Epilog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Di mana ia sekarang?

Apa sekarang ia berada di surga?

Atau neraka?

Navy mengerjap berulang kali, namun apa yang ada di hadapannya tetap sama. Sebuah taman hijau dengan suara gemericik air yang sedari tadi mengganggu gendang telinganya, terhampar jelas di matanya.

Navy kira ia sendirian di taman itu. Tidak sebelum ia mendengar derap langkah yang berasal di balik punggungnya. Seketika ia menoleh, terkejut saat sosok Riana yang sudah lama tidak ia temui kini melangkah mendekatinya. Senyuman hangat Riana membuat Navy tak ragu membalas senyuman itu.

Riana tampak lebih cantik dan segar dari apa yang terakhir bisa Navy ingat dari sosok itu. Gaun putih yang membalut tubuh Riana serta rambut blonde sepunggung yang digerai membuat gadis itu tampak seperti malaikat.

Kini Riana sudah berdiri tepat di hadapan Navy, dengan tangan yang terulur padanya. Belum sempat Navy menyambut uluran tangan itu, kepalanya terasa akan pecah. Ia lantas jatuh ke tanah dengan posisi berlutut.

Berusaha menghilangkan sakit yang mendera, Navy meletakkan kedua tangannya di kepalanya. Menyadari sesuatu yang merembes di kepalanya, ia lantas menarik kembali tangannya. Terbelakak kaget menyadari darah telah memenuhi telapak tangannya.

Navy meringis tertahan. Rasa terbakar mulai menjalari tubuhnya.

"Ayo, mereka menunggu kita."

Navy mendongak, menatap Riana yang masih menunggunya menyambut uluran tangan gadis itu. Ragu Navy menggerakkan tangannya, menyambut tangan Riana yang terulur dengan suka cita. Ajaibnya, saat telapak tangannya telah berada di genggaman Riana, rasa sakit itu seketika menghilang. Tak berjejak.

Navy menurut saja saat Riana mulai menarik tangannya. Membawanya menjauh dari taman itu. Entah ke mana Riana akan membawanya pergi.

Setelah cukup lama ditemani hening, akhirmya Navy memberanikan bertanya, "Kita mau ke mana, Kak?"

Riana menoleh, tersenyum tipis.

"Ke tempat semua sakit itu sirna," jawabnya misterius.

Navy hendak membalas ucapan Riana, namun saat suara seorang laki-laki menyapa telinganya, ia seketika menghentikan langkah. Lelaki itu meraung-raung dengan pilu. Suaranya serak, seperti tengah menangis.

Diedarkan pandang ke sekeliling. Mengernyit karena tidak menemukan orang lain selain dirinya dan Riana. Navy mengusap lengannya dengan tangannya yang bebas saat suara itu kembali terdengar.

"Bangun, Nav! Bangun! Saya mohon buka matamu!"

Navy merasa sesak di dadanya. Saat ia ingin menoleh ke belakang, Riana dengan cepat menahan bahunya.

"Jangan." Ia menggeleng. "Lepaskan semua bebanmu. Mereka akan bahagia. Kita juga."

Navy meragu sejenak. Ia ingin mencari sumber suara itu, tapi sesuatu di dalam dirinya seolah menahannya. Setelah cukup lama terdiam, Navy akhirnya mengangguk. Membiarkan saat Riana kembali menuntunnya ke suatu tempat yang masih rahasia.

Suara lelaki itu kembali terdengar, lebih menyakitkan dari sebelumnya. Tapi, kali ini Navy sudah mantap untuk mengikuti ke mana Riana akan membawanya pergi. Navy sudah bertekad untuk tidak menoleh meski suara lelaki itu masih mengganggunya.

Saat mereka sudah tiba di tempat yang berbeda, detik itu juga Navy sadar satu hal: ia tidak bisa kembali lagi.

Selamanya.

***

Dengan ini aku menyatakan bahwa After That Month yang merupakan bagian dari 100dayschallenge theWWG telah resmi berakhir.

*ketok palu tiga kali

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di cerita ini. Aku sangat menghargainya. Apalagi kalau itu berupa kritik dan saran untuk kemajuan naskah ini.

Selamat membaca.

Aku sayang kalian.

WindaZizty

27 Mei 2017

Repost : 20 September 2017

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro