dapat... restu dari waktu."

Sintia menghilang di balik belokan. Tempat Sintia berdiri tadi, sosok hantu wanita bangsawan muncul. Bunga mawar biru telah di selipkan di tas Sintia. Entah apa yang tengah diperbuat oleh sosok hantu itu.

"Selamat menikmati hari terakhirmu..."

Sosok hantu wanita bangsawan langsung menghilang. Tak lama beberapa siswa siswi sudah tiba di sekolah.

__#_#__

Di kelas XI-IPA1...

Fenly memasuki kelas yang sudah seminggu lamanya tidak ia pijaki. Puluhan pasang mata menatap kehadiran Fajri di kelas.

"Selamat pagi," ucap Fenly datar.

"Pagi, Fen," jawab salah satu penggemar Fenly

"Akhirnya Fenly masuk juga."

"Cowok tampan kembali."

Beberapa bisikan dari siswi membuat telinga Fenly berdengung. Fenly lebih memilih duduk di bangkunya.

"Halo, Ji," sapa Fenly.

Tak ada balasan. Fenly menatap punggung Fajri penuh tanda tanya.

"Ji!"

Fenly mencolek pinggang Fajri dengan pulpen. Tetap tak ada pergerakan. Fenly pun menarik bahu Fajri kencang dan...

Kedua netra Fenly melotot lebar. Muka Fajri terlihat sangat gosong. Seringai tipis terukir di bibie Fajri.

"Aahh!!"

Suara jeritan Fenly membuat puluhan mata di kelas menatap dirinya penuh tanda tanya. Ternyata Fenly sedang berhalusinasi, keringat membasahi pelipisnya.

"Fen, lo kenapa?" tanya Fajri khawatir.

"Ji, muka lo kok nggak gosong," balas Fenly heran.

"Ngaco lo, Fen. Baru seminggu nggak masuk sudah ngelantur saja bicara lo!" kesal Fajri menjitak keras kepala Fenly.

Fenly meringis kesakitan. Dia mengusap-usap kepala bekas jitakan maut Fajri. Kedua matanya menfokuskan ke wajah Fajri dan memang tidak gosong.

"Gue tahu kalau Fajri tampan. Gue malah jijik di tatap sama lo sumpah!" ledek Fajri.

Fenly menjitak balik Fajri, tetap Fajri berhasil menghindari dengan mudah. Kedua netra Fenly menatap galak sahabatnya itu.

"Haha... nanti lo mau ke rumah sakit nggak pulang sekolah?" tanya Fajri.

"Rumah sakit? Siapa yang sakit? Ricky kan sudah pulang seminggu yang lalu."

Fenly bertanya bertubi-tubi membuat kepala Fajri pusing. Lebih baik dia menjaga Abangnya daripada harus meladeni sahabat di depannya.

"Zweitson. Kemarin dia kecelakaan akibat tabrak lari," jawab Fajri. Tersirat nada sedih di sana.

Fenly terkejut. Pasalnya dia tak mengetahui informasi tersebut. Rasa bersalah dan takut menyelimuti hatinya.

"Jadi, mau ikut apa nggak?" tanya Fajri sekali lagi.

Fenly terdiam sesaat. Ponsel miliknya ketinggalan dan dia harus pulang cepat ke rumah. Bimbang.

"Maaf, Ji. Gue nggak bisa ikut jenguk Zweitson," jawab Fenly lirih.

Fajri menepuk bahu kiri Fenly pelan. Senyum tipis terukir di wajah tampan Fajri.

"Gue tahu kok. Nanti gue kabarin ke yang lain."

Perkataan Fajri membuat Fenly terenyuh. Dia tak salah memilih Fajri dan keenam orang lainnya menjadi sahabatnya.

Masalah Kezia yang posesif membuat Fenly tak bisa berbuat apa-apa. Ingin membantah, tetapi Fenly tidak mau membuat hati Kezia terluka. Posisi Fenly saat ini menjadi serba salah.

Bel masuk berbunyi. Pelajaran pertama akan segera di mulai. Fajri, Fenly dan murid lainnya mengikuti pelajaran dengan seksama. Farhan masih setia menunggu Zweitson di rumah sakit serta Ricky masih belum bisa masuk ke sekolah selama masa pemulihan.

__#_#__

"Tolong! Jangan kejar aku!"

Seorang Gadis bertubuh kecil serta memakai kacamata terus berlari dari kejaran sosok hantu di belakangnya.

Gadis itu sempat melirik ke belakang, sosok hantu semakin mendekati dirinya. "Aahh!!"

"Kamu tidak akan bisa pergi lagi dariku," ucap sosok hantu tersebut.

Di dekat sosok hantu, terdapat seseorang memakai topeng tengkorak. Sebuah buku hitam usang melayang di depan.

"Ampun... Kak, aku nggak mau kembali," mohon sang Gadis menyatukan kedua tangan di dada.

"Haha... kamu sudah tidak berguna lagi," ujar sesorang yang memakai topeng.

Tiba-tiba buku hitam terbuka lebar. Lembaran demi lembaran saling bergantian, lalu berhenti di tengah lembaran kosong.

Tubuh sang Gadis mengeluarkan cahaya terang. Perlahan tubuhnya terurai terhisap masuk ke dalam buku. Lembaran kosong kini telah terisi kembali, menampakkan sosok Gadis atau siswi berkacamata tengah membaca buku di perpustakaan sekolah.

"Selamat tinggal... Dilla."

Dilla Adelia, sebenarnya adalah sosok hantu siswi perempuan. Dilla sudah meninggal sejak lama dan dia memiliki sebuah tugas, tetapi Dilla telah gagal melaksanakannya.

"Kerja bagus, sesuatu hal tak berguna lebih baik disingkirkan!" perintah sang Ketua.

"Baik, Ketua!" seru seseorang memakai topeng tengkorak.

.
.
.
.
.

{25/10/2021}

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro