11 ~ Menggila (?)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Detikku berharga untuk mereka yang menghargai.
Menitku berguna untuk mereka yang paling utama.
Tidak ada yang sia-sia jika sudah sesuai kegunaannya.
Hanya saja, dalam hitungan detik dan menit semua bisa berubah.
Tidak ada yang sia-sia 'kan?
Sebab saat raga ini sudah menggila,
Hanya secuil damai yang mampu menjadi penenang.

(Hanggara Syauqi)

🍂🍂🍂

Sosok Ardi Rusman menjadi pusat perhatian Hanggara Syauqi. Si putra tunggal itu menjadi lebih sering mengamati tangan kanan sang ayah itu dalam diam. Sering kali tertangkap basah hingga bertukar pandang nyatanya tidak membuat Angga terbuka.

Jauh di dalam pikirannya dia merasakan Ardi seorang yang tidak asing dalam hidupnya. Dari penasarannya, selepas pulang kantor Angga mencoba membuntutinya hingga akhir perjalanan.

Tempat tinggalnya adalah alamat dari Panti Asuhan Ar-Rahman. Begitu mobilnya masuk, anak-anak berhamburan dan berebut untuk bersalaman dengannya. Melihat situasi ini, pikiran Angga melayang ke masa kecilnya.

Namun, tetap saja terasa ada yang kosong dari kepingan ingatan di masa kecilnya itu. Entah di bagian mana, Angga merasakan seperti ada yang dia lupakan. Semakin mencoba mengingat, semakin kabur ingatan yang dicarinya.

Lelaki itu memutuskan untuk meninggalkan lokasi panti asuhan tersebut. Dia mengendarai motor birunya dan beralih menuju kafe sebelum pulang. Saat sudah hampir sampai, dirinya justru dikejutkan dengan ramai yang tidak biasanya dari kafenya.

"Kalem dikit, Bos! Nggak usah pakai otot kalau emang mau cari bukti kita buka ini legal apa nggak!" Bang Satya pasang badan menghadapi oknum yang tiba-tiba datang dan berbuat gaduh.

Angga bergegas turun dari motornya dan berlari menghampiri kerumunan tersebut. Dia meminta pengunjung yang belum mendapat kursi untuk kembali keesokan harinya. Angga juga meminta beberapa pelanggan untuk segera menyelesaikan kegiatan dengan alasan kafe akan tutup lebih awal.

Inisiatif itu dia lakukan supaya tidak menarik perhatian dari pengguna jalan dan juga pengunjung kafe di sekitaran Pandawa's Caffe.

"Bang, ajak mereka masuk!" titah Angga pada Bang Satya. "Den, tutup kafe lebih awal, biarkan semua pekerja beresin pekerjaan kita. Lanjut bahas ini di dalam saja. Nggak enak sama pengunjung kafe lain."

Tiga orang yang mengaku aparat itu kemudian masuk ke kafe mengikuti Angga dan Bang Satya. Rafka yang sudah lebih dulu tiba di kafe memberi kode pada Hisyam untuk menenangkan para pekerja wanita yang ketakutan.

"Permasalahannya apa? Saya pemilik kafe ini," ujar Angga.

"Kita dapat laporan kalau kafe Anda ini menjual minuman keras, belum memiliki izin usaha, dan mempekerjakan pekerja di bawah umur." Salah satu orang dengan pakaian hitam itu berujar dengan tegas.

"Pertama, kami tidak menjual miras. Kedua, kami sudah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan dari Dinas Perdagangan. Ketiga, silakan cek sendiri identitas karyawan kami. Jika Anda menemukan satu saja yang di bawah umur, kami bersedia menerima sanksi. Namun, jika Anda tidak menemukan bukti sama sekali, kami akan melaporkan ini sebagai fitnah untuk mencemarkan nama baik kami," jelas Angga.

Mendapat gertakan seperti itu, dua diantaranya menundukkan pandangan dan enggan menatap mata Angga seperti pertama kali mereka datang.

Rafka yang semula menghilang kini kembali dengan membawa berkas yang dibutuhkan. Dia meletakkan di meja dan menyodorkannya pada si orang yang masih memasang tampang sadis itu.

"Bapak-bapak ini aparat? Atau dari Dinas Perdagangan? Mana surat perintah untuk melakukan investigasi ke tempat kami ini?" Hisyam kembali dan menantang ketiga orang tersebut.

"Ekhm ..., kalau memang seperti itu, kami undur diri."

Ketiganya melenggang dan pergi begitu saja. Kelima sahabat itu saling bertukar pandang. Lalu terbahak bersama, jauh di dalam pikiran mereka ini semacam prank dari mereka yang tidak jelas.

Mungkin niatnya untuk memeras, tetapi kelima sahabat ini terlalu pintar untuk menjadi korban pemerasan dengan modus penyamaran sebagai aparat.

🍂🍂🍂

Untuk memenuhi usulan tentang Escort an Ambulance yang digagas oleh Angga, beberapa pegawai menjalani seleksi khusus supaya bisa masuk tim yang ditentukan sendiri oleh Angga.

Berpengalaman menjadi raja jalanan dengan si biru membuat Angga lihai untuk menentukan mana rider yang lincah dan tanggap saat di jalanan dan mana yang masih gugup dan bingung dalam menentukan tindakan.

Di bawah terik matahari, Angga tidak sungkan untuk terjun langsung di lapangan dan memutuskan siapa yang layak untuk menjadi tim inti Jariyah Express sebagai rider yang mengawal ambulans.

"Raf, kalau lo ada urusan lo bisa pulang dulu. Gue baru nerima laporan dari beberapa cabang J.A Express. Kayaknya malam ini lemburan lagi, dah!" ujar Angga.

Kedua sahabat itu berjalan berdampingan menuju ruang kerja. Rafka terkesan abai pada ucapan bosnya itu. Dia memang diam dan terus saja berjalan di samping Angga. Hingga saat sampai di ruangan, Rafka mengeluarkan ponselnya dan memutar lagu dengan keras.

Ku jemu dengan hidupku yang penuh liku-liku
Bekerja di malam hari tidur di siang hari
Kurasa berat kurasa berat beban hidupku
Ku tak tahu ku tak tahu ooo ku jemu

Kerja keras bagai kuda dicambuk dan di dera
Semua tak kurasakan untuk mencari uang
Kurasa berat kurasa berat beban hidupku
Ku tak tahu ku tak tahu ooo ku jemu

Kurasa berat kurasa berat beban hidupku
Ku tak tahu ku tak tahu ooo ku jemu
heee ku jemu

Lagu berjudul Jemu milik Koes Plus yang di bawakan kembali oleh Erwin Gutawa ft. Armand Maulana itu mengalun memenuhi ruangan. Rafka menggerakkan kepalanya mengikuti aluna lagu yang bertempo cepat.

Angga mengernyi mendengar lirik lagu itu. Dia merasa tersindir dan meraih ponsel Rafka kemudian mematikan pemutar musik yang berjalan.

"Lo nggak usah nyindir, Raf! Omongin yang mau lo omongin."

"Kerja di malam hari, tapi lo nggak tidur di siang hari. Lo kalau kerja udah melebi kerja keras kuda yang dicambuk terus."

"Drama lagi lo, Raf!"

"Ngapain gue drama? Ini kenyataannya, Ga. Lo kerja gini amat nyari cuan? Pengin kaya?"

"Nggak, gue nggak nyari itu semua. Apa yang gue lakuin ini sekadar memenuhi amanat ayah, salah?"

"Nggak ada salahnya, tapi tolong, sadar diri sama batas kemampuan, Ga!" ujar Rafka menaikkan intonasi bicaranya.

"Kalian belum pulang?"

Suara dari ambang pintu membuat kedua laki-laki itu menoleh dan mendapati Ardi sudah berdiri dan menatap keduanya dengan heran.

"Maaf, saya sudah ketuk pintu beberapa kali, tapi kalian tidak mendengarnya."

"Nggak apa-apa, Kak. Kita memang belum pulang," tukas Angga.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Kebetulan banget, Kak. Rafka butuh bantuan Kak Ardi untuk memulangkan ini bos J.A Express segera."

"Raf, berapa kali gue bilang? Ini kerjaan gue belum beres. Percuma pulang!"

"Kita kerjakan bertiga biar cepat beres, gimana?" ujar Ardi Rusman menengahi dua pemuda itu.

Merasa tidak mendapat dukungan dari siapa-siapa, Angga menurut dan mulai membagi beberapa laporan yang masuk. Setelah beberapa jam berlalu, dua orang tumbang dan tertidur dengan kepala bersandar di sofa.

Rafka dan Ardi tepar, sementara Angga masih saja berkutat dengan laporan yang belum selesai. Bahkan lelaki itu mengambil alih laporan yang berserak di meja.

Malam terus saja merangkak naik, bukannya mengantuk mata lelaki 21 tahun itu justru semakin terang. Awalnya, Angga merasa matanya terasa sepat, lama-kelamaan binar mata itu seperti lampu jalanan yang terangnya melebihi cahaya lampu rumah.

Hingga menjelang azan Subuh, Angga merampungkan semua pekerjaannya. Dia menunduk dan menumpukan kepalanya ke meja kerja. Saat sayup-sayup suara azan memanggil, dua pasang mata yang terpejam itu terbuka.

Rafka dan Ardi terlonjak kaget dan gelagapan. Mereka saling berhadapan kemudia melihat jam dinding. Belum puas, keduanya meraih ponsel dan memastikan jam sekali lagi. Keduanya bergerak untuk membereskan meja yang sudah bersih dari berkas dan kertas.

Perlahan mereka menuju meja kerja Angga dan melihat tumpukan pekerjaan itu sudah selesai dan tertata rapi. Sementara sang empunya meja sudah terbang bersama mimpi di waktu Subuh.


🍂🍂🍂

ANFIGHT BATCH 8
#DAY 11

Bondowoso, 14 April 2021
Na_NarayaAlina

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro