24. Sesuatu Tentang Kak Alpha

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bagi Hanya, ruang OSIS adalah rumah kedua alias tempat kesayangan dia untuk rebahan.

Tapi setelah digentayangi oleh Auristella, selalu setiap dia ketiduran di tempat itu, tubuhnya jadi terasa super capek. Hanya mulai berpikir bahwa dia ditindih hantu atau disantet seseorang yang dendam padanya.

Membicarakan sosok yang kesumat padanya, tentu saja Noura, Cielo, dan aku pastinya.

Aku mengelus dagu. Ini cukup aneh. Hanya tak suka olahraga, jadi mustahil dia sleepwalking dan bermain bola. Cctv juga belum dia ganti karena kami puyeng sama Aurisinting. Lagian, apa sebelumnya Hanya punya riwayat tidur berjalan? Hanya tidurnya kayak orang mati.

Tubuhnya lelah tiap bangun. Auristella yang ingin Hanya tertidur. Pendingin yang menyala. Lalu waktu itu bajunya setengah terbuka...

Ah... Aku terdiam, beringsut pelan ke sebelah Hanya yang berdiri sebal seperti kura-kura, berbisik, "Jangan marah ya, Han. Ini cuma hipotesisku semata. Belum tentu benar."

"Kau ini bicara apa?" Hanya mengernyit.

Aku berbisik, "Mungkin kau di***** begitu."

Wajah Hanya memerah. "Hah?! K-kau gila, ya?! Bisa-bisanya kau berpikir mesum begitu!"

"Habisnya semua poinnya cocok." Aku mengangkat bahu. "Lagi pula sudah kubilang beberapa detik lalu, ini tuh cuman dugaan. Jangan menanggapinya terlalu serius, Bro."

"A-anu, etto... K-ketua Hanya..."

Kami menoleh. Ternyata bukan Hanya saja yang masih berada di ruang OSIS. Seorang gadis berambut hitam bergelombang dan mengenakan kacamata bulat. Dia memakai bando kain bermotif gugusan bintang kecil.

Hanya tersenyum tengil, berkacak pinggang. "Yo, Bendahara! Kukira kau sudah keluar sama yang lain tadi xixixi. Kerjamu bagus hari ini!" serunya mengusap-usap kepala Si Bendahara.

"K-Ketua juga," katanya tersenyum gugup.

Aku menabuh punggung Hanya. "Pacarmu?"

"Tidak! Kau ini dari tadi mikir aneh-aneh mulu deh." Hanya pun menghentikan perbuatannya. "Cepat pulang, Bendahara. Karena akhir-akhir ini kemalangan beruntun menimpa sekolah, tidak baik lama-lama berkeliaran di luar."

"Baiklah, Ketua. Sampai jumpa besok."

Aku dan Hanya pun beranjak menjauh dari ruang OSIS. "Kalau bukan pacarmu, jangan beri dia perlakuan manis. Nanti dia baper."

Hanya tertawa sinis. "Bicara apa kau? Dia itu sudah punya pacar, Bro. Kemampuan Tuan Detektif Alsenon sepertinya cuma segini ya."

"Diam sebelum kukirim tumbukan maut."

Hanya mengambil resleting, mengunci mulut.

*

"S-Serena? Apa yang kau lakukan di sini?"

Ini suatu kejutan. Tidak ada angin, tidak ada hujan, batang hidung Serena terlihat di depan rumahku seolah sedang menungguku dari tadi—aku chat di grup WA kalau aku dan Hanya pulang telat jadi mereka bisa duluan.

"Ada yang ingin kusampaikan. Harus hari ini."

Aku mendekatinya. "Kenapa?" Kalau raut wajahnya serius begitu, berarti amat penting.

"Ini soal Kak Alpha. Aku menggali lebih dalam tentangnya dan menemukan sesuatu. Tidak sia-sia aku begadang menelusuri kakel itu."

"Kau terlalu memaksakan diri." Aku sedikit bersimpati. Dikit cuman. "Jadi, apa itu?"

"Err, aku tahu ini pelanggaran privasi, tapi aku sangat ingin tahu hubungan Kak Alpha dengan Auris. Jadi... aku bajak rekeningnya."

"Kau beli nyali di mana? Pelelangan gelap?"

"S-sudahlah! Yang terpenting sekarang kita dapat petunjuk. L-lagian aku tidak melakukan apa pun. Aku hanya mencari tahu penarikan terakhir yang Kak Alpha lakukan. Itu saja!"

Aku mengembuskan napas. "Baiklah, baiklah. Aku gak bakal ember (gak janji tapi). Katakan apa yang kau temukan dari perbuatanmu itu.'

"Kau pikir aku tidak baca kata di dalam kurung?" Serena menggaruk kepala, tidak jadi kesal. "Itu... Kak Alpha melakukan penarikan saldo di ATM Center yang ada di Sky Starry."

Sky Starry? Alisku bertaut. Itu kan nama taman bermain yang dekat dengan SMA kami. Yang sering dilihatin oleh Hanya di rooftop.

Krak! Terdengar suara patahan ranting, membuatku dan Serena terkesiap, menoleh.

"SIAPA DI SANA?!" kata kami serempak.

Tidak ada jawaban. Aku dan Serena saling tatap. Apa itu Auris? Merujuk si gadis psiko itu gila membunuh tanpa motif jelas, kami mesti selalu waspada di manapun kami berada.

Kami berdua bergegas menuju ke asal suara, menyibak tong sampah yang menyembunyikan tubuh sosok itu, seketika mengernyit.

"Bendahara OSIS? Sedang apa kau di sini?"






Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro