Chapter 16 Dia Kembali (2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Note : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Nama pemeran kuambil dari para member boygroup Indonesia yaitu UN1TY. Maaf jika ada kesamaan latar, tokoh maupun cerita ini. Cerita berjudul Eight 3 adalah murni milik saya!
.
.
.
.
.

"Ji!"

"Aji!"

Fenly sejak tadi memanggil Fajri, namun tak kunjung ada balasan. Saat ini waktunya jam istirahat di kantin. Mereka duduk di bangku paling pojok tempat biasa berkumpul.

Makanan Fenly sudah tersisa setengah porsi, sedangkan milik Fajri masih utuh. Ketoprak pesanan Fajri hanya dijadikan mainan saja tanpa mau di makan.

"Maulana Fajri!"

Akhirnya Fenly mengeluarkan sifat aslinya yaitu ngegas. Beberapa pasang mata melihat ke arah mereka duduk.

"Apa lihat-lihat?!" tanya Fenly galak.

Semua pun langsung melakukan aktivitas kembali yang sempat tertunda. Tak ada satupun yang mau berurusan dengan seorang bernama Fenly Christovel.

"Jangan galak-galak Kovel!" sahut Fajri mulai menyuapkan satu sendok potongan lontong.

"Gue galak gara-gara lo! Dan satu lagi jangan panggil gue K.O.V.E.L!" seru Fenly emosi memperingati.

Dadanya naik turun akibat meluapkan emosi yang menggebu-gebu. Fenly berusaha menenangkan diri sejenak.

"Iya-iya," jawab Fajri malas.

Hati Fajri sejak tadi tak tenang dan resah. Ia merasakan sesuatu buruk terjadi kepada Ricky.

"Ji, lo lagi ada masalah?" tanya Fenly mulai tenang.

"Hmm," gumam Fajri.

Fenly mengatur napas perlahan-lahan agar emosinya tidak meluap lagi. Ia meminum es teh manis hingga kandas.

"Ji! Kalau ada masalah cerita-cerita saja sama gue kali saja bisa bantu," ujar Fenly khawatir.

"Nanti ya Fen, gue lagi nggak mood," jawab Fajri seadanya.

Fenly menghela napas pelan. Ia tak harus memaksa Fajri terus, nanti akan ada saatnya Fajri bercerita. Ia juga memiliki masalah dan masih di pendam sendiri.

Waktu istirahat tinggal tiga menit lagi. Fenly sudah menghabiskan makanan serta minuman. Fajri hanya makan setengah ketoprak dan minum sudah kandas tak tersisa.

"Ji, kelas yuk," ajak Fenly.

"Kita kan beda kelas Fen dan gue mau ke toilet dulu. Lo duluan saja," balas Fajri sudah dalam posisi berdiri.

Fenly menggaruk tengkuknya. Ia pun berpisah dengan Fajri berjalan ke arah yang berlawanan.

Saat Fenly berjalan menuju kelas, ia tak sengaja melihat sosok siswi yang tak asing baginya. Ia sudah lama tak bertemu dengan gadis itu, mungkin sekitar satu bulan lebih.

"Anneth," gumam Fenly.

Rasa penasaran yang tinggi membuat Fenly mengikuti kemana Anneth pergi. Ia melupakan tujuan utamanya untuk kembali ke kelas yang jam pelajaran akan segera di mulai.

Selama mengikuti Anneth dalam diam seperti seorang Dektetif Conan serial Anime Jepang. Fenly tak menimbulkan suara sedikitpun. Ia sangat berhati-hati kali ini.

Terlihat Anneth berhenti di salah satu ruangan di bangunan sekolah lama. Kerutan di dahi Fenly muncul ini saat ia tengah berpikir.

"Kenapa Anneth masuk ke ruangan itu?" tanya Fenly penuh rasa ingin tahu melebihi Dora.

Satu langkah, dua langkah dan langkah yang ketiga Fenly terhenti. Ia mengintip melalui sela-sela jendela usang yang tak terpakai lagi.

Kedua netra Fenly membulat sempurna. Ia melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Anneth sedang berbicara dengan seseorang yang telah lama menghilang tanpa jejak.

"I-itu... Fiki...," ucap Fenly tak percaya.

Seluruh tubuhnya seakan lemas. Ia tak terlalu mendengar apa yang mereka bicarakan hingga sebuah tangan kecil menarik ujung seragam celananya kuat.

Degh!

__08__

Fajri selesai keluar dari toilet khusus siswa. Wajahnya lebih bersinar setelah mencuci muka.

"Lumayan lebih baik," ucap Fajri merapikan poni rambut sejenak.

Fajri melangkah kecil menuju arah taman sekolah. Beruntungnya jam pelajaran masih kosong di kelas. Lebih baik dia memilih menenangkan diri sejenak.

"Kapan lagi coba bisa ke sini sendirian kalau bukan sekarang," gumamnya menghela napas pelan.

Pemuda asal Cimahi itu duduk di salah satu bangku taman. Suasana di taman sekolah tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa murid sekelas dengan Fajri sedang membuat konten tiktok.

Fajri sempat memperhatikan siswi-siswi di ujung sebelah kiri. Kehebohan dan keseruan dengan aplikasi tiktok membuat mereka ketagihan.

"Gue sih nggak terlalu suka main tiktok, apalagi buat konten habis main basket joget-joget gitu. Gue kan anak kalem," ucap Fajri santai.

Kerutan di kening Fajri muncul. Siswi yang terdiri dari lima orang itu memiliki warna aura yang berbeda. Warna hitam menyelimuti tubuh siswi itu.

Degh!

"Itukan... Lia," ujar Fajri lirih.

Artinya waktu kematian Lia sebentar lagi akan datang. Fajri menatap Lia yang masih tertawa tanpa beban bersama teman-temannya tak tega.

Sejujurnya Fajri tak suka memiliki kemampuan khusus seperti ini. Dia hanya ingin menjadi anak normal pada umumnya, namun takdir berkata lain apalagi kedua kakaknya juga memiliki kemampuan khusus.

"Aji jadi kangen A Iban sama A Ait," ucap Fajri menatap atas lurus ke arah langit.

Fajri menghela napas pelan. Ia tak boleh teralut dalam kesedihan terus menerus. "Ayo semangat Ji! Buktikkan kepada Bang Iky kalau Aji bisa menghadapi ini semua!"

Perasaan buruk yang tadi hadir di kantin kembali lagi. Fajri langsung membuat itu jauh-jauh. Ia yakin bahwa Ricky di rumah sedang baik-baik saja.

"Aji."

Tiba-tiba suara seperti anak kecil memanggil nama Fajri. Fajri mencari sumber suara tersebut, tapi tak menemukan siapapun. Tak mungkin jika lima orang siswi di ujung kiri taman memanggil dirinya sepelan itu.

"Aji! Aku di sini."

Fajri melirik ke arah kanan. Kedua netra ia membulat sempurna. Sosok anak kecil berjenis kelamin laki-laki berdiri di sebelahnya.

"K--Key!"

"Iya, Aji. Aku kembali."

Ternyata sosok anak kecil itu ialah Key, teman hantu kecil Ricky. Fajri langsung mengambil jarak tak ingin berdekatan dengan Key.

"Aji. Aku hanya ingin memberitahu bahw--,"

"Nggak! Aji nggak mau mendengar! Lebih baik Key pergi dari sini!" seru Fajri penuh kebencian dan ketakutan.

Kenangan-kenangan sebulan lalu seakan terulang kembali. Di mana Fajri harus bertengkar dengan Ricky dan Ricky harus mengalami kecelakaan di ambang kematian itu semua karena sosok hantu kecil, Key.

Key menatapi Fajri sedih. Key pun menghilang tanpa harus menyelesaikan perkataannya.

Fajri terduduk lemas. Ia seakan tak sanggup untuk berdiri.

"Apakah ini perasaan negatif yang Aji dapat?" tanya Fajri pada diri sendiri.

Fajri masih terlihat syok. Ia tak menyangka sosok hantu Key bakal muncul di hadapannya.

"Ji, lo gapapa?" tanya seseorang.

__08__

Ricky tengah terbaring di kamar. Setelah ia dibantu oleh Pak Joko dan Bi Inah, Ricky memilih untuk beristirahat.

"Teror ini semakin membahayangkan. Gue harus menyelesaikan ini secepatnya sebelum ada korban lainnya.

Tapi... gue nggak bisa apa-apa. Untuk jalan pun sulit."

Ricky mengeluarkan keluh kesahnya. Ia butuh seseorang, tapi tak mau menyusahkan orang lain juga. Cukup rumit.

"Iky,"
.
.
.
.
.

{19/03/2022}

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro