Chapter 3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Boboiboy bersaudara pulang bareng saat ini. Cuma ahli mereka tak lengkap karena Solar dan Thorn yang harus mengikuti ekskul di sekolah.

Gempa bersyukur karena punya saudara-saudara yang baik dan saling menjaga satu sama lain. Kini, ia melihat adik-adiknya yang sedang 'bercanda'. Blaze yang masih sedikit kesal saat istirahat, dibujuk oleh Ice, Taufan dan Halilintar.

Hanya Taufan yang bersungguh-sungguh membujuk kakaknya, manakala Ice dan Halilintar santai-santai saja.

Gempa tersenyum kecil, melihat Blaze yang mengembungkan pipi dan melipat tangan di depan dada.

"Ayo lah Kak Blaze! Jangan jadi kek gitu!"

Taufan coba membujuk Blaze lagi, membuat kakak sulung mereka menggelengkan kepalanya, "Blaze, sudahlah. Kau ini."

"Benar tuh! Ngambeknya kaya' bocah!"

Blaze tersenyum kecil. Sebenarnya ia hanya mau menguji saudaranya. Dan benar jangkaannya. Hanya Taufan yang coba membujuknya. Ice dan Halilintar terlihat tidak peduli.

"Ya udah, aku sudah males layanin Kak Blaze terus." Ucap Taufan, mengembungkan pipinya sedikit kesal mungkin.

Gempa hanya tertawa kecil melihat tingkah adik-adiknya. Menurutnya, adik-adiknya manis semua. Perlakuan mereka yang lucu dan imut membuat hari-harinya semakin ceria.

"Kak Blaze~" Taufan memanggil nama kakaknya lagi. Sudah kali ke berapa ia membujuk kakaknya, author pun ga tahu.

Blaze kemudian tertawa melihat adik yang jahilnya kelewat itu masih mengembungkan pipi imut, "Hahahahaha! Fan, kamu ini ada-ada aja deh!" Ucapnya lalu mengusap kepala adiknya yang tertutup topi biru yang dimiringkan itu.

"Eh? Kakak udah gak marah toh?" Tanya Taufan dengan hati-hati. Takut-takut kakak jingganya mencengkram lengannya pula.

Blaze yang mendengar kalimat adiknya, tertawa lagi. Kalau saja mereka sedang tidak berada di jalanan, pasti sudah dia ketawa guling-guling.

"Hahahaha! Mana bisa aku marah pada saudaraku sendiri!" Jawab Blaze.

Gempa, Ice, Taufan dan Halilintar melihat saudara jingga mereka dengan poker face, 'Barusan istirahat tadi dia ngamuk. Ga marah katanya?' Ucap isi hati mereka.

"Hoaamm~ Aku ngantuk! Bisa gak kita jalannya cepat sedikit.." Ucap Ice yang sedari tadi hanya diam sambil menguap.

"Kalo gitu, yuk Ice! Aku ingin ke toilet! Cepat!" Sekali lagi, Blaze menarik lengan sang kembaran, "Fan, Lili! Mau pulang segera atau dengan Kak Gem?" Tanyanya sebelum mengambil langkah seribu.

Halilintar hanya menggelengkan pelan. Taufan pula, "Ga mau! Fan pulang bareng Kak Gem dan Lili!" Berucap dengan semangat sambil memeluk Gempa yang hanya tersenyum nervous dan Halilintar yang terlihat murka, "Ck, lepaskan aku kakak kampret!"

"Baiklah! Kami pergi dulu! Da!"

Selepas itu, yang dilihat adalah asap yang ditinggalkan kembaran pertama Boboiboy itu. Oh ya, tidak lupa Ice yang memprotes atas tindakan Blaze yang mencengkram lengannya lagi.

'Cepat banget hilangnya.' Batin Gempa, masih tersenyum sweatdrop.

"Aw, Lili! Bisakah kau sopan dan manja sedikit pada kakakmu yang tampan ini~ Kau laki-laki apa cewek yang lagi PMS sih?" Taufan semakin mengeratkan pelukan sayangnya pada adik semata wayangnya yang beberapa sentimeter lebih rendah darinya.

Buaghh

"Adaw!"

Brukk

Terlihatlah si topi miring yang baring tergeletak di jalan dengan benjolan yang menghiasi kepalanya.

"Nah.. Itulah bentuk 'kesopanan' dan 'kemanjaan'ku padamu." Balas Halilintar sinis terus berlalu pergi.

Gempa semakin sweatdrop melihat adegan tak bermutu di hadapannya, 'Kayak orang yang lagi pacaran saja.'

"Hahahaha! Kalian ini.. Ayo Taufan." Si sulung Boboiboy bersaudara itu menggelengkan kepala sambil menghulurkan tangannya ke arah Taufan yang masih tergeletak di jalanan layaknya sekujur mayat.

Taufan menerima uluran tangan kakaknya kemudian berdiri membersihkan kotoran yang menempel di jaket, celana dan topinya.

"Thanks, Kak Gem!"

Gempa membalas dengan senyuman andalannya yang bisa meluluhlantakkan iceberg di Antartika :v //author alay

Lalu kedua-dua saudara itu berjalan mengikuti si bungsu yang berada beberapa meter dari mereka.

Tanpa mereka sadari, alien berkepala kardus bersama robot ungu kesayangannya memerhatikan mereka dari jauh, "Heh. Cuma tinggal tiga orang. Kerja kita bertambah senang kalo gini terus. Sedia Probe." Ucapnya ke robot yang berada di sebelahnya.

Kembali ke Gempa bersama adik-adiknya. Gempa sedang menceritakan sesuatu pada saudaranya. Kemudian dengan tiba-tiba sebuah misil menuju ke arah mereka. Serangan tiba-tiba itu membuat ketiga-tiga saudara tidak sempat untuk melarikan diri dan terkena tembakan tersebut. Menyebabkan mereka terpental beberapa meter.

Bum

"AAAHH!"

Gempa mendongakkan kepalanya, "Uhuk-uhuk! Taufan! Uhuk! Hali! Kalian tidak kenapa-napa?" Matanya mencari sosok kedua adiknya lagi. Asap tebal menghalang pandangannya.

"Aduh~ Uhuk-uhuk-uhuk! Kepalaku pusing~"

Samar-samar Gempa melihat seseorang bangun -entah Hali atau Taufan- sambil memegang kepalanya, "Taufan! Uhuk-uhuk! Kaukah itu? Mana- Uhuk! Hali?" Pemuda 17 tahun itu bertanya lagi. Suaranya terdengar khawatir.

"Siapa yang-Uhuk! Serang kita?" Teriak sosok itu.

"Uhuk-uhuk! Ergh! Siapa lagi kalau bukan Adu Du?!" Telinga Gempa menangkap suara lain. Suara yang terdengar tajam, 'Ini pasti Hali.' Pikirnya.

"Pusaran Taufan!"

Bwoshh

Asap berdebu itu dibasmikan oleh Taufan dengan senang menggunakan kuasanya. Kini mereka dapat lihat sesama sendiri dan... robot besar ungu yang berdiri tegap agak jauh dari mereka.

"ADU DU! APA YANG KAU MAU HAH?!" Teriak Halilintar dengan sinis sambil menunjuk alien itu dengan jari indeksnya.

"Ha'ah! Uhuk-uhuk! Mata dan tenggorokanku sakit tau!" Taufan mengusap-ngusap matanya yang berkemungkinan dimasuki debu.

"Heh. Apa peduliku! Aku hanya mau menghapuskan kalian dari dunia ini dan merampas biji koko dan Ochobot!" Jawab alien kepala kardus itu, "Probe, tembak mereka dengan senjata baru!" Katanya lagi.

"Baik Incik Bos!"

Bum

Bum

Bum

"Hah?" Ketiga-tiga Boboiboy bersaudara itu kaget dan terus mempertahankan diri mereka.

"Tanah Pelindung!"

"Kukun Angin!"

"Pelindung Halilintar!"

Malangnya kesemua pelindung mereka tidak mampu mempertahankan diri mereka. Alhasil, misil-misil yang besar itu terkena mereka. Bahkan pelindung yang dilapisi(?) listrik dan angin kencang juga tak bisa bertahan.

"AAAHH!"

"Muahahahahaha! Rasakan itu Boboiboy bersaudara!"

"Dia- Dia jadi semakin kuat." Ucap Gempa dengan napas terengah-engah. Terdapat sedikit darah mengalir di dahinya.

"Eish, Gerudi Taufan!" Taufan mendesis tajam kemudian menyerang Adu Du dan Probe dengan kuasa angin yang terlihat seperti gerudi.

"Probe!" Adu Du menyeru. Lalu dibalas dengan anggukan oleh robot ungu itu. Probe mengeluarkan pelindung untuk melindungi dirinya dan bosnya.

"Hyaah!"

Dum

"WAAA!" Serangan Taufan tidak berjalan mulus. Yang ada hanya dia yang terpental menambrak tembok.

"Taufan! Kamu tidak apa-apa?" Gempa berlari ke arah adiknya yang bertopi miring.

"Ergh. Berani sekali kau! Pedang Halilintar! Gerakan Kilat!" Kini giliran Halilintar pula beraksi. Di-summon-nya sebuah pedang berbentuk kilat dan terus menghilang dari pandangan Adu Du dan Probe.

"Awas Probe!" Kata Adu Du ke robotnya.

"Halilintar Slash!" Halilintar muncul di belakang Probe dan menyerang dengan pedangnya.

Adu Du menyeringai sinis, "Seperti yang kuduga. Probe!"

Probe mengeluarkan mengeluarkan pelindung itu semula. Serangan Halilintar juga tidak mempan pada pelindung itu. Entah bahan apa yang digunakan untuk mencipta sebuah pelindung yang mampu bertahan ribuan volt dan sebuah gerudi (?)

"Bola Kilat!"

Halilintar melemparkan beberapa bebola listriknya ke arah anak buah dan bos itu tapi juga tidak mempan.

Beralih ke Gempa dan Taufan...

"Taufan!" Ucap Gempa dengan nada khawatir.

Taufan terbatuk-batuk. Di pipinya terdapat goresan yang mengeluarkan darah, "Uhuk-uhuk! Aku-Aku tidak kenapa-napa kok kak! Jangan khawatir gitu deh! Heheh!" Serunya kemudian mempamerkan cengiran khas ala Taufan.

"Kamu yakin? Apa kamu bisa berlawan lagi?" Tanya Gempa lagi. Suaranya penuh dengan kekhawatiran. Oh ya, author lupa bahwa Gempa overprotective pada adiknya : v // digaplok

"Aku 100% yakin! Kak! Ayo kita buat combo!" Seru Taufan dengan semangat sambil membersihkan debuan di jaketnya.

Gempa sedikit kaget mendengar jawaban adiknya, "Gak! Tidak bisa dengan keadaanmu seperti ini!"

"Duh.. Kak Gem gak asik! Aku sudah besar kak! Apa kakak tidak kasian pada Lili yang berlawan dengan Adu Du dan Probe sedari tadi? Lagian aku kangen dengan combo. Sudah lama kita tidak melakukannya." Taufan benar. Setelah membuat combo sewaktu melawan Ejo Jo, mereka tidak pernah melakukannya lagi.

Mendengar kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Taufan membuat Gempa berpikir dua kali. Dia menoleh ke arah adik bungsunya. Dilihatnya Halilintar yang sedang menyerang dengan pedang halilintarnya.

Lalu Gempa menolehkan semula kepalanya ke saudaranya, "Kamu serius?" Tanyanya memastikan.

"Aduh, apa selama ini aku bermain-main ya?" Taufan bertanya semula kepada kakak sulungnya itu.

Gempa memandang Taufan dengan muka 'krik-krik', "Baiklah. Terserah kamu sih. Tapi jangan nangis kalo kamu cedera parah atau patah tulang ya.. Nanti akan terlantar di rumah sakit selama 2 bulan gitu.. Gak ada makanan enak lagi.. Gak ada video game.. Gak ada PS4.. Gak bisa bebas.. Seperti terkurung dalam penjara saja." Ucap Gempa sambil menggedikkan bahunya.

Taufan menelan ludahnya sendiri, "Kak Gem jangan nakutin aku dong!" Dirinya baru saja bersemangat hendak bertarung menggunakan combo, eh malah kakaknya mengucapkan kalimat yang ditakutinya.

Taufan menggelengkan kepalanya, menepis pikiran itu, "Yuk kak! Kita bantu Lili dan buat combo!" Taufan menarik lengan kakaknya dan berlari ke arah adiknya yang melawan alien hijau kepala kardus dan Probe.

"Hali! Berkumpul!" Gempa meneriaki nama adiknya.

Halilintar yang sedang mempertahankan serangan Probe dengan pedangnya mengalihkan kepala apabila mendengar namanya dipanggil. Dengan gerakan secepat kilat, dia berlari ke arah kakak-kakaknya.

"Ada apa Kak Gempa?" Tanyanya dengan penasaran.

"Mari kita buat combo Lili!" Taufan menyeru. Terdapat bintang-bintang dalam matanya.

Halilintar menyeringai, "Tiada masalah."

Adu Du yang melihat ketiga-tiga musuhnya berbincang berteriak dengan lantang," Oi! Apa yang kalian bincangkan hah?!"

Gempa, Taufan dan Gempa menggaruk pipi mereka, "Heheh. Gak ada." Ucap mereka bersamaan. Memang kebiasaan mereka.

"Baiklah. Golem Tanah!" Gempa menyeru golemnya.

"Pedang Halilintar!" Halilintar pula meng-summon pedangnya.

"Deruan Angin Vertikal!" Taufan membuat angin kencang yang mengelilingi mereka bertiga dan giganya Gempa, "Sedia, hyaah!" Teriaknya kemudian menerbangkan mereka ke udara.

"Alamak! Mereka mau membuat combo! Kuatkan lagi pelindung ini Probe!" Adu Du mulai panik. Diperintahnya Probe supaya menguatkan pelindung yang melindungi mereka.

"Baik, Incik Bos." Tanpa barkata banyak lagi, Probe melakukan perintah dari sang bos.

Taufan dan Halilintar berada di masing-masing tangan golemnya kakak mereka. Lalu mereka mengeluarkan serangan mega mereka.

"Pedang Mega Halilintar!"

"Gerudi Mega Taufan!"

"Hyaahh!" Gempa menolak kedua adiknya dengan golem yang dikawalnya ke arah Adu Du dan Probe.

"Hyaahhh!"

Bum

"Ergh, gak bisa kuatkan lagikah pelindung ini?!" Adu Du berteriak. Probe menggelengkan kepala sebagai balasan.

'Habislah.' Pikir Adu Du.

"Kuatkan serangan!" Gempa berucap ke saudaranya.

"Hyaaahhh!"

Dum

"WAAAA!" Selepas melakukan serangan combo, ketiga-tiga saudara itu terpentah jauh beberapa meter.

"Hah. Hah. Hah. Apa- Apa kita berhasil?" Tanya Taufan. Darah di pipinya semakin banyak.

"Hah. Hah. Kakak juga- Hah. Tidak tahu Taufan." Lukanya Gempa juga semakin parah di keningnya.

"Ki-Kita berhasil." Halilintar bangun dari baringannya dan mengelap darah yang mengalir ke dagu dari mulutnya.

Terdapat asap debu yang tebal menghalang mata mereka daripada mencari musuh mereka.

"Uhuk-uhuk! Ayo kita kabur Probe!"

Telinga mereka menangkap suara Adu Du. Tanpa basa-basi, Taufan membuat anginnya untuk mengapuskan debu-debu yang mengelilingi mereka dan musuh mereka, "Pusaran Taufan!"

"Ergh." Gempa dan Halilintar menutup mata mereka erat-erat.

Selepas debu-debu terhapus, mereka cuma melihat tempat yang seharusnya Adu Du dan Probe berada sudah kosong.

"Dia melarikan diri." Gumam Halilintar pada diri sendiri. Tapi dapat didengar oleh kakak sulungnya.

Gempa bangun dan menghulurkan tangan pada Halilintar, yang mencapai uluran tangan itu, "Sudah. Yuk ke rumah. Kita mesti mengobati luka-luka ini."

Taufan dan Halilintar menganggukkan kepala sebagai jawaban. Lalu ketiga-tiga saudara itu berjalan ke rumah mereka. Dengan kilat-kilat yang menyambar di belakang Halilintar. Yah.. Mungkin adik mereka sedang badmood. Sekurang-kurangnya itulah yang dipikirkan Gempa dan Taufan.

Di kediaman Boboiboy bersaudara...

"Grooh.. Greeh.." Terlihatlah si sloth- Eh, maaf- Ice yang tertidur di sofa ruang tamu rumah.

Blaze duduk di lantai yang berkarpet. Di tangannya terdapat sebungkus kerepek yang baru dibelinya sebelum dia dan Ice tiba di rumah. Segelas juice juga terdapat di atas meja di hadapannya.

Blaze sedang menonton film seram. Sebenarnya ia dan Ice menonton bersama, tapi mengenal Ice yang kerjanya tidur, jadinya Blaze menonton seorang diri.

Gambar di tv menunjukkan seorang kanak-kanak perempuan yang ditinggalkan seorang diri di rumah. Kemudian kanak-kanak itu membuka pintu rumahnya dan terlihat kuntilanak yang berdiri di depan pintu rumah.

Melihat itu, Blaze meneguk ludahnya.

Cuaca di dalam cerita itu buruk. Terdapat kilat yang sambar-menyambar dan hujan lebat. Lalu kuntilanak itu menyerang kanak-kanak perempuan itu dan-

Tup

Blaze menutup tv itu, tangannya menggeletar hebat.

Ting.. Tong..

Blaze mendengar bel pintu rumahnya dibunyikan. Kepalanya penuh dengan pelbagai pikiran. Menggelengkan kepala, Blaze berjalan ke arah pintu dan terus membuka.

Blaze pucat melihat pemandangan di depannya. Tiga orang yang terdapat darah di muka dan kilat-kilat yang menyambar di belakang mereka.

"WAAAA!! KUNTILANAK!!" Blaze terjungkal ke belakang. Bungkusan kerepek dilemparnya ke sebarang arah. Oh ya, jangan lupa bola mata yang berpusing ke belakang matanya, manakata Blaze terus pingsan melihat ketiga 'kuntilanak' di depannya.

Hup

"Huish, untung tak jatuh. Kak Blaze tak sayang makanan. Lebih baik aku makan untukku saja. Lumayan nih. Heheh." Ucap kuntilanak yang dipikir oleh Blaze.

"Apa? Kuntilanak katanya?" Ucap salah satu dari 'kuntilanak' itu.

"Ergh. Kak Blaze kebanyakan nonton film seram." Kata seorang 'kuntilanak' lagi dengan sinis. Lalu dia memasuki rumahnya, mengabaikan kakaknya yang baring tak sedarkan diri di depan pintu rumah.

"Hah? Ada apa bising-bising nih?" Kekecohan yang terjadi sukses membangunkan Ice yang tidur.

"Ha? Oh. Kalian sudah pulang rupanya. Hooaam~" Ice menguap dan mengusap-ngusap matanya.

"Hi Kak Ice!" Taufan menyapa kakaknya dengan cengiran.

"Kau tidur? Tapi kenapa Blaze memanggil kami kuntilanak dan terus pingsan?" Tanya Gempa dengan nada khawatir. Dia mengangkat adik keduanya yang tergeletak di lantai dengan ala bridal style. Lalu diletaknya di sofa.

"Hah? Oh. Tadi dia dan aku -dipaksa- nonton film seram, tapi aku tertidur." Ice menggaruk pipinya, "Ngomong-ngomong kenapa kalian luka gitu?"

"Ck, si alien berkepala kardus itu menyerang kami." Jawab Halilintar sinis.

"Ya sudah. Ice, jagain Blaze ya. Kakak mau obati luka-luka ini. Taufan, Hali. Ayo, kakak obati luka kalian juga." Gempa berkata. Dia tidak pasti Taufan dan Hali bisa mengobati luka mereka dengan sendiri. Dulu, Taufan coba membalut tangannya dengan bandage. Yang jadi dirinya yang terbalut seperti mummy yang hidup. Halilintar pula gampang marah. Membalut tangan yang luka mengambil masa, jadi ia tidak sabaran yang membuat lukanya semakin bertambah parah. Oleh itu, Gempa sendiri yang akan mengobati luka adik-adiknya.

Kemudian Gempa, Taufan dan Halilintar pergi mengobati luka-luka mereka, meninggalkan Ice dan Blaze -yang masih pingsan- di ruang tamu rumah.

Ice memandang Blaze sambil menggelengkan kepala pelan. Tangannya mencapai remote dan switch on tv. Tiba-tiba seorang kuntilanak menerpa ke arahnya. Reflek, Ice terus nenutup tv itu dengan kasar. Mukanya pucat persis Blaze yang melihat ketiga saudaranya.

'Pantas saja Blaze manggil mereka kuntilanak tadi.' Pikir Ice.

To be continue...

Chapter ini aku fokusnya ke Gempa, Ice, Blaze, Taufan dan Halilintar. Chapter depan mungkin akan fokuskan ke Solar dan Thorn. Maaf ya fans-nya Solar dan Thorn

















Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro