Chapter 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jumpa lagi semua!! Maaf kerna gak nyambung cerita 'Rivalku, Pacarku'.. Author ga punya ide untuk nyambungnya XD Jadi, author sengaja bikin cerita baru..

Warning : No flames, Typo(s) berhamburan, Overprotective, Brother Complex(ga tau), OOC(mungkin), Sho-ai(mungkin juga) Sejujurnya aku gak tau gimana sikap Thorn dan Solar. Dalam cerita ini, aku hanya me-reka sifat mereka :v #plakk

Disclaimer : Boboiboy punya Animonsta. Cerita ini ide dusta dari author belaka T.T

Urutan Boboiboy bersaudara :-
1. Gempa (17 tahun)
2. Ice (16 tahun)
3. Blaze (kembaran Ice yang lahir beberapa minit selepasnya)
4. Solar (15 tahun)
5. Thorn (kembaran Solar yang lahir beberapa saat selepasnya)
6. Taufan (14 tahun)
7. Halilintar (13 tahun)

Kawan-kawan Boboiboy bersaudara :-
1. Gopal (17 tahun & sekelas dengan Gempa)
2. Yaya (15 tahun & sekelas dengan Solar dan Thorn)
3. Ying dan Fang (masing-masing berumur 13 dan 14, sekelas dengan Taufan dan Halilintar)

Don't Like, Don't Read. Author sudah kasi warning

Enjoy

» Chapter 1 «

"Kak Gempa! Bangun dong kak! Sarapan sudah sedia tuh!! Ayo siap-siap ke sekolah!!" Ucap anak laki-laki yang matanya ber-iris sapphire, mencoba membangunkan kakaknya yang masih tidur.

"Ergh.. Hm? Taufan..?" Kedua-dua mata si kakak sulung sedikit terbuka, menampakkan iris kuning-keemasan yang berkilau.

"Ish.. Iya dong. Ini aku! Masa' aku yang tampan ini dikira si Hali!!" Si empunya nama mencibirkan bibirkan dengan tangannya dilipat di depan dada. Pose ngambek.

Gempa, remaja berusia 17 tahun itu hanya menguap. Ia mendudukkan dirinya di atas kasur. Menggaruk belakang lehernya, dia bertanya, "Siapa yang masak?"

"Hmm.. Kak Ice dan Kak Blaze. Emangnya kenapa?" Taufan bertanya.

"Ice dan Blaze? Gak nyangka si kebo dan si hiperaktif itu bisa bangun awal-awal pagi kayak gini." Balas sang kakak sulung. Ia berdiri dan mengemaskan kamarnya. Setelah merasa kamarnya sudah kemas, Gempa berjalan keluar, diikuti Taufan.

"Semoga saja makanan yang dimasak mereka tidak gosong." Gempa berucap sambil tertawa pelan.

"Hahahahaha!! Kak Gempa ini ada-ada aja deh! Pasti tidak!!" Taufan yang berjalan di belakang kakaknya ketawa terbahak-bahak.

» E.S.R.L. «

"Uwahh!! Makanannya gosong~" Kata Taufan.

Gempa dan Taufan sudah berada di dapur, di sana terlihat saudara-saudara mereka yang sudah berpakaian lengkap sekolah. Termasuk Taufan. Cuman Gempa aja yang belum siap.

Malam kemarin, Gempa tidur sedikit lewat berbanding saudara-saudaranya yang lain karena kerja osis yang banyak. Kepalanya pasti akan terbentur meja belajar kalau saja Halilintar tidak membangunkannya. Si bungsu itu terjaga atas sebab ingin ke tandas,dan tanpa sengaja melihat kamar kakaknya yang lampunya masih menyala. Dengan segera ia terus membangunkan kakak sulungnya itu.

"Ayo kak, duduk sini!" Seru anak yang berpakaian hijau sambil menepuk-nepuk kerusi di sebelahnya, Thorn.

Gempa tersenyum kecil. Tangannya meraih kerusi yang kosong itu untuk diduduk, tapi-

"Gak!! Kak Gempa duduk di tepi Taufan aja!!"

-dihalang oleh pemuda bertopi miring yang menarik lengannya.

Dengan senyum canggung, Gempa hanya menururuti kemauan adik kelima-nya itu.

"Lho, Taufan gak mau duduk di sebelah kakak? 'Kan selalunya kamu duduk sebelahku.." Blaze, anak ketiga dari Boboiboy saudara ini bersuara.

"Ga mau! Hari ini Taufan mau duduk dengan Kak Gempa! Werkk!!" Taufan memelitkan lidahnya ke arah kakak yang lebih tua dua tahun darinya itu.

Thorn dan Blaze mengembungkan pipi mereka. Walaupun usia mereka sudah cukup dibilang remaja, tapi kelakuan mereka kayak bocah SD.

Si bungsu, Halilintar yang memiliki sifat dingin hanya melihat adegan 'rebut-rebut' itu dengan muka datar. Tangannya di silangkan di dada. Manakala Ice dan Solar sudah memakan sarapan mereka yang gosong dengan perlahan, mengabaikan sinetron gaje yang sulit dicerna oleh otak mereka(?)

"Sudah-sudah. Ayo sarapannya. Nanti telat ke sekolah." Gempa, sebagai kakak yang berwibawa menegur adik-adiknya.

'Ia saja belum mandi, mau negur-negur segala.' Pikir keenam-enam saudara itu sambil sweatdrop.

Gempa menarik kerusi kosong di sebelah Taufan dan mendudukinya. Mereka bertujuh melanjutkan sarapan gosong yang dibuat oleh Ice dan Blaze. Tak lama kemudian, piring-piring di basuh oleh Solar karena ini harinya mencuci piring dan cawan.

"Kalian pergi sekolah duluan ya. Nanti aku kejar." Ucap Gempa kepada saudara-saudaranya.

"Alright, boss!!" Taufan menaikkan tangannya ke kepalanya, mentabik.

"Kalau itu maumu. Aku gak masalah." Balas Blaze, menyengir lebar.

"Baik Kak Gempa!!" Thorn menyambutnya dengan tersenyum.

Sementara Ice, Solar dan Halilintar tak berkata apa-apa. Mereka hanya diam di tempat.

Setelah mendengar jawapan dari tiga daripada enam adiknya, Gempa melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

Beberapa minit kemudian...

Gempa sudah bersiap kemas. Jaket kuning-keemasan tanpa lengan dipakainya dan baju di dalamnya merupakan baju sekolah. Seluar-track dan tak lupa topi hitam bercorak 'tanah' yang sentiasa dihadapkan ke belakang.

Setibanya di ruang tamu-

"Lho, kupikir kalian sudah berangkat ke sekolah.." Ujar Gempa.

Di ruang tamu terlihatlah enam makhluk yang duduk dengan posisi berbeda.

Ice duduk di atas karpet tapi kepalanya menunduk, berada di atas meja sambil memeluk bantal.

Blaze dan Taufan sedang menonton rancangan televisi dengan antusias.

Solar pula hanya menghela napas saat melihat kakak dan adiknya yang suara tawanya terdengar satu rumah.

Di satu sofa lainnya, Halilintar berbaring dengan kedua kakinya berada di atas sofa. Kepalanya menunduk. Topinya diturunkan ke bawah. Tangannya dilipat di dada. Satu perkataan yang sesuai dengan keadaannya sekarang, tidur.

Taufan yang melihat adiknya tidur mendapat ide licik. Tak lama seringaian tercetak di wajahnya yang katanya tampan itu.

"Fan, mau ke mana?" Tanya Blaze saat melihat adiknya bangun dari duduknya.

"Shhh~" Yang dipanggil meletakkan jari telunjuknya ke bibirnya, menyuruh Blaze untuk diam. Di tangannya terdapat bantal yang empuk.

Solar yang melihat itupun, kembali menghela nafas untuk kesekian kalinya.

"Fan, kamu ini gak habis-habis ya." Blaze menegur adiknya dengan muka bosan.

Taufan menyengir lebar, menggaruk-garuk kepalanya yang tertutup topi, "Heheh."

"Aku ikut!" Teriak Blaze dengan nada ceria.

'Tadi bukan main negur-negur Fan segala. Sekarang ia pun ikut jahilnya? Benar-benar aneh ni orang.' Ucap isi hati Solar, memutar matanya.

Kemudian tiba lah Thorn, membawa nampan yang dipenuhi gelas berisi air sirup, "Lho, Kak Gempa sudah siap?" Tanyanya setelah menapakkan kaki di ruang tamu keluarga.

Sontak, semua yang ada di ruang tamu kecuali Ice dan Halilintar, memalingkan kepala mereka ke arah kakak sulung yang berdiri di anak tangga terbawah.

"Lho, sejak kapan Kak Gempa berdiri di situ?" Blaze menanya.

Gempa hanya sweatdrop melihat adik-adiknya itu, 'Mereka gak tahu ya aku berdiri di sini sedari tadi? Jadi menurut mereka aku kayak tiang gitu?'

"Ayo kak, cepat minum nih minuman! Nanti keburu telat ke sekolah." Tegur Thorn, meletakkan nampan di atas meja yang ditiduri Ice.

"Kak. Kak Ice, bangun." Ia membangunkan Ice dengan menggoyangkan bahu kakaknya. Tapi tak mendapat sebarang respon. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga kakaknya dan-

"KAAKKK! BANGUUUNN!!"

-menjerit dengan sekuat hati. Sukses mengagetkan Ice yang terus mengangkat kepalanya dari meja. Mata yang ber-iris cyan itu membulat lebar selama beberapa saat, kemudian berubah menjadi saiz normal. Dalam hatinya ia menggurutu kesal, 'Si Thorn ini mengacau saja. Hooaaam~ Aku masih ngantuk~'

Gempa yang melihat itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Ia berjalan ke arah nampan lalu mengambil segelas minuman sirup. Kemudian diteguknya sehingga habis. Solar yang melihat itupun turut meminum minumannya tanpa berkata apa-apa.

Ice dan Thorn juga mengambil segelas minuman untuk masing-masing. Sekarang bakinya tinggal tiga. Iaitu minumannya Blaze, Taufan dan si bungsu, Halilintar.

"Nah, Kak Blaze, apa mau lanjutin jahilin si Hali atau gak?" Taufan, dengan nada ceria. Senyum lebar jelas terpapar di wajah pemuda hyperactive itu. Di tangannya masih ada bantal digunakan untuk ngejahilin adiknya.

Kemudian dibalas senyuman yang sama daripada yang bersangkutan, "Ayo Fan! Jahilin aja terus!" Kata Blaze, tangannya meraih sebuah gelas.

"Oke!" Dengan antusias, Taufan terus menekup muka adiknya itu dengan bantal, menyebabkan topi yang dikenakan Halilintar jatuh ke bawah.

Halilintar secara reflek terus memegang bantal yang menutup mukanya dan melemparnya ke sebarang arah.

"Hali! Balingnya jangan kena orang dong!!" Teriak Ice. Sudah lah baru bangkit dari bangunnya. Jadi penglihatannya sedikit kabur. Baru dipegangnya minuman itu, terus sebuah bantal melayang ke kepalanya. Untung ia sempat mengelak, kalau gak habis karpet ruang tamu berbau sirup.

Halilintar tidak mengambil pusing akan hal itu, dilihatnya Taufan dan Blaze yang ketawa karena ulah Taufan. Mukanya memerah karena amarah yang besar.

"Taufan! Berani kau-"

"Wah~ Apaan tu? Halilin sedang blushing ya~"

Belum sempat Halilintar menghabiskan kalimatnya, ucapannya sudah dipotong oleh pemuda bertopi miring. Mukanya semakin memerah karena marah, kesal, dan yang paling mendominasi perasaan, malu yang bercampur-aduk.

"Diamlah!!" Halilintar mengalihkan mukanya ke samping, ngambek. Mukanya sudah neutral. Tapi kalau dilihat dengan jelas, masih terdapat sedikit rona kemerahan di kedua-dua pipinya. Dengan perasaan bercampur-aduk juga, ia mengambil minumannya dan meneguk dengan sekali tegukan.

Si pelakunya pula masih mengetawakan adiknya itu, "Hahahaha!" Sehinggalah suara kakak sulung menghentikannya, "Sudah Taufan. Ayo ke sekolah semua." Ucap Gempa, mengambil beg sekolahnya dan terus berjalan ke pintu rumah untuk memakai kasutnya. Sebelum melangkahkan kakinya keluar pintu, pemuda ber-iris kuning-keemasan itu sempat berkata lagi, "Oh. Thorn, jangan lupa untuk mencuci gelas-gelas ya?" Dan terus menghilang di sebalik pintu.

"Kak Gem! Tunggu aku!! Gulp- Gulp- Gulp- Gulp- Aaahh! Makasih ya Kak Thorn!" Melihat kakaknya keluar rumah, Taufan meneguk air sirup itu dengan cepat dan berlari mengejar kakaknya itu.

Thorn mendengus, padahal ini bukan harinya cuci piring dan gelas.

Yang lain juga turut mempercepatkan tindakan mereka, mengambil beg masing-masing lalu memakai kasut mereka.

Pengecualian untuk Solar karena-

"Solar, ini 'kan harimu cuci gelasnya, jadi kamu saja ya."

-lengannya ditarik oleh kembarannya, disertai seulas senyuman manis.

Solar merasakan kedua pipinya menghangat. Dengan cepat ia berjalan melewati Thorn, ke arah nampan yang berisi gelas-gelas kosong sambil bergumam, "Hm."

Thorn sedikit ketawa. Tapi dalam hatinya ia ketawa berdekah-dekah, karena terlihat rona merah di telinga sang kakak kembaran yang sudah berjalan ke arah dapur. Kemudian terdengar bunyi air mengalir dan kaca bertemu kaca.

Beberapa saat kemudian Solar kembali dan terus berjalan ke luar pintu, mengambil kasut lalu memakainya. Thorn yang melihat itu masih sedikit ketawa dan langsung tak bergeming di tempat. Sehinggalah suara kembaran yang telat lahir beberapa saat darinya itu berkata, "Oi. Cepetin! Siapa lagi yang mau nunggu mu."

Tersentak, Thorn mengalihkan kepalanya ke Solar, mendapati kembarannya sudah berjalan meninggalkannya. Ia terus memakai kasutnya dan berlari mengejar Solar dengan terburu-buru.

"Ah! Tunggu aku!!"

Kedua kembaran tersebut mengejar saudara-saudara mereka yang lain. Dilihat mereka Gempa yang berjalan dengan senyuman kecil, tangannya berada di atas kepala Taufan yang tersenyum lebar. Blaze pula mengganggu Halilintar dan Ice secara berselang-seli. Ia menepuk-nepuk kepala Halilintar dengan pelan, mendapat tatapan tajam yang menusuk dari adiknya yang temprament itu. Ice langsung tak melayannya. Si dingin es yang seperti namanya itu menatap datar sang adik kembaran. Cuman helaan napas yang terdengar 'aku-malas-melayan-mu' itu yang menjadi respond-nya.

Gempa terdengar langkah-langkah kaki yang cepat di belakang mereka langsung menoleh, sedikit kaget melihat kedua adiknya, kemudian membiasakan mukanya semula, "Solar, Thorn." Katanya, menyebabkan Ice, Blaze, Halilintar dan Taufan(yang berbual dengannya) menolehkan kepala mereka ke arah nama yang disebutnya.

Solar dan Thorn melihat saudara mereka dengan pandangan yang berbeza. Solar dengan pandangan 'biasa'nya dan Thorn dengan senyuman di bibirnya.

Kemudian Boboiboy bersaudara itu melanjutkan perjalanan mereka ke sekolah sambil berbual-bual. Pengecualian bagi tiga manusia dingin.

Gempa hanya ketawa ketika melihat ketiga adik hyperactive-nya mengganggu tiganya lagi yang dingin. Taufan mengganggu adik temprament-nya. Blaze mengganggu Ice yang kelihatan mengantuk dan Solar yang diganggu oleh kembarannya, Thorn.

Boboiboy Gempa, kakak sulung daripada Boboiboy bersaudara ini sungguh baik dan bijak orangnya. Walau terkadang sedikit pemalas, tapi di sekolah ia menjabat sebagai ketua OSIS. Pemuda berusia 17 tahun yang mempunyai ketinggian 179cm ini juga seorang yang tegas dan penyayang. Ia sangat menyayangi adik-adiknya, tiada kurang atau lebih. Semuanya sama saja, cuman Taufan yang paling manja dengannya. Gempa aktif dalam bidang tinju. Samsak disediakan dalam biliknya. Kenapa dia menyukai tinju? Ini alasannya...

"Supaya aku bisa mengerjai orang yang mengganggu adikku."

Mungkin seperti itulah. Ia juga punya alasan lain...

"Aku bisa melampiaskan amarahku dengan cara ini selain menggunakan kuasaku."

Pernah dibuatnya rumah yang mereka tinggal hampir runtuh dikarenakan dia badmood...

"UWAAA!!"

"BERHENTI KAAAK GEMPAA!!"

"TOLOOONGG!"

"Groooh.. Greeeh.." (bunyi dengkuran memang kaya' gini ya?) -_-'

"KAK ICE! BANGUUN!! SEMPAT-SEMPATNYA KAKAK TIDUR SAAT GENTING GINI!!!"

"..."

"HALI! BANTUIN KAKAK DONG!! DENGERIN LAGU AJA KERJANYA!"

"Gak ada kerjaan apa."

"Er, Solar. Hali masih bocah, memang gak ada kerjaan."

"Hahaha! Wieee!!"

"TAUFAN! BERHENTI MAINNYA!!"

"KAK BLAZE JUGA MAIN!! JANGAN SALAHIN AKU!"

"Oh, iya juga ya."

"Aduh, punya kakak nama Gempa memang sial ya."

"Apa maksudmu?"

"Gempa. Gempa bumi."

"Benar juga tuh. Kenapa tak terfikir olehku ya?"

"Er, kalian, kita ada dalam masalah, ingat?"

"Oh, kau benar Kak Thorn."

"..."

"UWAAAAAAA!! TOLOOOOONGGG!!!"

"BERHENTI KAK GEMPA!!!!"

"KITA AKAN MATIII!!!!!!"

Sebab itulah ia mendapatkan samsak untuk melampiaskan kemarahannya agar rumah yang ditinggal mereka tidak runtuh. Dan untuk keselamatan adiknya.

Pemuda ini memiliki mata ber-iris kuning-keemasan yang bersinar. Ia selalunya memakai jaket berwarna kuning-hitam, topinya dipakai menghadap ke belakang dan berkasut tali.

Kemudian saudara kedua yang merupakan kembarannya Blaze, Boboiboy Ice. Ice sangat tenang, kalem dan sedikit dingin, seperti namanya. Ia irit bicara. Terbukti ketika Blaze mengajaknya bicara. Alasannya-

"Males. Mending tidur daripada ngomong terus. Lagi enak."

Yah, alasan yang tak bermutu. Mau gimana lagi, memang begitu kelakuan aslinya :v

Pemuda yang memiliki iris mata berwarna aquamarine ini menghidap penyakit narcolepsy. Ia bisa tidur di mana-mana saja. Di meja makan...

Plashh

"Kak Ice, makannya biar betul dong! Habis mukanya belepotan gitu!!"

"Ahahahahaha! Kak Ice kaya' raksasa coco-crunch!! Hahaha!"

Ketika belajar...

"Groooh... Greeeeh..."

Brakk

"BERANI KAMU TIDUR SEWAKTU UJIAN MENGEJUT KEBENARAN BERLANGSUUUNG?! APAKAH JAWAPAN UNTUK NOMBOR 35 WAHAI MURID KEBENARAN?!"

"Hah? Er, 36..?"

"SALAH!! LAGI DIPERSALAHKAAAN!!"

Di pasar...

"KAK ICEEE!!"

"BANGUN KAK!"

"Kebo amat sih!"

"Ice, cepat bangun. Ayo pulang."

"Penyakitnya kambuh lagi."

"Gimana nih?"

"Gendong dia saja."

"Kak Gempa yang gendongnya!!"

"Haih, baiklah, baiklah."

Sewaktu melawan Adu du...

"MUAHAHAHAHA! SAUDARAMU SEMUA SUDAH TERCEDERA! Sekarang, rasakan i-"

"Groooh... Greeeh..."

"B-B-BERANI KAU TIDUR SEMASA AKU BERUCAP?!"

"Hah? Apa jadi ni?"

"APA?! KAU TAK DENGAR APA YANG AKU UCAP BARUSAAAN!!"

"Hooam~ Apa yang kau mau pagi-pagi gini? Kacau orang tidur saja."

"P-PAGI?! INI SUDAH TENGAH HARI LAH!!"

"Tenang, tenang. Kita bincang baik-baik. Coba beritahu aku, apa kau mau sebenarnya?"

"B-B-BINCANG?! PROBE MENCINCA-"

"Groooh... Greeeh..."

"KAU-"

Dan banyak lagi scene-scene yang menunjukkan Ice tidur secara mengejut. Ia juga agak pemalas orangnya -_-'

Ice cuman aktif dalam renang. Ia berenang cukup pantas bagi ukuran laki-laki. Ice suka memakai jaket biru muda seperti matanya. Hood jaket itu menutup kepalanya. Ia mengenakan celana berwarna hitam. Topinya pula dihadapkan ke depan, tetapi sedikit ke bawah, menciptakan bayangan yang menutup matanya. Untuk kasut, ia memakai kasut tertutup bertali seperti Gempa.

Kemudian saudara ketiga Boboiboy bersaudara, Boboiboy Blaze. Kembarannya Ice yang lahir beberapa minit setelahnya. Mempunyai keperibadian yang unik. Ia sangat hyperactive seperti adiknya, Taufan. Dan sedikit jahil. Dia sering mengganggu Ice dan adik bungsunya, Halilintar, walau apapun caranya.

Iris matanya yang berwarna jingga menunjukkan ia seorang yang aktif. Blaze sangat jago bermain sepak bola. Hanya dengan sekali tendangan, bolanya melesat menuju gawang gol. Dikarenakan itulah para guru bersepakat untuk menjadikan Blaze sebagai ketua pasukan soccer sekolah. Tapi, pernah suatu ketika dahulu, Blaze menendang bola menggunakan kuasa apinya secara tak sengaja, karena semangat yang berkobar-kobar saat mendengar teriakan semangat dari penonton...

"Blaze, cepat nendang bola itu!!"

"Kamu bisa Blaze!!"

"AYOOO!!!"

'Yosh, aku bisa nendangnya terus ke gawang.'

Blashhh

"ALAMAK!! Bolanya kebakar! Aku nendangnya sedikit kuat barusan!"

"WOAHH!! Sepak bola berapi!!"

"KEREEEEN!!"

"Belum pernah gue liat sepak bola kaya' gini!!"

"Liat! Penjaga gawangnya aja lari dari situ!"

"Hahahaha!"

"Ops, gawangnya juga kebakar."

Dan Blaze harus merelakan telinganya selama 2 jam, mendengar ceramah-ceramah yang keluar dari mulut sang guru akibat ulahnya semasa bermain sepak bola.

Untuk pakaian, Blaze mengenakan jaket berwarna jingga-kemerahan tanpa lengan dan seluar hitam paras lutut. Dia juga memakai topi yang senada dengan jaketnya, menghala ke depan dan dinaikkan ke atas.

Boboiboy Solar. Saudara keempat Boboiboy bersaudara. Pemuda 15 tahun ini jago dalam sukan bulu tangkis. Solar pernah memukul kok dengan kuat sehingga mengenai penonton saat minit terakhir perlawanan, dan dimenangi olehnya. Dia juga mendapat pujian dari pihak lawan...

"Hyahh!"

"Uwaa!! Kok-nya menghala ke sini!"

"..."

"Aduh, kepala gue pusing dan sakit."

"Sabar ya."

"Uish, keren banget pukulanmu. Siapa namamu tadi?"

"Solar."

"Solar? Oke Solar, pertandingan kali ini dimenangi olehmu, tapi kalau kita ditakdirkan berlawan lagi, aku gak akan menyerah kalah. Semoga kita bisa berlawan lagi. Daa.."

"..."

"Oh ya, ngomong-ngomong, kau punya nama yang unik."

Solar juga mempunyai sikap sedikit dingin, kaya' kakak keduanya. Tapi dia tidak se-kebo seperti Ice. Kamarnya sentiasa bersih dan berbau segar, seperti mint. Ia amat mementingkan kebersihan di sekitarnya.

Solar memakai kacamata berwarna kuning seperti matanya. Bajunya didominasi warna kelabu dan kuning. Topi yang senada dan kasut bertali yang menghiasi kakinya.

Setelah itu kembarannya Solar, Boboiboy Thorn. Thorn juga memiliki sikap jahil dalam dirinya. Ia suka mengerjai Ice dan Halilintar, terutamanya sang kembaran, Solar. Hoki merupakan sukan jagoannya di sekolah. Ia memang menyukai sukan ini dari kecil...

"Thorn mau jadi pemain hoki terhebat di sekolah!!"

"Di sekolah? Kenapa tidak di negara saja?"

"Iya juga ya. Kalau gitu, Thorn mau jadi pemain terhebat di abad ini!!"

Masa berumur 9 tahun...

"Hokiii!!!!!! Gak sabarnyaaa!!"

"Ergh, suaramu cempreng, jangan teriak-teriak dong!!"

Sewaktu berumur 12 tahun...

"Hoki permainan terbaik pernah Thorn lihat!!"

"Iya Thorn."

"Bagus untukmu."

Ketika berusia 13 tahun...

"Akhirnya bisa juga masuk sukan ini!!"

"Yah.. Sudah kali keseribu kami dengar itu."

Saat berusia 15 tahun, aka sekarang...

"Hoki sukan yang terbaik pern-"

"Oke-oke, kami sudah paham Thorn/Kak Thorn.."

Thorn amat menyayangi tumbuh-tumbuhan. Dalam kamarnya ada beberapa jenis tumbuhan hijau yang dijaga rapi olehnya.

Seperti tumbuhan, Thorn memakai baju berserba hijau, berserta topi yang dihadapkan sedikit ke samping.

Saudara yang kedua terakhir, Boboiboy Taufan. Dia ini jahilnya sedikit lewat. Tapi antar saudara-saudaranya yang paling dikerjai, ia lebih suka mengerjai dan menggoda Halilintar. Menurutnya...

"Muka Lili yang blushing itu imut! Lagian, mukanya 'kan super datar, jadi mengerjainya sesekali gak masalah 'kan?"

Dia punya banyak cara untuk membangunkan orang yang tidur. Antaranya...

"LILI!! BANGUN!!!"

"Apa sih?! Pergi sana loe!!"

...menjerit...

"Hehehehe."

"Mukaku!! Apa yang- TAUFAANNN!!!!"

...'mencantikkan' muka saudara dengan spidol berwarna-warni...

Blarr

"OH! Balon meletup-meletup!!"

"Hahahaha."

"Eish, TAUFAN!!"

...letupan balon dan banyak lagi ide-ide gila yang dipanggilnya '1001 cara bangunkan orang yang tidur'.

Skateboard. Breakdance. Roller skate. Taufan pakar dalam bidang-bidang ini. Sebenarnya, Taufan mempunyai banyak kreativiti di sekolah. Tapi, dia cuman masuk dalam sukan/bidang yang diminatinya. Taufan mempunyai mata berwarna sapphire yang senada dengan jaketnya dan topinya dihadapkan ke samping.

Dan yang terakhir, si bungsu, Boboiboy Halilintar. Pemuda 13 tahun yang bersikap dingin dan temprament. Ia memasuki sukan bola basket. Dan satu-satunya rival dalam team itu adalah, Fang. Halilintar menggelar rivalnya itu dengan panggilan 'si landak ungu gosong', dan dibalas dengan 'bocah stoic es.'

Halilintar sangat membenci sifat kakak yang tua satu tahun darinya, Taufan. Karena Taufan suka mengganggunya bila-bila masa saja...

"HALI!! AYO SARAPAN!!"

"Ugh- Badanmu berat Taufan. Bangun dari atasku!"

~

"UWAAH!! Mukaku! TAUFAAANN!! MARI SINI KAAU!!!"

~

Blarr

"OH! Balon meletup-meletup!!"

"Hahahahaha!"

"Ergh, TAUFAAN!!"

Setiap pagi Boboiboy bersaudara pasti akan diwarnai dengan teriakan dari Halilintar dan tawaan dari si troll, Taufan.

To be continue...



























Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro