BONUS CHAPTER - 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Darkfoxwind : Hehe.. Maaf lah.. *garuk pipi* Mungkin ada fluff dan brotherly love dan bumbu-bumbu lainnya pada chapter depan XD Tapi author tidak jamin ya *wink*

Ini lanjutannya! Enjoy!! (or not)

.

.

.

Halilintar melihat tangannya, 'Bisa gak ya?' Batinnya. Kemudian pemuda ber-iris ruby itu memejamkan matanya dan mengambil nafas yang dalam.

Melihat kelakuan adiknya membuat Solar menaikkan satu alis, "Apa yang kamu buat?" Tanyanya. Tetapi tidak mendapat jawaban. Halilintar masih berkutat dengan kegiatannya.

Apa yang adiknya ingin lakukan?

.

.

.

"Hey, kamu tuli atau apa?"

Ctakk

Pertanyaan yang sukses membuat perempatan imaginer muncul di kepala Halilintar.

"ARGHH!! DIAM AJA SIH!!" Woah.. Kayaknya Halilintar lagi marah deh :v

"DIAM SIH IYA!! TAPI SEDARI TADI KAKAK NANYAIN KAMU GAK DIJAWAB-JAWAB JUGA!!!" Bantah Solar.

Halilintar mengambil nafas panjang, "Aku coba berpikir." Balasnya singkat.

Ctakk

Kali ini perempatan imaginer muncul di kepala si kakak pula, "AKU BISA LIHAT ITU!! EMANGNYA LAGI MIKIRIN APA?!!"

Sementara itu...

"Apa yang Kak Ice lakukan di sini?" Tanya Thorn heran. Tidak biasanya kakaknya yang cool ini muncul dalam keadaan begini. Ia lebih memilih tidur daripada mengikutinya, kakak dan adiknya membuat kerja jahat. Apa kepala kakaknya terbentur lantai atau lemari ya? Soalnya kakaknya yang satu ini memang sedikit cuai. Thorn menaikkan sebelah keningnya. Ia kemudian mengalihkan kepalanya, melihat Blaze dan Taufan. Pertanyaan juga terdapat dalam mata mereka.

"Iya.. Mau ngerjai Solar dan Hali ya?" Blaze menyeringai. Kakak kembarannya ini jarang ngerjai orang. Ralat- tidak pernah ngerjai sesiapa pun. Saudara sendiri juga tidak pernah. Kembarannya ini memang baik ya? Baik dengan merepotkan orang dengan penyakitnya yang kambuh secara tiba-tiba -_-' Walau bagaimana pun, kalau Ice berniat mengerjai saudara mereka, dengan senang hati ia akan membiarkan saja.

"Wakawakawaka! Kayaknya pintu hati Kak Ice yang dilapisi es batu itu akhirnya cair juga!" Lain halnya dengan Taufan. Ia malah berguling-guling di lantai sambil memegang perutnya, ketawa hingga terbatuk-batuk, "Uhuk-uhuk-uhuk- Siapa yang menyebut-nyebut -uhuk-uhuk- namaku!!". Malah nyalahin batuknya. Kasian banget loe Fan -_-'

Ice melihat saudaranya seperti melihat kepala mereka tumbuh dua. Apa yang saudaranya katakan? "Apa yang kalian ngawur? Aku di sini karna suara kalian yang kuat! Berisik tau! Aku ga bisa tidur dengan nyenyak!"

Pletakk

"OUCH!!"

Pletakk

"ADAW!!"

Pletakk

"SAKIT!!"

Dengan itu Ice menjitak saudaranya satu per satu, membuat mereka mengusap-ngusap kepala berharga mereka sambil protes. Ia kemudian mengambil nafas panjang, "Lagian apa yang kalian lakukan di sini?"

"Aduh.. Gak perlu jitak juga kan?!" Rintih Taufan.

"Jitakan Kak Ice sakit!" Rungut Thorn pula.

"Cih, emangnya apa yang kau lakukan di sini?" Tantang Blaze, memberikan deathglare pada kakak kembarannya. Tapi sayangnya tidak mempan pada Ice karna, "A-A-Arghh! Ja-Jangan narik-narik telingaku doang!!" Gelagat 'cool'nya terpotong karena telinganya ditarik paksa dengan kuat oleh Ice.

"Jaga percakapanmu Blaze. Aku ini kakakmu tau." Marah Ice kemudian menarik tangannya semula, melihat Blaze mengusap-ngusap telinganya yang sudah memerah pula.

"Hanya karna tua beberapa menit tidak membuatmu menjadi kakakku." Guman Blaze polos. Aduh.. Ini anak memang cari nahas ya?

Ice yang mendengar gumaman Blaze memberikan pandangan tajam padanya. Kemudian ia membuatkan kaki Blaze beku dengan kuasa yang dimilikinya.

"HEI! Lepasin aku! Sejuk tau!"

"Nggak. Kau menyebalkan."

"Tolongku Thorn! Fan!"

"Ga usah! Biarin aja ia sendirian!"

Thorn dan Taufan sweatdrop melihat sinetron kekanakan yang di-acting-kan oleh kedua kakak mereka. Padahal mereka sendiri tidak seperti itu.

Solar dan Halilintar...

"Mikirin pacar." Halilintar menjawab pertanyaan kakak berkacamatanya. Ini hanya membuatkan Solar lebih pusing.

"ARGHH!! Ya Allah, emangnya apa salahku sehingga kau memberikan adik yang semenyebalkan kayak dia padaku?!" Dengan dramatisnya Solar ambruk ke lantai.

Halilintar memandang datar kakaknya (padahal dalam hati ketawa ngakak)

"Kunci Halilintar."

Solar yang masih melototi nasibnya mengangkat kepalanya setelah mendengar gumaman yang keluar dari mulut adiknya. Sebuah kunci?

"Untuk apa kamu membuat kunci dengan kuasamu?" Tanya Solar.

Halilintar mengangkat keningnya, bukannya sudah jelas ya? Ia mau membuka pintu kamar kakaknya, bukannya mau ngerobos masuk.

Si bungsu Boboiboy bersaudara itu mengabaikan kakaknya, mengalihkan perhatiannya pada pintu di hadapannya. Kemudian ia mendekatkan kunci itu dengan lubang kunci dan kejadian yang tak terduga pun terjadi-

BBZZZTTTTTTT-

"WAAAAA!!"

Ia terkena renjatan listriknya sendiri. Secara reflek, ia memegang tangan kakaknya.

BBZZZZTTTTT-

"ARGHHHH!!'

Dan terjadilah adegan tidak masuk akal antara dua kakak-adik yang 'cool' itu.

Di balik dinding...

Ice dan Blaze masih bertengkar sesama sendiri. Es yang meliputi kaki Blaze sudah menjadi air karna dipanaskan dengan kuasanya.

Sudah bosan dengan adegan di depannya, Thorn berkata, "Hey kakak-kakak sekalian, sudah-sudah! Kalian kayak anak kecil aja."
Pasangan kembaran kedua yang mendengar teguran dari adik mereka langsung mengalihkan wajah mereka dari muka lawan bicara masing-masing.

Taufan sudah tidak menghiraukan ketiga kakaknya yang lain. Ia sibuk ketawa guling-guling di lantai.

"AHAHAHAHAHA!!"

Hal ini membuat Ice, Blaze dan Thorn memandang heran adik mereka yang... otaknya perlu dicuci.

"Hey, Fan. Apa yang lucu?" Tanya Blaze.

Taufan bangkit dari lantai, masih ketawa dan memegang perutnya, "Ahaha- Ak-Aku! Ahahaha!"

Ice melihat datar adiknya, 'Apa otaknya sudah konslet ya?' Pikirnya.

Taufan memegang dinding untuk membantunya berdiri. Dengan tangan yang bergetar akibat ketawa banyak, ia menunjukkan arah kamar kakak sulungnya. Kemudian guling-guling di lantai lagi.

Penasaran, Ice, Blaze dan Thorn menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh Taufan. Dan dalam masa yang singkat, dua di antara mereka ikut berguling di lantai bersama adik mereka.

"WAKAWAKAWAKA!! Tidak ku nyangka mereka bisa se-OOC itu!!" Ucap Blaze.

"AHAHAHAHAHAHA!! Adudududuh! Perutku serasa mau meletus!" Kata Thorn.

"Pffftt-" Ice coba menahan tawanya dengan menekup mulutnya dengan tangan, tapi pemandangan yang dilihat di depannya ini berjaya membuat ia ketawa, "Hahahaha!"

"WAHAHAHA!!" Taufan ketawa, sehinggakan ia menumbuk-numbuk lantai akibat tawa yang membuak-buak dari hatinya.

Yah.. Apa yang dilihat mereka memang lucu sih. Sesiapa yang melihatnya juga pasti akan ketawa. Karena apa? Karena dua orang yang dilabelkan sebagai 'cool' di dalam keluarga Boboiboy sangat, sangat OOC.

Depan kamar Gempa...

BBZZZZTTT-

"GARGHH!"

Halilintar melepaskan kunci yang dipegangnya dengan kasar. Tangannya bergetar, kemudian ia terjatuh ke lantai, diikuti Solar.

Keadaan mereka sangat parah. Badan mereka gosong. Topi mereka sudah tidak berada di tempat sepatutnya, menampakkan rambut mereka yang teracak-acak.

"J-Jadi gi-gini lah si trio troll itu r-rasakan saat disetrummu hingga gosong ya?" Gumam Solar.

"Uhuk-uhuk! Tak guna!" Halilintar mendecih, 'Sial, aku lupa bahwa lubang kunci itu besi.' Pikirnya.

Solar melihat Gempa yang masih pingsan di lantai, 'Harus cepat bawa Kak Gem ke kasurnya. Kasian banget lihat ia terbaring di sini.' Batinnya.

Tiba-tiba Ice berjalan ke arah mereka dengan tangan yang menutup mulutnya. Kemudian ia berdiri di depan pintu kamar dan terbatuk(palsu).

"Ehem-ehem! Ijinkan kakak membantu kalian ya.." Ujarnya lalu membuka pintu kamar Gempa. Terlihat jelas raut wajahnya yang coba menahan tawa.

Mata ber-iris kuning-jingga dan ruby dimincingkan pada kakak kedua Boboiboy bersaudara. Yang dilihat hanya memberikan senyum pahit. Ice menggigit bibir bawahnya.

Sungguh, menurutnya kedua adiknya yang tidak suka ngomong banyak itu lucu. Ia ingin ketawa lepas seperti trio troll, tapi mengingat Solar dan Halilintar ini adiknya, ia mengurung niatnya dengan batuk yang palsu.

"Ehem! Ayo cepat. Kasian kakak sulung kalian itu." Ucapnya kemudian menolehkan kepala saat mendengar bunyi tawa yang ditahan. Di sebalik dinding, terlihat Blaze, Thorn dan Taufan yang sedang cekikikan. Ice mengacungkan jempolnya pada mereka.

Ice melihat Solar dan Halilintar menghela nafas, kemudian mengangkat lengan Gempa masing-masing dan menghempaskan tubuh kakak mereka pada kasur. Lalu Solar menyelimuti Gempa dengan selimut. Pemuda ber-iris cyan itu berlari ke arah saudaranya yang lain, kemudian ber-tos-ria dengan mereka.

Mereka berempat ketawa cekikikan sehingga mendengar pintu kamar Gempa ditutup dengan pelan. Blaze berjalan ke arah Solar dan Halilintar, kemudian memeluk leher mereka (Solar dengan tangan kiri dan Hali dengan tangan kanan) dengan erat. Ia tersenyum sinis pada adiknya.

Thorn dan Taufan kemudian ikut memeluk saudara mereka yang lain, meninggalkan Ice yang sedang tertawa kecil.

"Ya sudah. Ayo kita sama-sama membuat persiapan untuk berbuka puasa." Ujar Blaze.

"Iya! Kita bikin makanan yang enak-enak ya!!" Sambung Taufan.

"Kita? Siapa yang mau rasa masakanmu? Masakanmu tidak enak, yang ada gosong jadinya!" Tawa Thorn.

Dengan itu, keenam-enam saudara itu berjalan ke arah dapur sambil tertawa...

.

.

.

"Gitu kak." Solar menghabiskan ceritanya. Kedua-dua pipinya sedikit merona akibat perbuatannya yang menurutnya memalukan saat menceritakan flashback pada kakak sulung.

Gempa hanya ber-oh-ria setelah mendengar cerita daripada adiknya, "Emangnya kamu dari mana sebelum membantu kakak?"

"Ke kedai."

Gempa lalu melihat jam tangannya, "Lalu, makanan sudah siap belum?" Tanyanya.

Solar hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Baiklah. Ayo!" Gempa menarik lengan Solar. Sehinggalah sampai di ruang tamu, ia berhenti, "Siapa yang mengemas ruang tamu?" Tanyanya sambil menunjukkan ruang tamu rumah yang terlihat 'biasa'.

Solar menggedikkan bahunya, membuat pemuda 17 tahun yang memegang lengannya menghela nafas panjang.

Lalu kedua saudara itu berjalan ke dapur. Yang dilihat hanyalah semua kepala saudara mereka diletakkan di atas meja.

"Aarrrgghh... Aku sudah haus... Minuman ini sugguh menggoda imanku..." Ucap Taufan, mulutnya menganga melihat jus di depannya.

"Aaaa... Perutku sudah minta untuk diisi nih..." Thorn melihat makanan yang terhidang tepat di depan matanya.

"Aku... Haus dan lapar..." Keadaan Blaze pun tidak kalah parah dari Thorn dan Taufan.

"Sabar ya.. Bentar lagi akan adzan..." Ice menepuk-nepuk pundak Blaze dan Halilintar yang duduk di sebelahnya.

"..." Halilintar tidak berkata apa-apa. Karena apa? Ia lagi enak tidur :v

Melihat meja makan yang dipenuhi dengan makhluk-makhluk yang tidak jelas membuat Gempa dan Solar sweatdrop.

Allahuakbar Allahuakbar-

Akhirnya adzan pun telah berkumandang. Kelima-lima kepala yang tadinya berada lemah di atas meja terus diangkat dengan semangat.

Tanpa membuang masa, Gempa dan Solar mengambil tempat duduk yang kosong. Mereka membaca doa' berbuka puasa dan makan dengan harmoni.. Walaupun si trio troll makan dengan lahap...

.

.

.

To be continued...

Yah.. Kayaknya harus bikin 1 lagi bonus chapter deh. Author sudah terlajak ngetik, jadinya panjang. Maunya bikin 2 bonus chapter aja tapi mo gimana lagi.

Sebelum itu, maaf karena telat meng-update! Author benar-benar sibuk! Jadi maaf ya kalo ada typo(s) dan kalimat-kalimat yang tidak betul. Mohon maaf! Ini kan bulan Syawal, harus bermaaf-maafan lho.. *digampar*

Oke, jumpa di bonus chapter depan ya!!

























Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro